Makna Sembahyang Qingming Sembahyang Qingming a. Sejarah Qingming
120
Kelas XI SMASMK
yang menjadi harkat kemanusiaan, maka di satu pihak kemanusiaan memiliki benih-benih cinta kasih, kebenaran, susila dan bijaksana,
dan di lain pihak manusia tidak dapat bebas dari perasaan gembira, marah, sedih, dan senangsuka.
Kenyataan ini meyakinkan kita bahwa hidup ini didukung oleh Gui atau Nyawa yang memungkinkan berkembangnya kehidupan
lahiriah, dan oleh Shen atau Roh yang memungkinkan berkembangnya kehidupan batiniah atau kehidupan rohani yang menjadi hakikat hidup
manusia.
Dalam Kitab Shijing XXIV: 1 dinyatakan: “Raja Wen nampak di atas, gemilang di langit, naik turun di kiri kanan Tian”. Ayat ini menyatakan
bahwa seorang yang suci hidupnya, memenuhi baik-baik kewajiban hidup sebagaimana yang Tian Firmankan, rohnya akan pulang dalam
keadaan gemilang kepada Tian.
Kewajiban menghormati leluhur atau orangtua yang meninggal dunia, dalam iman Agama Khonghucu berlandas kewajiban Laku Bakti
yang wajib dikerjakan sesuai dengan keimanan kelima dari delapan ajaran Iman, Chengyang Xiaosi, yaitu Iman tentang perwakilan
orangtua atas anak-anaknya; atau sepenuh iman memumpuk cita berbakti.
Pada waktu seorang umat Konfusiani merangkapkan kedua tangan dalam satu genggaman di dalam melakukan persujudan, mengandung
makna yang harus dihayati yaitu: “Aku selalu ingat Tian Yang Maha Esa menjadikanmenjelmakan aku menjadi manusia melalui perantara
ayah dan bunda. Manusia wajib mengamalkan Delapan Kebajikan, yakni: berbakti, rendah hati, satya, dapat dipercaya, susila, menjunjung
kebenarankeadilan, suci hati dan tahu malu”.
Di dalam iman Konfusiani dihayati bahwa laku bakti itulah pokok dari segala perilaku kebajikan; karena bila hal itu tegak, maka jalan
suci itu akan tumbuh dengan sendirinya. Laku bakti dan rendah hati itulah pokok pericinta kasih. Lunyu. I:2. Oleh sebab itu, kepada
para muridnya, Nabi Kongzi berpesan, ”Kepada orangtua saat hidup
121
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
layanilah sesuai dengan kesusilaan; pada waktu meninggal dunia, makamkanlah sesuai dengan kesusilaan, dan sembahyangilah sesuai
dengan kesusilaan”. Lunyu. II:5.
Di dalam Kitab Catatan Kesusilaan tertulis; Laku bakti itulah ialah permulaan hidup beragama. Laku bakti itu di mulai dengan memberi
perawatan kepada orangtua, namun biar dapat memberi perawatan masih sukar untuk berlaku hormat. Dapat berlaku hormat, masih
sukar untuk dapat memberi kesentosaan. Dapat memberi kesentosaan masih sukar bagaimana menghadapi wafatnya. Dan setelah orangtua
tiada lagi, hati-hatilah dalam perbuatan sehingga tidak memberi nama buruk kepada orangtua, inilah Laku Bakti”.
Di dalam Kitab Bakti IX, Nabi Kongzi bersabda: ”Di antara watak-watak mahluk yang terdapat di antara langit dan bumi ini,
sesungguhnya, manusialah yang termulia. Di antara perilaku manusia tiada yang lebih besar dari laku bakti. Di dalam laku bakti itu tiada
yang lebih besar dari hormat kepada orangtua, dan pernyataan hormat itu tiada yang lebih besar dari kesujudan kepada Tian Yang Maha Esa”.
“Maka orang yang tidak mencintai orangtuanya, tetapi dapat mencintai orang lain, itulah Kebajikan yang terbalik. Kalau dapat
hormat kepada orang lain tetapi tidak hormat kepada orangtua sendiri, itulah kesusilaan yang terbalik. Seorang susilawan tidak menghargai
perilaku semacam itu”.