Saat-Saat Sembahyang Kepada Leluhur 1 Qingming

118 Kelas XI SMASMK 2 Ershi Shangan Sembahyang dilaksanakan pada tanggal 24 bulan 12 Kongzili atau Shieryue ershisi, sehingga disebut juga Ershi Shengan. Selain dua sembahyang disebutkan di atas, sembahyang kepada leluhur yang umum dilaksanakan di antaranya: a Chuyi dan Shiwu Sembahyang pada saat Chuyi dan Shiwu adalah saat sembahyang kepada Tian, hanya pada waktu yang sama juga dilaksanakan sembahyang kepada leluhur. Sembahyang dilaksanakan pada petang hari di rumah masing-masing, yakni pada altar leluhur atau di Miao Leluhur Zumiao. b Zhongyuan dan Jing Heping Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa Zhongyuan adalah sembahyang atas berkah bumi yang dikaitkan dengan leluhur dan arwah umum. Jadi pada saat Zhongyuan juga dilaksanakan sembahyang kepada leluhur tepatnya tanggal 15 bulan 7, dan sembahyang kepada arwah umum Jing Heping tanggal 29 bulan 7 Kongzili. c Chuxi Seperti halnya sembahyang pada saat Chuyi dan Shiwu, sembahyang Chuxi juga termasuk sembahyang kepada Tian yang dilaksnakan pada malam menjelang Tahun Baru tanggal 2930 bulan 12 Kongzili, namun pada saat yang sama juga dilaksanakan sembahyang kepada leluhur. d Zuji Zuji adalah sembahyang peringatan hari wafat leluhur, oleh karenanya waktu pelaksanaan sembahyang sesuai dengan hari wafat leluhur masing-masing. Artinya, Zuji adalah sembahyang kepada leluhur yang bersifat khusus. 119 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

3. Sembahyang Qingming a. Sejarah Qingming

Qingming itu sudah ada sejak masa dinasti Zhou 1100-221 SM, pada periode Chunqiu 770-476 SM. dan awal mulanya adalah suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian. Pertanda berakhirnya hawa bukan cuaca dingin dan mulainya hawa panas. Qingming adalah saat yang paling tepat dan merupakan hari suci untuk berziarah atau menyadran kemakam para leluhur, maka disebut hari sadranan. Qing berarti bersih dan murni, Ming berarti terang, maka Qingming secara hariah berarti ‘terang cerah’ atau dikenal juga sebagai hari nan cemerlang. Sembahyang Qingming dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 5 April. Penggunaan penanggalan Masehi untuk sembahyang Qingming dan Dongzhi ini berkaitan dengan kedudukan bumi terhadap matahari. Sembahyang Qingming pada tahun kabisat jatuh bertepatan dengan tanggal 4 April karena penambahan satu hari di bulan Februari pada tahun kabisat bulan Februari berjumlah 29 hari. Catatan :

b. Makna Sembahyang Qingming

Keimanan keempat dari Delapan Keimanan Bacheng Zhengui disebut Chengzhi Guishen yang mengandung arti: Sepenuh iman menyadari adanya nyawa dan roh, adanya dua kekuatan hidup yakni rohaniah dan lahiriah yang disebut Roh dan Nyawa. Manusia sebagai mahluk lahiriah sudah mempunyai syarat-syarat kehidupan jasmani, dengan demikian mempunyai kesamaan dengan makhluk-makhluk lain. Dorongan atau daya-daya kehidupan lahiriah seperti berbagai nafsu, perasaaan panca indra ada pada setiap manusia, tanpa itu tidak ada kehidupan lahiriah. Tetapi hidup rohaniah ialah yang menjadi ladang tumbuh berkembang benih-benih kebajikan 120 Kelas XI SMASMK yang menjadi harkat kemanusiaan, maka di satu pihak kemanusiaan memiliki benih-benih cinta kasih, kebenaran, susila dan bijaksana, dan di lain pihak manusia tidak dapat bebas dari perasaan gembira, marah, sedih, dan senangsuka. Kenyataan ini meyakinkan kita bahwa hidup ini didukung oleh Gui atau Nyawa yang memungkinkan berkembangnya kehidupan lahiriah, dan oleh Shen atau Roh yang memungkinkan berkembangnya kehidupan batiniah atau kehidupan rohani yang menjadi hakikat hidup manusia. Dalam Kitab Shijing XXIV: 1 dinyatakan: “Raja Wen nampak di atas, gemilang di langit, naik turun di kiri kanan Tian”. Ayat ini menyatakan bahwa seorang yang suci hidupnya, memenuhi baik-baik kewajiban hidup sebagaimana yang Tian Firmankan, rohnya akan pulang dalam keadaan gemilang kepada Tian. Kewajiban menghormati leluhur atau orangtua yang meninggal dunia, dalam iman Agama Khonghucu berlandas kewajiban Laku Bakti yang wajib dikerjakan sesuai dengan keimanan kelima dari delapan ajaran Iman, Chengyang Xiaosi, yaitu Iman tentang perwakilan orangtua atas anak-anaknya; atau sepenuh iman memumpuk cita berbakti. Pada waktu seorang umat Konfusiani merangkapkan kedua tangan dalam satu genggaman di dalam melakukan persujudan, mengandung makna yang harus dihayati yaitu: “Aku selalu ingat Tian Yang Maha Esa menjadikanmenjelmakan aku menjadi manusia melalui perantara ayah dan bunda. Manusia wajib mengamalkan Delapan Kebajikan, yakni: berbakti, rendah hati, satya, dapat dipercaya, susila, menjunjung kebenarankeadilan, suci hati dan tahu malu”. Di dalam iman Konfusiani dihayati bahwa laku bakti itulah pokok dari segala perilaku kebajikan; karena bila hal itu tegak, maka jalan suci itu akan tumbuh dengan sendirinya. Laku bakti dan rendah hati itulah pokok pericinta kasih. Lunyu. I:2. Oleh sebab itu, kepada para muridnya, Nabi Kongzi berpesan, ”Kepada orangtua saat hidup