Memasak Obat untuk Ibu Menyejukkan dan Menghangatkan Tempat Tidur

46 Kelas XI SMASMK belum dapat meredakan kesedihannya; karena menurut ia, hanya setelah dapat bersesuaian dengan ayah-bunda, barulah dapat lepas dari kesedihannya. 4. “Biasanya orang pada waktu muda selalu terkenang kepada ayah- bundanya, setelah mengenal keelokan wajah, ia rindu kepada kekasihnya; setelah berkeluarga, ia terkenang kepada anak-istrinya dan setelah memangku jabatannya terkenang kepada rajanya; bahkan kalau tidak mendapatkan raja yang mau menerimanya, ia dengan penuh nafsu mengusahakan. Tetapi orang yang besar rasa baktinya, sepanjang hidupnya akan tetap terkenang kepada ayah- bundanya. Dalam usia 50 tahun masih terkenang kepada ayah- bundanya, hal itu kulihat nyata pada diri Shun Agung”. Mengzi. VA: 1-5

b. Memasak Obat untuk Ibu

Dikisahkan baginda Han Wendi yang bernama Heng, putera ketiga baginda Han Gaozhu, beliau pertama diangkat sebagai raja pengganti setelah permaisuri Liuhe menyingkirkan raja Liulu. Para menteri menyambut raja pengganti menerima jabatan serta kekuasaan tertinggi dan beliau adalah raja suci pertama dari tiga generasi sebelumnya. Beliau sangat memperhatikan kesehatan ibunya, meskipun sudah menjadi kaisar kerajaan yang besar. Ketika ibu suri sakit, selama tiga tahun Wendi tidak pernah tidur nyenyak bahkan malam hari tidak pernah melepaskan ikat pinggang pakaiannya sehingga setiap saat dapat menerima pejabat yang melapor. Setiap kali beliau memasak sendiri obat untuk ibunya, sebelum diberikan selalu dicicipi terlebih dahulu. Laku bakti dan Cinta - Kasih Wendi berkenan kepada Huangtian, ibunya sembuh dari sakitnya. Peristiwa ini tersebar sampai empat penjuru lautan, sehingga rakyat terharu dan patuh terhadap kepemimpinan beliau. 47 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

c. Menyejukkan dan Menghangatkan Tempat Tidur

Huangxiang terlahir pada zaman dinasti Han akhir, dia adalah seorang anak perempuan yang pandai dan memiliki sifat bakti. Ketika Huangxiang berusia 9 tahun, ibunya meninggal dunia dan sekarang dia hidup bersama ayahnya. Siang malam ia memikirkan kasih sayang seorang ibu, ia sangat sedih walau nasihat ayah dan orang sekitarnya tak henti-hentinya menghibur dirinya namun itu semua tidak mengurangi kesedihannya. Kepada ayahnya ia juga sangat menaruh perhatian. Saat datang musim panas, maka pada tiap malam menjelang tidur, ia mengipasi tempat tidur sehingga ayahnya merasa sejuk dan nyaman. Bila musim dingin tiba, tubuhnya menghangatkan selimut dan tempat tidur, sehingga ayahnya dapat tidur dengan tidak kedinginan. Demikian ia lakukan terus-menerus tiada rasa jemu. Liuhe yang menjadi pembesar daerah itu, ketika mendengar prilaku Huangxiang ia sangat terkesan maka disebar-luaskan perilaku semangat bakti itu

d. Menangis di Depan Makam Ibunya