Penentuan Luas Gudang Barang Jadi Berdasarkan Analisa Metode Shared Storage di PT. Jakarana Tama Food Industry

(1)

PENENTUAN LUAS GUDANG BARANG JADI BERDASARKAN ANALISA METODE SHARED STORAGE DI PT. JAKARANA TAMA

FOOD INDUSTRY

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

E K O B U D I R I A N T O 080423032

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENENTUAN LUAS GUDANG BARANG JADI BERDASARKAN ANALISA METODE SHARED STORAGE DI PT. JAKARANA TAMA

FOOD INDUSTRY

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

E K O B U D I R I A N T O 0 8 0 4 2 3 0 3 2

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Ir. Danci Sukatendel) (Ir. Anizar, M.Kes)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini untuk diajukan sebagai Tugas Sarjana.

Kegiatan penelitian dilakukan di PT. Jakarana Tama Food Industry. Penelitian ini merupakan salah satu dari beberapa syarat yang telah ditentukan untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul untuk Tugas Sarjana ini adalah “Penentuan Luas Gudang Barang Jadi Berdasarkan Analisa Metode Shared Storage di PT. Jakarana Tama Food Industry”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan kepada PT. Jakarana Tama Food Industry dalam menentukan kebutuhan luas gudang barang jadi dan merancang tata letak gudang barang jadi di PT. Jakarana Tama Food

Industry.

. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, PT.Jakarana Tama Food Industry, dan pembaca lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik, yaitu kepada:

1. Bapak Ir. Danci Sukatendel sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

2. Ibu Ir. Anizar, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing II atas bimbingan, masukan dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Ir. Taufik, selaku Manager PPIC PT. Jakarana Tama Food Industry yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis memperoleh data yang diperlukan.

4. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Papa, Mama, dan Lilik yang telah membantu bertukar pikiran dan membantu mengetikkan dalam pengerjaan tugas sarjanan ini..

6. Miranda, ika rozi dan teman-teman stambuk 2008 lainnya sebagai teman penulis yang telah membantu dalam meminjamkan buku, membantu memperoleh data dari pabrik dalam menyusun tugas sarjana ini.

7. Teman-teman bagian kualiti kontrol Growth Asia yang membantu penulis dalam bertukar pikiran dan memberikan masukan dalam menyelesaiakan tugas sarjana ini.


(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusan Masalah... I-2 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-3 1.4.1. Batasan Masalah ... I-3 1.4.2. Asumsi yang Digunakan ... I-3 1.5. Sistematika Tugas Sarjana ... I-4

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1


(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4 2.4. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-8 2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-16 2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-16 2.5.2. Jam Kerja ... II-18 2.6. Sistem Pengupahan ... II-19 2.7. Jaminan Sosial ... II-19 2.8. Fasilitas Pendukung ... II-21 2.9. Proses Produksi ... II-21 2.9.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-21 2.9.2. Bahan Yang Digunakan ... II-25 2.9.3. Uraian Proses Produksi ... II-29 2.10. Mesin dan Peralatan ... II-36 2.10.1. Mesin ... II-36 2.10.2. Peralatan ... II-43 2.10.3. Utilitas ... II-44 2.10.4. Safety and Fire Protection ... II-47 2.10.5. Pengolahan Limbah ... II-47


(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Gudang ... III-1 3.2. Pengertian Tata Letak Pabrik ... III-6 3.3. Tujuan Tata Letak Pabrik ... III-6 3.4. Prinsip Dasar dalam Tata Letak Pabrik ... III-8 3.5. Jenis Persoalan Tata Letak Pabrik ... III-11 3.6. Metode Shared Storage ... III-13 3.7. Pemindahan Bahan ... III-16

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Jenis Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-2 4.4. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-3 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.6. Plaksanaan Penelitian ... IV-3 4.7. Pengumpulan Data ... IV-3 4.7.1. Data Primer ... IV-4 4.7.2. Data Sekunder ... IV-5 4.8. Pengolahan Data ... IV-5


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.9. Analisis dan Pemecahan Masalah ... IV-6 4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Data Jenis Produk ... V-1 5.1.2. Data Penjualan ... V-2 5.1.3. Data Gudang Barang Jadi ... V-6 5.1.4. Dimensi Produk... V-7 5.1.5. Dimensi Material Handling ... V-9 5.2. Pengolahan Data ... V-10 5.2.1. Peramalan Jumlah Permintaan ... V-10 5.2.2. Menentukan Permintaan Rata-Rata ... V-29 5.2.3. Penentuan Luas Area Penyimpanan ... V-38 5.2.4. Penentuan Allowance Ruang ... V-38 5.2.5. Penentuan Luas Gudang Produk Jadi ... V-39 5.3. Jarak Dari Area Penyimpanan Ke Pintu Keluar ... V-41 5.4. Penetapan Area Berdasarkan Jarak Terdekat Ke Pintu Keluar ... V-44


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH... VI-1 6.1. Analisis Luas Gudang ... VI-1 6.2. Analisis Kebutuhan Ruang ... VI-2 6.3. Layout Gudang ... VI-4 6.4. Penyusunan Tata Letak Gudang ... VI-7

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-1

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR T ABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Tenaga Kerja... II-18 2.2. Standar Mutu Mie Kiring ... II-24 2.3. Standar Pengemasan Kepingan Mie Instan ... II-25 5.1. Data Penjualan Satu Tahun 2009 ... V-3 5.2. Data Penjualan Satu Tahun 2010 ... V-4 5.3. Data Penjualan Satu Tahun 2011 ... V-5 5.4. Rekapitulasi Peramalan Permintaan 2012 ... V-28 5.5. Jumlah Permintaan Gaga mie 100 Ayam Bawang ... V-29 5.6. Jumlah Permintaan Gaga mie 100 Soto ... V-30 5.7. Jumlah Permintaan Gaga mie 100 Kaldu Ayam ... V-30 5.8. Jumlah Permintaan Gaga mie 100 Goreng Extra Pedas ... V-31 5.9. Jumlah Permintaan Gaga mie 100 Soto Cabe Rawit ... V-32 5.10. Jumlah Permintaan Gaga mie 1000 Ayam Bawang ... V-32 5.11 Jumlah Permintaan Gaga mie 1000 Rasa Soto ... V-33 5.12. Jumlah Permintaan Gaga mie 1000 Goreng Spesial ... V-34 5.13. Jumlah Permintaan Gaga mie 1000 Kaldu Ayam ... V-34 5.14. Rekapitulasi Rata-Rata Permintaan Perbulan ... V-35 5.15. Lead Time ... V-36


(11)

DAFTAR T ABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.16. Jarak Tempuh Antara Area Penyimpanan ... V-42 5.17. Jarak Tempuh Terdekat ... V-44 5.18. Kartu Gudang Periode Desember 2011 ... V-47


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi ... II-7 4.1. Kerangka Berfikir Penelitian ... IV-2 4.2. Prosedur Penelitian ... IV-8 5.1. Gudang Barang Jadi PT. Jakarana Tama ... V-6 5.2. Dimensi Produk ... V-7 5.3. Palet ... V-8 5.5. Susunan Karton Diatas Palet ... V-8 5.6. Peramalan 100 Ayam Bawang Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 1 ... V-10 5.7. Peramalan 100 Ayam Bawang Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 2 ... V-11 5.8. Peramalan 100 Soto Mie Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 1 ... V-12 5.9. Peramalan 100 Soto Mie Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 2 ... V-13 5.10. Peramalan 100 Kaldu Ayam Dengan Sofwere WINQSB


(13)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.11. Peramalan 100 Kaldu Ayam Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 2 ... V-15 5.12. Peramalan 100 Goreng Extra Pedas Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 1 ... V-16 5.13. Peramalan 100 Goreng Extra Pedas Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 2 ... V-17 5.14. Peramalan 1000 Soto Cabe Rawit Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 1 ... V-18 5.15. Peramalan 1000 Soto Cabe Rawit Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 2 ... V-19 5.16. Peramalan 1000 Ayam Bawang Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 1 ... V-20 5.17. Peramalan 1000 Ayam Bawang Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 2 ... V-21 5.18. Peramalan 1000 Rasa Soto Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 1 ... V-22 5.19. Peramalan 1000 Rasa Soto Dengan Sofwere WINQSB


(14)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.20. Peramalan 1000 Goreng Spesial Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 1 ... V-24 5.21. Peramalan 1000 Goreng Spesial Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 2 ... V-25 5.22. Peramalan 1000 Kaldu Ayam Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 1 ... V-26 5.23. Peramalan 1000 Kaldu Ayam Dengan Sofwere WINQSB

Bagian 2 ... V-27 5.25. Usulan Luas Gudang PT. Jakarana Tama ... V-40


(15)

RINGKASAN

PT. Jakarana Tama Food Industry merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang industry makanan. Produk yang dihasilkan adalah mie instan dengan berbagai rasa yang sesuai dengan permintaan konsumen.

Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Jakarana Tama Food Industry adalah ketidakcukupan gudang barang jadi untuk menampung seluruh hasil produksi sehingga mengakibatkan ketidakteraturan penyusunan barang jadi dimana penyusunan diletakkan tidak pada tempatnya yaitu di gang untuk area jalan material handling dan mengakibatkan terjadinya pemborosan waktu dalam proses bongkar muat dalam pengiriman barang jadi.

Untuk meningkatkan efisiensi dari penggunaan material handling maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan kebutuhan luas area yang dibutuhkan untuk gudang barang jadi dan merancang tata letak gudang barang jadi usulan untuk PT. Jakarana Tama Food Industry dengan menggunakan metode

Shared Storage.

Penggunaan shared storage adalah untuk produksi yang menghasilkan beberapa jenis produk, dan produk yang dihasilkan tidak secara serentak, pengisian kembali area penyimpanan dibagi dari waktu ke waktu, tergantung dari lamanya produk berada didalam gudang.

Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh penambahan luas gudang barang jadi usulan menjadi 827,0964 m2, hal ini disebabkan adanya penambahan rak palet menjadi 64 rak palet.


(16)

RINGKASAN

PT. Jakarana Tama Food Industry merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang industry makanan. Produk yang dihasilkan adalah mie instan dengan berbagai rasa yang sesuai dengan permintaan konsumen.

Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Jakarana Tama Food Industry adalah ketidakcukupan gudang barang jadi untuk menampung seluruh hasil produksi sehingga mengakibatkan ketidakteraturan penyusunan barang jadi dimana penyusunan diletakkan tidak pada tempatnya yaitu di gang untuk area jalan material handling dan mengakibatkan terjadinya pemborosan waktu dalam proses bongkar muat dalam pengiriman barang jadi.

Untuk meningkatkan efisiensi dari penggunaan material handling maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan kebutuhan luas area yang dibutuhkan untuk gudang barang jadi dan merancang tata letak gudang barang jadi usulan untuk PT. Jakarana Tama Food Industry dengan menggunakan metode

Shared Storage.

Penggunaan shared storage adalah untuk produksi yang menghasilkan beberapa jenis produk, dan produk yang dihasilkan tidak secara serentak, pengisian kembali area penyimpanan dibagi dari waktu ke waktu, tergantung dari lamanya produk berada didalam gudang.

Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh penambahan luas gudang barang jadi usulan menjadi 827,0964 m2, hal ini disebabkan adanya penambahan rak palet menjadi 64 rak palet.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Dalam suatu perusahaan makanan, sistem penyimpanan produksi sangat berperan penting. Gudang produk merupakan tempat menyimpan produk, dan tujuan utama dari sistem pergudangan produk adalah untuk menyimpan barang-barang yang siap untuk didistribusikan sehingga barang-barang tersebut dapat diterima pelanggan tepat pada waktu yang diinginkan.

Perencanaan gudang barang jadi yang sesuai dengan kebutuhan merupakan hal yang perlu diperhatikan guna kelancaran produksi, untuk menyimpan hasil produk sementara sebelum pengiriman dan untuk menghindari kerusakan barang jadi.

Berdasarkan pemahaman tersebut, dilakukan penelitian terhadap gudang barang jadi di PT. Jakarana Tama Food Industry, permasalahan yang sering terjadi pada saat ini adalah aliran barang jadi yang masuk dan keluar dari gudang barang jadi tidak ditangani dengan baik. Tentu saja hal ini akan menyulitkan operator dan

material handling yang digunakannya dalam mengatur barang jadi yang akan

disimpan maupun diambil di gudang barang jadi karena diperlukan waktu pencarian produk dan jarak tempuh yang tidak tetap setiap kali proses pengambilan atau penyimpanan barang jadi. Permasalahan lain yang dihadapi yaitu gudang barang jadi hanya memiliki rak palet sebanyak 31 buah rak palet


(18)

yang mampu menampung 23436 kardus mie, sedangkan rata-rata produksi perhari 9500 kardus mie dan lead time maksimum adalah 4 hari, sehingga membutuhkan penambahan rak palet yang mampu menampung 38000 kardus mie instan.

Oleh karena keterbatasan rak palet di gudang barang jadi tersebut terjadi peletakan barang jadi diluar rak palet dan ketidakteraturan penyusunan digudang barang jadi dimana penyusunan barang jadi tidak pada tempatnya yaitu disusun pada gang (jalan) untuk material handling dan meyusun secara asal (random) yang mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam pengambilan barang jadi di gudang barang jadi untuk di kirim.

Dampak dari permasalahan yang dihadapi PT. Jakarana Tama Food

Industry adalah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk proses pencarian

barang jadi setiap kali proses pengambilan dan penyimpanan barang jadi, dan hal ini akan menghambat proses aliran barang jadi yang akan disimpan digudang maupun yang akan keluar dari gudang.

Dari permasalahan diatas perlu dilakukan penelitian untuk menghitung luas gudang barang jadi yang sesuai dengan kebutuhan rak palet sebagai penenpatan barang jadi dan penataan kembali lokasi penyimpanan barang jadi pada gudang barang jadi dengan menggunakan metode shared storage sehingga aliran produk yang masuk dan keluar dari gudang produk dapat ditangani dengan baik. Alasan menggunakan metode shared storage adalah karena peletakan barang jadi digudang memiliki waktu simpan yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan penataan gudang berdasarkan jadwal pengiriman yang dibutuhkan. Jika gudang barang jadi dibuat sesuai dengan kebutuhan, maka perusahaan akan


(19)

mendapatkan keuntungan yang lebih baik dan karyawan yang bekerja didalamnya dapat merasa nyaman dalam melaksanakan kegiatannya

1.2. Rumusan Permasalahan

Masalah yang dihadapi PT. Jakarana Tama Food Industry adalah keterbatasan ruang gudang barang jadi yang tidak mampu menampung seluruh barang jadi sesuai tempatnya sehingga ketidakteraturan penyusunan yang mengakibatkan sulitnya proses penanganan produk sehingga terjadi pemborosan waktu dalam melakukan proses tersebut.

Upaya yang harus dilakukan PT. Jakarana Tama Food Industry adalah merencanakan luas gudang barang jadi dan penyusunan tata letak penempatan produk di gudang barang jadi menjadi lebih teratur dan terencana.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum dari penelitian adalah untuk menentukan kebutuhan luas gudang barang jadi dan merancang tata letak gudang barang jadi di PT. Jakarana Tama Food Industry.

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mendapatkan ukuran luas gudang barang jadi sesuai kebutuhan

2. Untuk mendapatkan rancangan tataletak di gudang barang jadi yang sesuai dengan waktu pengiriman sehingga mempermudah dalam proses pendataan pengiriman barang jadi.


(20)

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu teknik industri dan membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan dilapangan.

2. Mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah di PT. Jakarana Tama Food Industry.

3. Mempererat kerjasama antara PT. Jakarana Tama Food Industry dengan Departemen Teknik Industri USU.

4. Sebagai masukan bagi PT. Jakarana Tama Food Industry untuk perbaikan Tata letak gudang Produk.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi 1.4.1. Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Perancangan hanya pada gudang barang jadi di P.T. Jakarana Tama. b. Tidak menghitung biaya penambahan ruang dan penataan ulang

gudang barang jadi.

c. Perancangan berdasarkan hasil produksi yang telah ditetapkan PT. Jakarana Tama Food Industry.


(21)

1.4.2. Asumsi-asumsi yang Digunakan

Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Tidak terjadi perubahan ukuran material handling.

2. Proses produksi berjalan normal.

3. Tidak ada perubahan kondisi lantai produksi selama melakukan penelitian. 4. Tidak terjadi penambahan jenis produk baru selama melakukan penelitian. 5. Lingkungan kerja dianggap baik

6. Penambahan ruang diperbolehkan.

1.5. Sistematika Tugas Sarjana

Sistematika yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I (Pendahuluan), menguraikan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan pemecahan masalah, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi serta sistematika penulisan laporan.

BAB II (Gambaran Perusahaan), memaparkan secara singkat tentang gambaran dari objek penelitian, yaitu Sejarah PT. Jakarana Tama Food Industry, Organisasi, Manajemen dan Uraian proses.

BAB III (Landasan teori), menyajikan dasar teori dan metode yang digunakan sebagai dasar dan alat untuk memecahkan masalah. Teori yang digunakan adalah teori yang membahas tentang tataletak gudang metode share


(22)

BAB IV (Metodologi penelitian), mengemukakan tentang urutan langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan penjelasan secara garis besar bagaimana langkah pemecahan persoalan dengan menggunakan metode yang digunakan.

BAB V (pengumpulan dan pengolahan data), bab ini merupakan pembahasan tentang penerapan metode share storage, pengumpulan data, pengolahan data dengan cara meramalkan kapasitas produksi, kemudian menyusun kebutuhan luas gudang dengan metode share storage.

BAB VI (Analisa pemecahan masalah), bab ini menganalisa hasil dari pengolahan data dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan perusahaan.

BAB VII (Kesimpulan dan saran), kesimpulan berisi tentang pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan, sedangkan saran berisi tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pemilihan usaha dalam bidang industri makanan ini dapat dikaitkan dengan himbauan dan usaha pemerintah pada saat itu, yakni pengadaan makanan yang bergizi dan non beras. Dengan semakin meningkatkan permintaan konsumen menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan baru yang menanamkan modalnya untuk mengembangkan industri mie instan.

Pada tahun 1970 perkembangan industri mie instan di Indonesia dimulai. Pada saat sekarang ini perkembangan industri mie instan di Indonesia tidak hanya diproduksi oleh satu atau dua perusahaan saja. Seiring dengan semakin majunya perekonomian di Indonesia menyebabkan pertumbuhan industri mie instan semakin pesat sehingga mendukung adanya pengembangan produk mie instan tersebut. Hal ini terlihat dengan semakin maraknya aneka mie instan yang beredar dipasaran.

PT. Jakarana Tama pertama kali didirikan di Ciawi, Bogor. Perusahaan ini kemudian melihat perkembangan yang pesat terhadap produknya, dimana banyak permintaan terhadap produk tersebut yang datangnya dari luar pulau Jawa yang seringkali tidak dapat dipenuhi, baik dalam jumlah maupun dari segi waktu. Untuk memenuhi permintaan yang datangnya dari luar Pulau Jawa tersebut, khususnya dari Pulau Sumatera maka didirikan pabrik yang berlokasi di Medan,


(24)

yang mulai dibangun pada bulan November tahun 1992. Produksi perdana dimulai 7 Juni 1993 yang sekaligus menjadi peresmian berdirinya PT. Jakarana Tama, sedangkan produksi komersial PT. Jakarana Tama dimulai pada bulan Juli 1993.

Dalam perjalanan perusahaan ini, dapat dilihat bahwa disamping mencapai tujuan-tujuan bagi pihak perusahaan sendiri, terdapat pula tugas dan tanggung jawab yang senantiasa dilaksanakan, yakni :

1. Membantu pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat. 2. Membantu mengembangkan produksi makanan yang bergizi.

3. Memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar pabrik.

Dalam memasarkan produknya PT. Jakarana Tama bekerja sama dengan PT. Wicaksana Overseas Internasional sebagai distributor. PT. Wicaksana Overseas Internasional (PT. WOI) merupakan salah satu perusahaan jasa distributor yang ikut menikmati pertumbuhan mie instan dengan menjadi distributor yang ikut menikmati pertumbuhan mie instan dengan menjadi distributor yang merupakan pemimpin merek mie instan di Indonesia. Tetapi pada tahun 1993 PT. Indofood Sukses Makmur mengalihkan distributor indomie dan seluruhnya dari PT. WOI yang menyebabkan kehilangan omzet yang cukup besar.

