Melakukan yang Baik Meninggalkan yang Buruk Menjaga Kesehatan Jasmani dan Rohani Konsistensi Laku Bakti

41 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti dengan status dan peran kita dalam keseharian. Banyak contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari tentang perlunya komitmen dan konsistensi dalam melakukan segala sesuatu. Membereskan tempat tidur, membereskan buku pelajaran, gosok gigi sebelum tidur, mencuci tangan sebelum makan, dan sebagainya merupakan contoh hal-hal kecil yang sering kali dilakukan dengan asal- asalan. Padahal semua itu bermanfaat bagi pembentukan karakter bila dilakukan sungguh-sungguh. Sebaliknya, bila melakukannya dengan asal-asalan akan berakibat fatal, dan dalam kurun waktu panjang akan membentuk karakter buruk.

f. Jangan Mengambil Barang Orang Lain

Walaupun kita sangat menyukai suatu benda, jika benda tersebut bukan milik kita, jangan sampai kita mengambilnya. Meskipun benda itu kelihatannya kurang berharga, kalau belum menjadi milik kita, jangan diambil dengan cara apapun juga. Kalau ini dilakukan, maka orangtua kita pasti akan merasa malu dan kecewa. Nama baik kita pun akan tercela karenanya. Alkisah, ada seorang Jenderal yang terkenal “bersih” di zaman Dinasti Jin bernama Taokan. Dia menjadi terkenal karena didikan ibundanya yang disiplin dan keras. Suatu kali, sewaktu Taokan masih pegawai rendahan di pabrik pengolahan ikan, dia mengirimi sang ibunda dengan sekaleng ikan asin yang sebenarnya milik negara. Ibundanya marah dan mengembalikan kaleng itu kepada anaknya disertai sepotong kata bijak yang mendidik. “Sebagai pejabat kecil saja, kau sudah mengambil barang milik negara, ini perbuatan yang tidak terpuji”.

g. Melakukan yang Baik Meninggalkan yang Buruk

Semua orangtua pastilah menginginkan hal terbaik bagi anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orangtua juga menghendaki anak-anaknya untuk selalu berbuat baik. Seorang anak berbakti senantiasa memenuhi harapan dan cita-cita mulia kedua orangtuanya. Oleh karenanya, seorang anak berbakti sangat 42 Kelas XI SMASMK memperhatikan hal tersebut. Di manapun kita berada dan di manapun orangtua kita, perihal kita sebagai anaknya tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika kita melakukan hal-hal yang buruk, maka orangtua kita tetaplah terkena dampak buruknya. Maka melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk merupakan perwujudan perilaku bakti kita kepada orangtua. “Meskipun ayah bunda telah meninggal dunia, bila akan melakukan sesuatu yang baik, wajib selalu mengingat bahwa dengan hasil pekerjaannya itu dapat memuliakan nama baik ayah bundanya. Bila akan melakukan sesuatu yang tidak baik, wajib selalu mengingat bahwa hasilnya dapat memalukan ayah bundanya”. Liji. X: I.I.17

h. Menjaga Kesehatan Jasmani dan Rohani

Orangtua akan sangat cemas dan khawatir bila kita sakit, terluka atau badan “kumuh”, dan tidak terawat. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesehatan jasmani, jangan sampai sakit, terkilir, dan terluka. Secara jasmani kita mendapatkan hidup dari kedua orangtua. Rambut dan kulit diterima dari ayah-bunda. Ini adalah warisan yang paling berharga dari mereka, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan merawatnya sehingga tidak luka dan rusak. Jangan sampai kelalaian kita membuat badan kita terluka, karena hal itu akan membuat orangtua kita cemas. Orangtua juga akan malu apabila tingkah laku kita tidak baik. Perilaku yang baik ini menunjukkan moralitas yang sehat. Perilaku baik yang dimaksud harus dilakukan sampai akhir hayat

i. Konsistensi Laku Bakti

Pada dasarnya, orangtua menyayangi anaknya dengan sepenuh hati. Maka selayaknyalah seorang anak berbakti kepada orangtua. Namun karena satu dan lain hal bisa saja orangtua membenci anak. Dalam kondisi seperti ini, anak tetap wajib berbakti kepada orangtuanya. 43 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Cerita tentang orangtua yang membenci anaknya dialami oleh nabi Shun. Diceritakan orangtuanya pernah menyuruh Shun memperbaiki lumbung, ketika Shun masih di atas atap rumah tangganya diambil, lalu Gou-sou ayahnya membakar lumbung itu. Juga pernah disuruh memperdalam perigi, ketika Shun sudah keluar, orangtuanya yang menyangka Shun masih ada di dalam perigi itu lalu ditimbuni, Xiang adik tiri Shun lalu berkata, “Akal menimbuni pangeran baru ini di dalam perigi adalah jasaku. Lembu dan kambingnya biarlah untuk ayah dan ibu. Gudang dan lumbungnya biarlah untuk ayah dan ibu pula. Aku mengambil perisai, tombak, celempung dan busurnya. Kedua ipar itu akan kusuruh mengatur tempat tidurku”. Meskipun demikian buruk perlakuan orangtua dan saudara tirinya, namun Shun tetap berbakti kepada mereka. Seiring berjalannya waktu akhirnya Shun yang sangat bebakti itu menjadi Raja menggantikan Baginda Tangyao, namu Shun tetap berbakti kepada kedua orangtuanya dan tetap mencintai saudara- saudaranya. Demikianlah Shun tetap berbakti kepada orangtua walaupun kedua orangtuanya sangat membenci bahkan hendak membunuhnya.

j. Menghadapi Orangtua yang Khilaf