Karena alasan di atas dan penguasaan manajemen serta pengalaman marketing selama 27 tahun menjadikan dan memutuskan pemilik-pemilik saham PT. Wicaksana Overseas Internasional terjun ke industri mie instan.


(25)

2.2. Ruang Lingkup Usaha

Perusahaan PT. Jakarana Tama Cabang Medan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri makanan instan dengan produk akhir berupa mie instan.

Adapun produk mie instan yang telah diluncurkan oleh PT. Jakarana Tama di pasar domestik pada saat ini adalah mie instan dengan merk Gaga Mie 100 dan Gaga Mie 1000.

Bahan-bahan yang digunakan dalam memproduksi mie instan adalah tepung terigu, tepung tapioka, minyak goring, bumbu, kemasan dan karton. PT. Jakarana Tama Cabang Medan pada saat ini hanya memproduksi mie saja. Sedangkan bumbu sebagai salah satu bahan baku di datangkan dari Ciawi Bogor yang juga diproduksi oleh PT. Jakarana Tama Bogor, mengingat besarnya biaya peralatan yang dikeluarkan apabila memproduksi bumbu sendiri dibandingkan dengan mendatangkan dari Ciawi, yang mampu memproduksi sebanyak yang dibutuhkan.

PT. Jakarana Tama Cabang Medan menitikberatkan produksinya pada produk mie instan, dengan memproduksi berbagai jenis mie instan yaitu :

1. Gaga mie 100 Ayam Bawang 2. Gaga mie 100 Soto Mi 3. Gaga mie 100 Kaldu Ayam 4. Gaga mie 100 Goreng Spesial 5. Gaga mie 100 Goreng Extra Pedas


(26)

6. Gaga mie 1000 Ayam Bawang 7. Gaga mie 1000 Rasa Soto 8. Gaga mie 1000 Goreng Spesial 9. Gaga mie 1000 Kaldu Ayam

Pada dasarnya efisiensi bahan dalam proses produksi mie ini sangat tinggi, dimana bahan yang terbuang masih dapat dimanfaatkan kembali. Misalnya makanan ringan. Krip-krip adalah merupakan pecahan-pecahan (remah-remah) mie yang diperoleh dari lintasan produksi yang masih steril yang kemudian diolah kembali menjadi makanan ringan.

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Pengertian organisasi secara umum adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut. Metode pembagian tugas memunculkan empat jenis hubungan kerja dalam organisasi yaitu hubungan garis (hubungan lini atau komando), hubungan garis, fungsional, garis dan staf, organisasi staf dan fungsional.

Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan yang terdiri dari beberapa bagian aktifitas yang berbeda-beda harus dikordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai target dan sasaran perusahaan. Struktur organisasi yang


(27)

baik adalah struktur organisasi yang fleksibel dalam arti hidup, berkembang, bergerak sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi oleh perusahaan.

Suatu struktur yang diperoleh dari mengelompokkan orang-orang sehingga mereka dapat bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan bersama disebut organisasi, atau kata lain organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok individu yang saling berinteraksi dengan pola tertentu sehingga setiap anggota mempunyai tugas tertentu, dan sebagai satu kesatuan yang mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan struktur organisasi adalah merupakan gambaran secara skematis tentang hubungan atau kerja sama dari orang-orang yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

Untuk menjalankan suatu perusahaan secara efektif dan efesien diperlukan adanya suatu keraturan baik intern maupun ekstern perusahaan tersebut. Struktur organisasi turut menunjang keberhasilan dari manajemen. Tanpa organisasi kita akan menghadapi kesimpang siuran di tempat kerja. Nilai yang sangat besar dari sebuah organisasi adalah kemampuannya memanfaatkan berbagai sumber daya manusia secara lebih efektif. Para karyawan yang bekerja secara invidual dengan tujuan berbeda-berbeda memerlukan koordinasi dan pengarahan yang dapat dilakukan melalui organisasi.

Organisasi dan manajemen yang baik akan memberikan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang seimbang. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan perusahaan, karena untuk melakukan usaha yang ada, setiap personil mengetahui wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing. Jika setiap personil ahli dalam bidangnya dan melaksanakan


(28)

kewajibannya sebagaimana mestinya maka organisasi dapat bekerja secara efektif dan efesien, sistematik dan terkoordinir.

Struktur Organisasi yang diterapkan pada PT. Jakarana Tama Cabang Medan adalah kombinasi organisasi garis dan fungsional, dimana pempinan tertinggi dipegang oleh Factory Manager. Disebut berbentuk kombinasi garis dan fungsional karena bentuk organisasi garis dan fungsional adalah organisasi yang wewenangnya dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap kerja berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya, dan tiap-tiap satuan pelaksana kebawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja.

Untuk lebih jelasnyan Struktur Organisasi PT. Jakarana Tama dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(29)

Factory Manager

TEKNIK SPV SENIOR

PRODUKSI SPV

SENIOR KEPALA PERSONALIA

(HRD) UTILITY SPV KASEK. WORK SHOP SPV. PROD SHIFT A KOORD. PROD SHIFT B Opr. Teknik Field SPV. PROD SHIFT B Opr. Bubut Opr. Scrap Opr. Mixer Opr. Press Opr. Fryer Opr. Packing Opr. Pay Roll

GA Security Opr.

Telepon Administrasi Tim Medis Opr. Analis QC Pe-racikan QC Field QC Raw Material WARE HOUSE SPV PPIC SPV QC SPV Opr. Sanitasi Opr. Gudang bahan jadi Opr. Gudang bahan baku


(30)

V-29

2.4. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menggerakkan suatun organisasi dibutuhkan orang-orang yang memegang jawaban tertentu dalam organisasi, dimana masing-masing melaksakan tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan jabatannya. Dalam uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing bagian sesuai dengan struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Manajer Pabrik

a. Mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang tepat demi kepentingan dan kelangsungan jalannya perusahaan.

b. Mengadakan hubungan kerja dengan pihak diluar perusahaan.

c. Mengkoordinir tugas-tugas yang didelegasikan kepada tiap-tiap bagian dan menjalin hubungan kerja yang baik dengan para karyawan perusahan agar terbentuk suatu kerja sama yang harmonis.

d. Bertanggung jawab kepada direktur utama dipusat mengenai kemajuan perusahaan.

2. Teknik Supervisor Senior

a. Bertanggung jawab atas perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan fasilitas-fasilitas pabrik.

b. Mengawasi persedian suku cadang mesin dan peralatan.

c. Menyusun jadwal maintenance seluruh mesin yang ada sehingga pelaksanaanya secara rutin dapat diawasi dan disesuaikan dengan standar perusahaan untuk mencapai efesiensi dan senantiasa siap pakai.


(31)

e. Memelihara barang inventaris perusahaan yang berada di departemen teknik.

3. Production Supevisor Senior

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan produksi.

b. Mengawasi dan merencanakan atas pelaksanaan produksi sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditetapkan.

c. Mengawasi dan mengevaluasi setiap kegiatan produksi untuk mendeteksi setiap kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan. d. Menyusun target renacana produksi dan upaya-upaya pencapaiannya. e. Menyusun sistem dan mekanisme kerja ddari masing-masing unit produksi. f. Memelihara barang intaris perusahaan yang ada di departemen produksi. g. Membuat rencana kebutuhan material.

h. Melakukan pengendalian terhadap biaya produksi.

i. Memelihara barang investasi perusahaan yang ada di Departemen Produksi. j. Bertanggung jawab atas kemajuan dibidang produksi serta menyampaikan

laporan perkembangan produksi secara periodik kepada Manajer Pabrik. k. Mendapat laporan atas pelaksanaan kegiatan-kegiatan di gudang bahan

baku dan di gudang bahan jadi. 4. Kepala Personalia (HRD)

a. Melaksanakan pemeriksaan administrasi personalia secara keseluruhan. b. Mengadakan hubungan keluar dengan perusahaan lain dan pejabat yang


(32)

c. Berusaha agar perusahaan mendapat tanggapan yang baik dari segenap lapisan masyarakat.

d. Menyusun rencana pengembangan Sumber Daya Manusia.

e. Menyelesaikan masalah perselisihan perburuhan dan pelaporan ketenaga kerja.

f. Membina hubungan dengan Departemen Tenaga Kerja, dan instansi terkait/PEMDA.

g. Memeriksa dan menganalisa data dan laporan aliran dana dan biaya perusahaan.

h. Koordinasi dengan seluruh kepala departemen dalam hal mempersiapkan

job description.

i. Membimbing dan mengarahkan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan. 5. Supervisor Quality Control

a. Melakukan pengawasan terhadap mutu bahan baku hingga menjadi produk jadi.

b. Mengendalikan standar penggunaan bahan yang telah ditetapakan.

c. Melakukan analisa dan perbandingan mutu terhadap produk sejenis dari perusahaan.

d. Mengadakan riset terhadap proyek-proyek pengembangan mutu produk dan jenis produk.

e. Memeriksa bahan baku dan bahan penolong yang masuk untuk keperluan produksi serta menganalisa hasil pemeriksaan di laboratorium.


(33)

f. Memeriksa persedian bahan baku agar yang dipakai jangan sampai sudah habih masa pakainya.

g. Memonitor usia (massa pakai) produk yang telah disalurkan kepada konsumen.

h. Memelihara barang inventaris perusahaan yang berdara di Departemen

Quality Control.

i. Melayani petugas dari instansi/PEMDA yang akan melaksanakan pemeriksaan hasil produk.

j. Menjaga agar mutu produk tetap baik, sesuai dengan standar yang telah dugariskan oleh perusahaan.

6. Surpervisor Bagian Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persedian Persedian (PPIC)

a. Mengendalikan persedian bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan.

b. Mengendalikan persedian bahan jadi.

c. Menentukan jenis produk yang akan diproduksi setiap hari. d. Bertanggung jawab terhadap manajer produksi.

7. Supervisor Ware House ( Gudang )

a. Mengawasi dan mencatat kegiatan keluar masuk barang dari dan ke gudang baik bahan baku maupun bahan jadi.

b. Bertanggung jawab atas kerusakan bahan baku dan bahan jadi di gudang. c. Mencatat pemasukan dan pengeluaran bahan baku dan bahan jadi.


(34)

8. Supervisor Utility

a. Menjamin kelancaran operasi mesin secara keseluruhan. b. Mengawasi pekerjaan pemeliharaan mesin.

c. Bertugas melakukan pemasangan peralatan mesin. d. Mengawasi pekerjaan operator di power house 9. Kepala Seksi Workshop

a. Bertanggung jawab terhadap perbaiakan mesin-mesin dan peralatan.

b. Bertanggung jawab atas pengadaan suku cadang yang dibuat sendiri oleh perusahaan.

c. Menyusun rencana kebutuhan bahan-bahan genset dan mempersiapkan suku cadang seluruh mesin-mesin yang ada.

d. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan mesin. 10. Supervisor Bagian Produksi

a. Mengadakan pemeriksaan, penilaian, analisa serta evaluasi pekerjaan bawahan.

b. Melakukan perencanaan pekerjaan dan waktu. c. Mengkoordinir pembagian tugas bawahan.

d. Merencanakan pemakaian bahan baku, bahan penolong dan utilitas. e. Bertanggung jawab terhadap Production Supervisor Senior.

f. Menjaga dan membantu kelancaran jalannya produksi. 11. Koordinator Shift Produksi

a. Bertanggung jawab atas semua kegiatan produksi selama shiftnya. b. Memotivasi para pekerja untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.


(35)

c. Membuat laporan kepada supervisor produksi bila ada masalah dibagian produksi.

d. Mengawasi pekerjaan para operator. 12.Operator Teknik Field

a. Bertanggung atas pemeliharaan dan kelancaran mesin-mesin. b. Melakukan perbaikan kerusakan mesin saat operasi berlangsung. 13. Operator Bubut

a. Melakukan perbaikan kerusakan mesin yang ada di bengkel bagian bubut. b. Bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang ada di bengkel bagian

bubut. 14. Operator Scrap

a. Melakukan perbaikan kerusakan mesin yang ada di bengkel bagian scrap. b. Bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang ada di bengkel bagian

scrap.

15. Operator Mixer

a. Menangani atau mengoperasikan mesin mixer pada proses produksi dengan baik selama shiftnya.

b. Mengontrol berjalannya proses produksi di mesin mixer selama shiftnya. 16. Operator Press

a. Menangani atau mengoperasikan mesin press pada proses produksi dengan baik selama shiftnya.


(36)

17. Operator Fryer

a. Menangani atau mengoperasikan mesin fryer pada proses produksi dengan baik selama shiftnya.

b. Mengontrol berjalannya proses produksi di mesin fryer selama shiftnya. 18. Operator Packing

a. Menangani atau mengoperasikan mesin packing pada proses produksi dengan baik selama shiftnya.

b. Mengontrol berjalannya proses produksi di mesin packing selama shiftnya. 19. Operator Payroll

a. Mengatur masalah pemberian upah pada karyawan. b. Mengatur masalah pemberian bonus pada karyawan.

c. Bertanggung jawab atas pendanaan perusahaan dan dokumen-dokumen penting perusahaan.

20. General Administrasi (GA)

a. Membantu karyawan dalam memecahkan masalah yang ada dalam perusahaan.

b. Mengkoordinir dan memeriksa masalah kehadiran karyawan. 21. Security

a. Bertanggung jawab penuh atas keamanan baik pada lingkungan pabrik dan keseluruhan.

b. Menjaga perusahaan dari gangguan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.


(37)

22. Operator Telepon

Mengatur/mengkoordinir telepon yang masuk dan keluar, membuat laporan tentang keadaan jumlah stok bahan jadi di gudang.

23. Administrasi

a. Bertanggung jawab untuk semua urusan yang berhubungan dengan administrasi.

b. Mengelola dan menyimpan data-data pegawai dan karyawan perusahaan. 24. Operator Sanitasi

a. Menangani atau mengatur masalah pengolahan limbah. b. Mengatur kebersihan dan kerapian di seluruh pabrik. 25.Tim Medis

a. Memberikan pelayanan kepada karyawan yang membutuhkan perawatan. b. Melakukan test kesehatan dalam merekrutmen tenaga kerja.

26. Operator Analis

a. Melakukan pengujian laboratorium terhadap bahan baku, bahan setengah jadi dan bahan jadi.

b. Memnuat laporan pelaksanaan pengujian laboratorium. 27. QC Bagian Peracikan

a. Bertanggung jawab atas pembuatan formula-formula untuk masing-masing jenis mie yang akan diproduksi setiap hari.

b. Bertanggung jawab atas pembuatan larutan alkali untuk setiap jenis produk yang akan diproduksi.


(38)

28. QC Field

a. Memeriksa kualitas mie yang telah dikemas sampai batas berlakunya. b. Memantau keadaan mie yang dipasarkan apakah masih layak untuk

digunakan.

c. Menarik semua produk apabila dalam pemeriksaan ternyata tidak layak digunakan lagi.

29. QC Bagian Pengendalian Mutu ( Raw Material ) a. Bertanggung jawab atas mutu produk.

b. Melakukan penelitian mutu dari setiap bahan masuk berdasarkan kualifikasi yang telah di tentukan.

c. Melakukan pengawasan mutu produk selama dalam proses. 30. Operator Gudang Bahan Jadi

a. Mengawasi kegiatan pemasukan dan pengeluaran produk gudang bahanjadi.

b. Mengontrol keadaan bahan jadi.

c. Membuat laporan persedian bahan jadi dan pengeluaran bahan jadi atau hasil produksi.

d. Membuat laporan tentang keadaan jumlah stok bahan jadi di gudang. 31. Operator Gudang Bahan Baku

a. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran bahan dari gudang bahan baku. b. Mengontrol keadaan bahan baku.


(39)

2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja

PT. Jakarana Tama Medan memiliki tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja/karyawan yang ditempatkan langsung pada bagian proses pembuatan/pengolahan produk, yaitu pekerja yang ada di bagian pengolahan (pabrik), sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah karyawan/tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan dengan pembentukan produk atau yang tidak langsung bekerja di pabrik, yaitu yang ditempatkan pada bagian kantor, baik kantor manajer, maupun kantor-kantor pada setiap departemen.

Khusus bagi penerimaan tenaga kerja yang baru, sama seperti perusahaan lainnya, dilakukan test pengetahuan umum, kesehatan, wawancara dan juga test keahlian khusus. Sesudah melewati tahap tersebut, diadakan penyaringan data yang lulus dalam penyaringan ini kemudian diterima bekerja, dan kemudian diadakan orientasi dan tranning pekerja.

Latihan dan pendidikan tenaga kerja langsung dilakukan di pabrik oleh pekerja yang terlatih. Untuk tenaga kerja langsung terlebih dahulu diberikan masa percobaan selama 3 (tiga) bulan sesuai dengan peraturan dan persyaratan bagi karyawan baru. Dan dalam masa percobaan harus bersedia lembur dan patuh terhadap peraturan. Perincian jumlah tenaga kerja pada PT. Jakarana Tama dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(40)

Khusus bagi penerimaan tenaga kerja yang baru, sama seperti perusahaan lainnya, dilakukan test pengetahuan umum, kesehatan, wawancara dan juga test keahlian khusus. Sesudah melewati tahap tersebut, diadakan penyaringan data yang lulus dalam penyaringan ini kemudian diterima bekerja, dan kemudian diadakan orientasi dan tranning pekerja.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Pada PT Jarakana Tama Medan

No Bagian Jenis Kelamin Jumlah

Pria Wanita

1. HRD 21 4 24

2. Accounting 2 2 4

3. Sales/Marketing 10 2 12

4. Purchasing 1 - 1

5 Quality Control 7 6 12

6 Gudang Bahan Jadi 12 1 13

7 Gudang Bahan Baku 11 1 12

8 Produksi 77 179 256

9 Anodle 6 4 10

10 Teknik 13 1 14

11 PPIC 1 - 1

Jumlah Karyawan 161 200 361

Sumber : PT. Jakarana Tama

2.5.2. Jam Kerja

Jam kerja pada perusahaan ini secara umum dibagi atas 2 shift. Pembagian jam kerja ini hanya berlaku untuk bagian pabrik dan keamanan dengan perincian:


(41)

1. Kantor

Hari kerja Senin sampai Jumat Pukul 08.00 – 12.00 WIB ( Bekerja) Pukul 12.00 – 13.00 WIB (Istirahat) Pukul 13.00 – 16.00 WIB (Bekerja) Untuk Hari Sabtu

Pukul 08.00 – 12.00 WIB (Bekerja) Hari Minggu adalah hari libur 2. Pabrik

Senin sampai Jum’at diatur dalam 2 shift sebagai berikut:

- Shift I bertugas mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB - Shift II bertugas mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB 3. Khusus karyawan keamanan dibagi dalam satu kelompok 4 orang. Untuk

setiap kelompok dilakukan pergantian tiap 12 jam dari hari Senin sampai Minggu

2.6. Sistem Pengupahan

Besarnya gaji/upah untuk setiap karyawan ditentukan menurut tingkat golongannya. Perusahaan ini menerapkan ketentuan pemerintah tentang Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku bagi seluruh karyawan. Dalam hal upah atau gaji karyawan PT. Jakarana Tama melakukan pembayaran sekali setiap bulan. Perusahaan juga memberi tambahan gaji kepada karyawan berdasarkan intensif yang besarnya ditentukan berdasarkan prestasi dan lamanya kerja.


(42)

2.7. Jaminan Sosial

Untuk menolong karyawannya agar bekerja lebih giat dalam meningkatkan prestasinya, perusahaan memberikan jaminan sosial dalam tunjangan antara lain:

1. Asuransi

a. Asuransi Tenaga Kerja - Jaminan Hari Tua - Dana Pensiun - Santunan Hari Tua

- Asuransi Kecelakaan Kerja - Asuransi Kematian

b. Asuransi Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) kepada semua karyawan berupa jaminan kecelakaan, kematian, dan hari tua.

2. Tunjangan

a. Tunjangan Hari Besar Agama

Setiap tahunnya karyawan juga mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) dan paket Hari Raya yang beragama Islam dan paket Tahun Baru bagi yang beragama Kristen.

b. Tunjangan jabatan/fungsional c. Tunjangan Hari Tua


(43)

e. Tunjangan kesehatan Karyawan dan Keluarga, yaitu: - Berobat ke dokter yang ditunjuk perusahaan - Rawat inap

- Perawatan gigi

-2.8. Fasilitas Pendukung

Perusahaan menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung efektifitas karyawan seperti:

1. Poliklinik

2. Fasilitas kerja, berupa pakaian kerja, sarung tangan, topi serta masker 3. Koperasi

4. Sarana ibadah/Musola 5. Keanggotaan SPSI 6. Transportasi

Perusahaan menyediakan bus angkutan untuk antar jemput pekerja dan mobil untuk antar jemput karyawan kantor.

7. Kamar mandi dan kamar ganti pakaian 8. Fasilitas tranning dan pelatihan

9. Cuti yang meliputi:

- Cuti tahunan selama 12 hari kerja

- Cuti melahirkan selama 1,5 bulan sebelum dan sesudah melahirkan - Cuti perkawinan selama 3 hari


(44)

2.9. Proses Produksi

2.9.1. Standar Mutu Bahan/Produk

Perusahaan selalu berusaha untuk dapat meningkatkan pasar penjualan yang tinggi dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan menjaga mutu mie instan agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Selain menjaga mutu, perusahaan juga menjaga ketepatan waktu pengiriman sesuai jadwal yang ditetapkan dalam jadwal pengiriman ke jaringan distribusi. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sangat mengutamakan standar mutu yang baik dan sesuai dengan jadwal pengiriman yang tepat waktu, perusahaan berusaha untuk terus menerus meningkatkan mutu dan menjaga waktu pengiriman yang dijadwalkan sehingga dapat memperoleh pasar yang lebih besar lagi.

Pada saat ini PT. Jakarana Tama Tanjung Morawa harus lebih meningkatkan mutu produk mie instan karena semakin banyaknya perusahaan lain yang memproduksi mie instan yang sejenis, perusahaan lain yang memproduksi yang menjadi saingan seperti Indomie, Supermie, Sarimie, dan merk mie instan lainnya yang semakin marak dipasaran saat ini. Namun PT. Jakarana Tama tetap dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis lainnya. Standar mutu bahan/produk ini dilakukan dalam 3 tahap pengawasan mutu yaitu :

1. Analisis Laboratorium

Sebelum mie siap dikonsumsi oleh konsumen dilakukan tes laboratorium. Beberapa tes yang dilakukan adalah :

a. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid/FFA) b. Analisis Kadar Lemak


(45)

c. Analisis Bilangan Peroksida (POV) d. Analisis Kadar Air dengan Metode Oven 2. Mutu Produk Jadi

Pengawasan mutu produk jadi yaitu mie yang sudah kering yang keluar dari

cooling fan kemudian didistribusikan ke luar packing. Pada tahap ini terdapat

beberapa proses yaitu : a. Pengaturan letak mie b. Pengisian bumbu dan cabe c. Pengecekan kelengkapan isi d. Pengemasan mie

e. Pengemasan karton f. Pengisolasian karton

Sebelum pengemasan produk dilakukan beberapa pengecekan, yaitu : a. Pengontrolan Berat Mie

Pemeriksaan berat mie dilakukan di mesin packing setiap 0,5 menit setiap jalur. Untuk mie instan regular berat mie kering 55 gr dan mie instan berat mie kering 89 gr. Keutuhan dari kepingan mie juga diperhatikan yaitu minimal 96%. Jika persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka mie tersebut tidak dapat dibungkus/dikemas.

b. Pemeriksaan Kandungan Mie

Analisisnya dilakukan di dalam laboratorium. Standar mutu mie kering dapat dilihat pada Tabel 2.2.


(46)

Tabel 2.2. Standar Mutu Mie Kering

Jenis Pemeriksaan Standar

Tekstur Normal dan dapat diterima

Kadar Free Fatty Acid (FFA) mie Maksimal 0,25 %

Kadar Peroksida Maksimal 3,00 mg/100 gr

Kadar Air Mie Maksimal 17-19 %

Kadar Lemak Maksimal 17-19 %

Sumber : PT. Jakarana Tama

Bila hasil pemeriksaan tidak sesuai standar maka dilakukan proses pengolahan.

3. Standar Mutu Pengemasan

Mie yang akan dikemas harus berbentuk rapi, tidak panas, tidak pecah, juga tidak ada kontaminasi. Kemasan yang digunakan harus bersih. Etiket yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Kondisi bagian belakang dan daerah penutup

Kondisi yang masih diterima pada bagian ini adalah bagian penutup harus kuat, berwarna kontras dan berwarna dasar sebagai latar belakang.

b. Latar belakang

Bagian latar belakang yang tidak berwanrna berukuran lebih tebal berbentuk garis. Bagian yang berwarna berukuran tipis.

c. Kondisi tulisan


(47)

d. Pengkodean

Etiket harus dilengkapi dengan kode produksi dan batas pemakaiannya (batas kadaluarsa)

Standar pengemasan kepingan mie instan dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Standar Pengemasan Kepingan Mie Instan

No Jenis Pemeriksaan Standar

1 Berat netto kepingan mie 65 gr, 75 gr (mie regular), 100 gr (mie 100)

2 Kode

- Etiket - ada dan sesuai

- karton - ada dan sesuai

3 Mutu Sealing Tidak bocor dan tidak berlipat

4 Mutu Etiket Baik dan gambarnya jelas

5 Kelengkapan bumbu ada dan sesuai

6 Isi tiap karton 40 pcs

Sumber : PT. Jakarana Tama

2.9.2. Bahan yang Digunakan

Produk yang dihasilkan oleh PT. Jakarana Tama adalah mie instan. Produk ini diproduksi dengan berbagai rasa.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan mie instan adalah sebagai berikut :

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan yang paling penting digunakan dalam pembuatan suatu produk dimana keberadaan bahan tersebut mempengaruhi nilai produk. Dengan kata lain, bahan baku adalah bahan utama dalam pembuatan produk.


(48)

a. Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan mie instan yang dikemas dalam karung berkapasitas 25 kg dengan ukuran 90 cm x 50 cm.

b. Tepung Tapioka

Tepung tapioka berfungsi sebagai bahan baku yang ditambahkan pada tepung terigu yang dapat membuat adonan menjadi kenyal pada setiap keping mie blok yang dikemas dalam karung bekapasitas 10 kg dengan ukuran 60 cm x 30 cm.

c. Bumbu penyedap dan sauce

Bumbu penyedap dan sauce tidak di produksi sendiri oleh pabrik tetapi didatangkan dari Ciawi yang menangani bumbu pada grup yang sama. Jadi bumbu sudah dalam bentuk kemasan. Pemberian bumbu pada setiap kemasan berbeda-beda menurut jenisnya dan rasa mie. Bumbu dan mie disatukan pada waktu pembungkusan. Bumbu ini terdiri dari pala, lada.

Monosodium glutamate, rasa daging ayam, garam, hidrolisa, protein sayur,

bumbu seledri, kecap, bumbu bawang putih dan daun bawang. Ukuran pembungkus bumbu penyedap dan sauce masing - masing adalah 7 cm x 5 cm.

2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk atau suatu bahan yang ditambahkan pada produk dimana keberadaannya sebagai bahan pelengkap dan merupakan bagian dari produk


(49)

akhir. Dengan kata lain, bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai pelengkap bahan baku untuk sama-sama membentuk barang jadi, dimana komponen bahan tambahan ini biasanya tidak dapat dibedakan secara jelas pada barang jadi tersebut.

Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan mie instan adalah sebagai berikut :

a. Etiket atau pembungkus

Etiket atau pembungkus terbuat dari plastik yang telah diberi merek berbagai jenis dan rasa mie yang hendak dibungkus. Etiket ini dibuat berbentuk roll gulungan yang telah disesuaikan dengan keadaan mesin pembungkus. Ukuran satu pembungkus mie instan adalah 12 cm x 10 cm. b. Kotak karton

Kotak karton digunakan untuk mengepak mie yang telah dibungkus pada masing-masing etiket yang memuat 40 bungkus. Kotak karton ini juga telah diberi label berdasarkan jenis dan rasa mie yang akan dikemas. Ukuran kotak karton bila di bangun yaitu 33 cm x 22,5 cm x 23,5 cm. c. Selotif

Selotif digunakan untuk merekatkan tutup kotak karton satu sama lain yang berukuran lebar 8 cm.

3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi yang dikenakan langsung terhadap bahan baku yang sifatnya hanya membantu atau mendukung kelancaran proses produksi dan bahan ini bukan bagian dari


(50)

produk akhir. Bahan penolong ini tidak tampak pada barang jadi. Bahan penolong yang digunakan adalah :

a. Natrium polipospat (NaH2PO4)

Natrium polipospat (NaH2PO4) berfungsi untuk membuat adonan menjadi

kenyal dan bersatu.

b. Natrium karbonat (Na2CO3)

Natrium karbonat (Na2CO3) berfungsi sebagai pengembang dalam proses

pembuatan mie instan.

c. Potassium karbonat

Potassium karbonat berfungsi untuk membuat adonan menjadi kenyal dan

bersatu

d. Karboksimetil selulosa

Karboksimetil selulosa berfungsi untuk membuat adonan menjadi kenyal

dan bersatu.

e. Tetrazine (CL 19140)

Tetrazine (CL 19140) berfungsi sebagai bahan pewarna untuk pembuatan

mie instan, agar mie tersebut tampak menarik. f. Garam (NaCl)

Garam digunakan untuk memberikan rasa asin terhadap mie. g. Air

Dalam proses pembuatan mie, air berfungsi untuk melarutkan zat-zat yang digunakan serta menjadikan adonan dapat bercampur secara homogen. Air berasal dari sumur pompa yang ditampung dalam tangki penyaring atau


(51)

filter yang akan menyaring kotoran-kotoran sehingga dihasilkan air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

h. Minyak goreng

Minyak goreng berfungsi untuk menggoreng mie yang sudah diadon dan dibentuk dalam mangkok-mangkok penggorengan. Minyak goreng yang dipakai harus mempunyai titik didih yang tinggi dan mengandung lemak rendah, sehingga hasil produksi tidak berbau tengik dan dapat bertahan lama. Minyak goreng didatangkan dari PT. Asianagro Tanjung Balai. 4. Bahan Jadi

Bahan jadi adalah produk akhir dari pembuatan mie instan yang sudah siap untik dipasarkan atau dikonsumsi. Barang jadi dikemas dalam kotak karton berukuran 33 cm x 22,5 cm x 23,5 cm yang didalamnya berisi 40 bungkus mie instan yang dikemas dalam plastik.

2.9.3. Uraian Proses

Adapun urutan dalam proses pembuatan mie adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan Larutan Konsui

Larutan konsui adalah campuran larutan formula alkali dengan air dengan komposisi formula dan air adalah 1:3. Larutan formula alkali di tangki alkali dialirkan melalui pipa ke tangki konsui untuk pencampuran dan pengadukan larutan alkali selama ± 1 jam sehingga larutan homogen. Untuk satu adonan dibutuhkan 70 liter larutan alkali. Larutan alkali ini dialirkan ke mesin mixer


(52)

melalui konsui pump. Larutan alkali digunakan untuk campuran dalam pengadukan tepung terigu dan tepung tapioka menjadi adonan pembentuk mie. 2. Pencampuran di Mesin Mixer

Tepung terigu sebanyak 9 sak (225 kg) dan tepung tapioka sebanyak 10 kg yang berada di lantai I lantai produksi dipompakan melalui screw conveyor ke mesin mixer yang berada pada lantai II. Proses ini merupakan proses pencampuran tepung terigu dan tepung tapioka dengan larutan alkali pada temperatur 300 – 360C selama 12-18 menit, dengan kecepatan 60-70 rpm. Pengadukan dilakukan secara perlahan-lahan sampai terbentuk adonan yang homogen dan memiliki tekstur yang elastis. Adonan yang dihasilkan berwarna kuning muda, yang tidak menggumpal (tidak mudah pecah/hancur). Adonan yang baik adalah adonan yang lembut dan kadar airnya cukup. Proses kerja mesin

mixer ini diatur melalui sebuah panel control untuk mengetahui suhu, waktu, dan

kecepatan pengadukan.

3. Penampungan di Mesin Feeder

Bila pencampuran selesai yang berarti telah terbentuk adonan yang baik menurut standar produk maka tutup bagian bawah (damper) mesin mixer terbuka dan adonan ditampung oleh mesin feeder yang berada tepat di bawah mesin mixer di lantai I, sehingga adonan dapat berpindah hanya dengan menggunakan gaya gravitasi.

Mesin feeder ini berfungsi sebagai tempat penampungan adonan untuk diratakan dan juga untuk mengatur jumlah adonan yang akan di press, agar adonan yang akan di press rata.


(53)

Proses kerja mesin feeder ini diatur melalui sebuah panel control sehingga proses dapat berjalan secara kontiniu selama masih ada adonan di dalam mesin ini. Mesin ini juga dilengkapi sensor infra merah, yang akan mengatur jumlah adonan yang akan jatuh ke mesin press.

4. Pengepresan di Mesin Press

Adonan didorong sedikit demi sedikit dari mesin feeder ke mesin press dengan menggunakan roller-roller press yang akan menekan dan menipiskan adonan menjadi lembaran-lembaran dengan ketebalan 1,0-1,2 mm. Di mesin press terdapat 2pasang secara seri. Masing-masing roller akan mengeluarkan lembaran-lembaran dengan ketebalan yang semakin kecil. Pada hasil output roller ke-8 akan memberikan ketebalan yang dikehendaki yaitu pada toleransi antara 1,0-1,2 mm. Ketebalan dari lembaran adonan ini selalu dikendalikan dengan menyetel setiap pasangan-pasangan roller. Lebar lembaran adonan adalah 80 cm dan lembaran yang dihasilkan tidak boleh putus atau berlubang, bersifat elastis dan tidak tegang. Lembaran adonana kemudian diangkut dengan conveyor ke mesin Slitter.

5. Penyisiran di Mesin Slitter

Mesin slitter atau penyisir terletak tepat berada di ujung mesin press. Lembaran adonan yang keluar dari roller terakhir mesin press akan masuk ke mesin slitter (penyisir). Kemudian lembaran dipotong-potong menjadi mie yang berukuran sekitar 1 mm dengan mesin slitter. Kemudian mie diuntai (dibuat bergelombang) dengan menampung mie hasil sisiran dari slitter pada conveyor dengan kecepatan yang lebih kecil dari kecepatan keluaran potongan-potongan mie dari mesin slitter.


(54)

Kecepatan yang lebih kecil atau lebih lambat ini dibuat dengan tujuan agar potongan-potongan mie menjadi menumpuk, sehingga mie menjadi mengendur dan akhirnya bergelombang dan keriting. Selanjutnya mie dilewatkan pada alat pemisah yang berbentuk roda-roda yaitu alat-alat yang membagi-bagi mie menjadi 5 bagian. Perbedaan kecepatan dari motor conveyor dengan motor slitter juga digunakan untuk menentukan berat mie yang akan diproduksi. Jika conveyor bergerak lambat maka gelombang mie akan rapat yang berarti akan semakin berat dan sebaliknya.

6. Penguapan atau Pengukuran di Steam Box

Untaian mie yang selalu berada di atas conveyor dilewatkan melalui steam

box. Steam box ini sepanjang ± 12 meter berisi uap panas 1000C yang dialirkan

dari boiler dan dilewati mie selama 1 menit. Disini dimasak dengan cara mengukur karena hanya menggunakan uap panas atau tanpa kontak dengan api. Pengukuran mempunyai tujuan :

a. Mendapatkan mie dengan kematangan yang baik

b. Menghasilkan mie dengan tekstur yang empuk dan elastis

c. Mempercepat pemasakan mie pada saat dikonsumsi oleh konsumen.

Kemudian dari steam box untaian mie dilewatkan melalui 2 unit kipas angin (fan) untuk menurunkan suhu dari mie agar dapat diproses pada proses selanjutnya.

7. Pemotongan dan Pelipatan di Mesin Cutter

Untaian mie melalui 2 unit kipas angin (fan) untuk menurunkan suhu dimaksudkan agar mie tidak terlalu lembek untuk dipotong dan dilipat dengan alat


(55)

pelipat. Cutter ini terdiri dari pisau pemotong dan alat pelipat sendiri dari cangkul-cangkul pelipat.

Untaian mie pada akhir conveyor dilewatkan pada mesin pemotong dan kemudian untaian mie tersebut dipotong berdasarkan ukuran panjang yang ditentukan yaitu sekitar 24 cm dan kemudian untaian mie yang telah dipotong dilipat dengan cangkul pelipat yang tepat berada dibawah pisau pemotong, sehingga panjang mie hasil lipatan menjadi 12 cm.

8. Pendistribusian

Mie yang telah dilipat dijatuhkan ke conveyor distribusi yang membawa potongan-potongan mie conveyor penggorengan yang berisi mangkok-mangkok. Dalam letakkan mie dari bagian distribusi sering mie yang dijatuhkan tidak tepat pada mangkok karena kecepatan antara conveyor tidak sama. Untuk menghindari hal ini perusahaan menggunakan tenaga karyawan untuk mengatur atau meletakkan mie pada mangkok.

9. Penggorengan di mesin Trying

Prinsip penggorengan mie adalah pengeringan mie basah dengan media minyak goreng pada temperatur tinggi sehingga mencapai kadar air tertentu dengan tujuan membentuk mie kering yang matang, renyah, gurih, tahan lama, dan siap dikemas. Sebelum penggorengan dimulai, minyak dialirkan ke heat

exchanger melalui pipa panas yang dipanaskan oleh uap panas dari boiler dengan

tekanan 0,5 kg/cm2, lalu dialirkan ke mesin trying melalui pipa. Suhu bagian awal penggorengan sekitar 1350C, suhu bagian tengah 1650C dan suhu bagian ujung 1500C. Minyak yang telah dipakai untuk menggoreng lalu dialirkan kembali ke


(56)

heat exchanger, agar panasnya tetap. Minyak kemudian dipompakan kembali ke mesin trying.

Mie yang dimasukkan ke dalam mangkok-mangkok penggorengan ditutup dengan jaring-jaring yang bertujuan untuk menjaga mie agar tidak mengembang melebihi ukuran yang diinginkan dan tidak mengapung saat digoreng. Mangkok-mangkok conveyor dilewatkan dalam penggorengan yang telah berisi minyak yang telah dipanaskan. Penggorengan berbentuk memanjang sekitar 6 meter dan dilalui conveyor dengan kecepatan sangat lambat. Waktu yang dibutuhkan untuk penggorengan sekitar 2 menit. Mie keluar dari penggorengan dijatuhkan ke

conveyor lain yang berbentuk jaring-jaring untuk meniriskan sisa minyak dari

penggorengan.

10. Pendinginan di Cooling Fan

Potongan-potongan mie yang telah digoreng kemudian dibawa ke mesin pedingin (cooling fan) dengan menggunakan conveyor. Pendinginan mie ini dilakukan di dalam cooling fan dengan menghembuskan udara ke arah mie melalui kipas angin yang ditempatkan sedemikian rupa di dalam cooling fan. Adapun jumlah kipas angin yang berada dalam mesin pendingin adalah 20 unit.

Tujuan pendinginan mie adalah untuk mengeringkan minyak yang bersisa saat penggorengan. Sehingga mie menjadi benar-benar kering dan tidak berbau tengik dan tahan lama. Proses pendinginan berlangsung selama 2 menit. Temperatur ideal untuk produk akhir ialah pada temperature kamar atau suhu sekitar 270C.


(57)

11. Pembungkusan

Setelah mie didinginkan dan keluar dari cooling fan, mie didistribusikan

oleh pack conveyor menjadi 2 jalur dan di bawa ke mesin pembungkus di bagian

kiri dan bagian kanan. Di pembungkusan, mie yang bergerak akan melewati operator yang bertugas menyusun dan membenarkan letak mie berdasarkan panjangnya dan memeriksa mie yang layak dibungkus. Operator pengisian mie memeriksa agar setiap conveyor pada mesin pembungkus berisi mie. Selanjutnya operator pengisi bumbu memasukkan bumbu ke setiap mie sesuai dengan rasa dan jenis mie dan kemudian conveyor mie berjalan menuju pembungkus dimana plastik pembungkus telah ada pada mesin tersebut. Mesin ini dilengkapi dengan sensor yang member nomor produksi dari masing-masing mie dan tanggal penggunaan yang diperbolehkan. Pembungkusan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Melindungi produk dari kotoran debu dan bahan lain yang dapat mencemari.

b. Mencegah proses oksidasi lebih lanjut dari oksigen yang berasal dari udara dan sinar matahari.

c. Memberi daya tarik sehingga lebih mampu bersaing terhadap produk-produk sejenis lainnya.

d. Memberi informasi pada konsumen tentang cara penggunaan, kandungan gizi dan hak produk secara hukum.


(58)

12. Pengepakan

Dipengepakan, mie dikemas ke dalam karton-karton yang masing-masing berisi 40 bungkus. Mie dimasukkan ke dalam karton dengan cara manual. Kemudian karton atau kardus ditutup dengan selotip, selanjutnya dibawa ke gudang bahan jadi untuk disimpan. Di kotak karton dicantumkan jenis mie, isi karton, tanggal produksi, batas tanggal pemakaian produk, kode produksi dan nama perusahaan.

2.10. Mesin dan Peralatan 2.10.1. Mesin

Mesin untuk proses produksi yang digunakan dalam pembuatan mie instan adalah sebagai berikut:

1. Mesin Screw Conveyor

Merk : Tokyo Menki

Type : 90-LG

Panjang conveyor : 4 m Diameter screw : 12 in Kecepatan putar : 40 rpm

Kapasitas : 5 ton /jam

Induction motor : 3 Unit

Putaran motor : 910 rpm

Daya : 10 kW


(59)

Fungsi : Untuk Menghisap tepung terigu dan tepung dan tepung tapioka oleh screw conveyor di dilantai I ke mixer di lantai II sebanyak 235 kg selama 3 menit.

2. Mixer

Merk : Mitsubishi

Type : SF-JR

Diameter tanki : 40 in

Tinggi tanki : 60 in

Panjang kipas : 18 in

Jumlah kipas : 6 sudu

Kecepatan putar : 60 rpm

Induction motor : Super line

Putaran motor : 1420 rpm

Daya : 11 kW

Tegangan : 380 Volt

Fungsi : Untuk Mencapur dan menganduk tepung terigu

bersama tepung tapioka dengan larutan alkali sampai menjadi adonan selama 15 menit


(60)

3. Mesin Feeder

Merk : Mitsubishi

Type : SF-JH

Kecepatan putar : 12 rpm

Kapasitas : 8 ton/jam

Putaran motor : 1420 rpm

Daya : 2,2 kW

Tegangan : 380 Volt

Fungsi : Menampung dan memecahkan gumpalan adonan ke

mesin press.

Sparepart : a. Box transmisi

b. Tali Kipas

c. Bearing dan rumah bearing d. Rantai double

e. Sprocket f. Motor feeder

g. Pulleyz pada motor feeder dan box tranmisi

4. Mesin Press (Roller)

Merk ; Tokyo Menki

Diameter roller : 10 in Panjang roller : 35 in Kecepatan putar : 40 rpm


(61)

Putaran motor : 1440 rpm

Daya : 5,5 kW

Tegangan : 380 Volt

Fungsi : Merubah bentuk dari adonan menjadi lembaran.

Sparepart : a. Box tranmisi

b. Motor Press

c. Rantai double

d. Sprocket boss 5. Mesin Sliter

Merk : Tokyo Menki

Fungsi : Merubah bentuk lembaran menjadi untaian dengan cara menyisir.

Jumlah sliter : 5 sliter

Sparepart : a. Sliter

b. Boss pada sisir sliter

c. Sprocket 6. Mesin Steam Box

Merk : Tokyo Menki

Pressure gauge : 0-5 kg/cm2

Suhu Steam box : 1000C Panjang Steam box : 12 meter

Fungsi : Membasahi, mematangkan dan mengeringkan mie


(62)

b. Rantai stainless

c. Bearing

d. Wire mash

e. Variable speed reduser

f. Sprocket boss

g. Valve

h. Karet-karet steam box dan fan. 7. Mesin Cutter

Merk : Tokyo Menki

Panjang cutter : 12 cm

Lebar cutter : 12 cm

Kecepatan putar : 40 rpm Putaran motor : 1410 rpm

Kuat Arus : 1,2 Amp

Daya : 0,4 kW

Tegangan : 380 Volt

Fungsi : Memotong dan melipat untaian mie menjadi

kepingan mie.

Sparepart : a. Cangkulan

b. Pisau potong c. Roll karet

d. Sprocket cutter


(63)

f. Elektromotor 8. Mesin trying

Merk : Tokyo Menki

Trying penggorengan : 6 meter

Suhu : 1500C

Daya : 2,2 kW

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 1.2 Amp

Fungsi : Menggoreng mie dan memberi aroma mie

9. Mesin Cooling Conveyor

Fan : 10 Unit

FA 10 x 0,4 kW

CCV 800 x 120

Cooling conveyor : 1 Unit

Putaran : 1420 rpm

Daya : 10,75 kW

Tegangan : 380 volt

Kuat Arus : 1,2 Amp

Fungsi : Mendinginkan mie yang telah digoreng dan

mengeringkannya.

Sparepart : a. Fan

b. Bearing


(64)

d. Cooling conveyor

f. Motor

10. Mesin Unit Packing

Mesin ini berfungsi untuk membungkus mie. Dengan panjang etiket atau bungkus ini adalah 170 mm. Mesin ini dilengkapi dengan alat sensor yang dapat mengatur pemotongan mie dan pembungkusnya tidak terpotong sehingga mie terbungkus dengan baik. Mesin ini juga member nomor produksi dan tanggal penggunaan yang diperbolehkan. Mesin ini berasal dari jepang dengan merek Tokiwa. Sparepart dari mesin packing ini adalah :

1. Film Holder

Film holder berfungsi sebagai tempat letak plastik pembungkus mie.

2. Forming Box

Forming box berfungsi menentukan lebar dari pembungkus sesuai dengan

produk.

3. Long Sealer

Long sealer berfungsi sebagai alat perekat pembungkus dengan

menggunakan elemen panas yang diatur oleh termokopel disuplai ke

termocontrol dengan menggunakan arus listrik. Temperatur 230 – 2500C.

Kecepatan potong 105 potong per menit.

4. Follow up motor

Follow up motor berfungsi sebagai motor penggerak bila ada kesalahan pada


(65)

5. Bag Length

Bag length berfungsi untuk mengetahui panjangnya pembungkus.

6. End Sealer Upper/and Sealer Lower

End sealer berfungsi sebagai alat perekat pembungkus dengan menggunakan

elemen panas yang diatur oleh termokopel disuplai ke termocontrol dengan menggunakan arus listrik. Temperatur 170 – 2000C. Kecepatan potong 105 potong per menit. End sealer upper berguna untuk menutup pada bagian kiri dan kanan kemasan.

7. Discharge Conveyor

Discharge conveyor berfungsi sebagai pembawa mie untuk dibungkus.

8. Follow up timing

Follow up timing berfungsi sebagai penentuan letak pembukus suatu produk.

9. Counter

Counter berfungsi untuk mengetahui jumlah produksi.

2.10.2. Peralatan

Untuk mendukung proses produksi diperlukan berbagai peralatan. Adapun jenis peralatan yang digunakan sebagai berikut:

1. Kereta Sorong

Kereta sorong berfungsi untuk mengangkut karton yang telah berisi mie ke gudang bahan jadi.


(66)

2. Hand palet

Hand palet berfungsi untuk mengangkut karton mie yang telah dipalet di gudang barang jadi.

3. Forklift

Forklift berfungsi untuk mengangkut karton mie dari gudang bahan jadi ke

truk, forklift juga digunakan sebagai alat angkut bahan-bahan kebutuhan proses produksi.

2.10.3. Utilitas

Adapun utilitas dalam pembuatan mie adalah sebagai berikut : 1. Uap (Steam)

Uap merupakan salah satu unit pendukung di bagian produksi. Uap yang digunakan oleh pabrik dihasilkan oleh boiler. Uap adalah bentuk gas dari zat (air) yang dalam kondisi normal tidak berbentuk gas. Yang dimaksud dengan uap jenuh adalah uap yang suhunya sama dengan titik didih air. Uap yang terbentuk pada saat air mendidih. Unsaturated adalah uap yang suhunya masih dibawah titik didih air. Steam Boiler di PT. Jakarana Tama cabang Medan menggunakan uap Saturated. Uap yang dihasilkan seluruhnya digunakan di bagian produksi yakni untuk :

a. Proses pengukusan pada steam box, yang digunakan untuk memasak mie.

b. Proses penggorengan pada fryer, yang digunakan untuk memanaskan minyak goring.


(67)

Di PT .Jakarana Tama terdapat dua boiler dengan kapasitas 10 ton/jam. Boiler ini diperoleh dari PT. Mechmar jaya industri.

2. Air

Air memegang peranan penting dalam kelangsungan proses produksi. Kegunaan air di perusahaan ini adalah :

a. Untuk proses produksi

b. Untuk keperluan boiler sebagai penghasil uap c. Untuk keperluan laboratorium

d. Untuk kebutuhan karyawan

e. Untuk zat pendingin, pembersih dan perawatan instalasi.

Air yang digunakan di perusahaan adalah air yang berasal dari sumur bor yang kemudian diolah sehingga memenuhi syarat-syarat kesehatan. Pengolahan air ini disebut dengan water treatment. Pengolahan air dibagai menjadi dua tahap yaitu :

1. Tahap pertama adalah eksternal water treatment yaitu pengolahan air hingga dapat digunakan untuk pabrik, kantor dan keperluan lainnya. 2. Tahap kedua adalah internal water treatment yaitu pengolahan air

hingga dapat digunakan untuk boiler.

Kapasitas air sesuai dengan kapasitas tangki yaitu 20.000/jam. Kebutuhan akan air sebesar 12.000 – 15.000/hari.


(68)

3. Listrik

a. Sumber Listrik dari PLN

Sumber tenaga utama yang diguankan berasal dari PLN, daya listrik yang digunakan dibagi atas dua bagian besar yang dikontrol pada 2 (dua) panel kontrol. Yang pertama daya listrik yang digunakan untuk bagian produksi dan yang kedua daya listrik digunakan untuk bagian utilitas, kantor dan lain-lain. Daya yang dibutuhkan dari PLN adalah 555KVA. b. Mesin Listrik Tenaga Disel

Mesin ini dipersiapkan sebagai tenaga cadangan apabila pemutusan aliran listrik dari PLN secara tiba-tiba. Terdapat 1 generator yang mempunyai kapasitas 590 KVA, 472 kW dengan type Caperpilar seri 3412. Sedangkan bahan bakar yang digunakan adalah solar.

4. Laboratorium

Pengadaan laboratorium di perusahaan ini merupakan suatu ketentuan yang dikeluarkan untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan. Aktivitas di laboratorium ini meliputi pemeriksaan mutu standar yang dihasilkan dan pengadaan riset dalam menciptakan jenis produk baru dan modifikasi produk yang telah ada sebagai usaha diffrensiasi pasar dalam menghadapi persaingan.

Pemeriksaan standar mutu produk dilakukan dengan pemeriksaan bahan baku yang digunakan, bahan setengah jadi dan barang jadi. Pemeriksaan terhadap bahan-bahan baku dilakukan dengan menguji setiap jenis bahan yang


(69)

digunakan seperti tepung dan bahan-bahan tambahan. Untuk produk jadi dilakukan pemeriksaan terhadap isi bungkus dari mie.

2.10.4. Safety dan Fire Protection

Safety and Fire Protectioan merupakan tindakan pengamanan dan

perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan kebakaran yang merupakan resiko pabrik pada umumnya.

Faktor safety yang dilakukan oleh perusahaan adalah memisahkan letak bahan baku yang mudah terbakar dengan sumber api. Tindakan fire protection yang dilakukan adalah dengan memberikan penutup pada panel listrik, menyediakan racun api berupa tabung pemadam kebakaran.

Dalam melaksanakan keselamatan karyawan dalam bekerja di PT. Jakarana Tama Food Industry telah menyediakan beberapa fasilitas antara lain : 1. Regu pemadam kebakaran yang terdiri atas karyawan

2. Tabung pemadam kebakaran yang diletakkan disetiap ruangan 3. Menyediakan pakaian kerja seperi masker, topi dan sarung tangan.

2.10.5. Pengolahan Limbah

Masalah limbah hasil produksi merupakan masalah penting yang harus diperhatikan perusahaan untuk tetap menjaga lingkungan hidup. Sistem dan proses penanganan limbah pada PT. Jakarana Tama menghasilkan 3 (tiga) jenis limbah yaitu:


(70)

1. Limbah Gas

Limbah gas berupa asap yang keluar dari cerobong asap pabrik yang berasal dari steam box dan fryer. Cara pengelolaan pencemaran udara adalah melakukan kegiatan preventif dengan cara mengukur kualitas tingkat pencemaran udara pabrik secara rutin. Untuk sumber pencemaran yang berasal dari cerobong, ditanggulangi dengan memasang scrubber pada cerobong serta memastikan tinggi dan diameter cerobong sesuai persyaratan.

2. Limbah Padat

Limbah padat berupa ceceran adonan mie, produk kadaluarsa, bekas kemasan bahan baku dan bahan penolong serta plastik dan karton. Limbah tersebut diolah dengan tujuan:

a. Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis

b. Mengolah sampah agar menjadi material yang todak membahayakan bagi lingkungan hidup.

Pabrik tidak melakukan pengolahan limbah padat sendiri. Limbah diserahkan kepada pihak ketiga untuk diolah. Pabrik hanya melakukan pemisahan-pemisahan limbah padat yang dihasilkan. Pembagian tersebut terdiri dari sampah yang mudah terurai dan sampah yang sulit terurai.

Untuk limbah padat yang sulit terurai seperti plastik, kardus dan aluminium foil, pihak pabrik menyerahkannya ke pihak ketiga untuk dibuang ke TPA. Untuk limbah yang mudah terurai, seperti mie basah, mie hancur, mie yang gagal produksi diserahkan ke pihak ketiga atau dijual untuk dijadikan pakan ternak.


(71)

3. Limbah Cair

Limbah cair berupa minyak dari air steam. Limbah ini melalui beberapa proses pembungan. Dibawah setiap mesin terdapat air yang dialirkan dan berguna untuk membersihkan/mengalirkan adonan, minyak dan sebagian yang jatuh dari mesin yang akan dibawa ke tempat saluran air yang berada dibawah setiap mesin sehingga sampai ke bak penampungan. Di dalam bak penampungan ini terjadi pemisahan antara lemak dan air. Air akan berada dibawah sedangkan lemak akan berada di atas. Untuk lemak setiap harinya diadakan pengambilan sedangkan air diambil melalui pipa-pipa di bak.


(72)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Gudang

Menurut David E Mulcahy, gudang1

Gudang sebagai tempat yang dibebani tugas untuk menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam produksi, sampai barang tersebut diminta sesuai dengan jadwal produksi.

adalah suatu fungsi penyimpanan berbagai macam jenis produk [unit-unit penyimpanan persediaan (UPS)] yang memiliki unit-unit penyimpanan dalam jumlah yang besar maupun yang kecil dalam jangka waktu saat produk dihasilkan oleh pabrik (penjual) dan saat produk dibutuhkan oleh pelanggan atau stasiun kerja dalam fasilitas pembuatan.

Gudang atau storage pada umumnya akan memiliki fungsi yang cukup penting didalam menjaga kelancaran operasi produksi suatu pabrik. Disini ada tiga tujuan utama dari departemen ini yang berkaitan dengan pengadaan barang, yaitu sebagai berikut:

1. Pengawasan, yaitu dengan sistem administrasi yang terjaga dengan baik untuk mengontrol keluar masuknya material. Tugas ini juga menyangkut keamanan dari pada material yaitu jangan sampai hilang.

2. Pemilihan, yaitu aktifitas pemeliharaan/perawatan agar material yang disimpan di dalam gudang tidak cepat rusak dalam penyimpanan.

1

David E. Mulcahy: Warehouse and Distribution Operation Handbook, (Singapore; McGraw Hill, 1994) p.12


(73)

3. Penimbunan/penyimpanan, yaitu agar sewaktu-waktu diperlukan maka material yang dibutuhkan akan tetap tersedia sebelum dan selama proses produksi berlangsung.

Dalam suatu pabrik, gudang dapat dibedakan menurut karakteristik material yang akan disimpan, yaitu sebagai berikut:

a. Raw Material Storage.

Gudang ini akan menyimpan setiap material yang akan dibutuhkan/digunakan untuk proses produksi. Lokasi dari gudang ini umumnya berada di dalam bangunan pabrik (indoor). Untuk beberapa jenis bahan tertentu bisa juga diletakkan di luar bangunan pabrik (outdoor) yang mana hal ini akan dapat menghemat biaya gudang karena tidak memerlukan bangunan special untuk itu. Gudang ini kadang-kadang disebut pula sebagai stock room karena fungsinya memang penyimpan stock untuk kebutuhan tertentu.

b. Working Process Storage.

Dalam industri manufaktur sering kita jumpai bahwa benda kerja harus melalui beberapa macam operasi dalam pengerjaannya. Prosedur ini sering pula harus terhenti karena dari satu operasi ke operasi berikutnya waktu pengerjaan yang dibutuhkan tidaklah sama, sehingga untuk itu material harus menunggu sampai mesin atau operator berikutnya siap mengerjakan. Work in

process storage ini biasanya terdiri dari dua macam, yaitu:

Small amount materials, yang akan diletakkan di antara stasiun kerja,

mesin atau pula suatu tempat yang berdekatan dengan lokasi operasi selanjutnya tersebut.


(74)

Large amount materials, atau bahan-bahan yang akan disimpan dalm jumlah yang besar dan waktu yang relatif cukup lama yang mana lokasinya akan terletak di dalam area produksi.

c. Finished Goods Product Storage.

Kadang-kadang disebut juga dengan warehouse yang fungsinya adalah menyimpan produk-produk yang telah selesai dikerjakan. Departemen ini mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

• Penerimaan produk jadi yang telah selesai dikerjakan oleh departemen produksi.

• Penyimpanan produk jadi dengan sebaik-baiknya dan selalu siap pada saat ada permintaan masuk.

• Pengepakan (packaging) dari produk untuk dapat dikirim dengan aman.

Menyelenggarakan administrasi pergudangan terutama untuk produk jadi. Jelas di sini bahwa lokasi dari gudang produk jadi (dan juga departemen pengiriman barang) haruslah direncanakan berdekatan dengan fasilitas transportasi seperti halnya pada saat merencanakan departemen penerimaan bahan dan raw material storage.

d. Storage For Supplies.

Gudang untuk penyimpanan non-productive items dan digunakan untuk menunjang fungsi dan kelancaran produksi seperti packaging materials,


(1)

6.3. Layout Gudang

Penelitian tentang gudang barang jadi bertujuan untuk mengetahui ukuran luas dari gudang barang jadi yang mampu menampung seluruh hasil produksi dan juga untuk merancang tata letak gudang barang jadi sehingga dapat mempercepat dan mempermudah proses penyusunan dan pengeluaran barang jadi.

Layout gudang barang jadi usulan mengalami perubahan yang dikarenakan penambahan rak palet sehingga ukuran luas menjadi bertambah. Penambahan rak palet dilakukan untuk penempatan mie sehingga tidak diletakkan lagi di jalan (gang) untuk area kerja dari forklift. Di gudang barang jadi usulan disesuaikan dengan material handling yang digunakan sebagai gang untuk jalurnya yaitu disesuaikan dengan material handling yang terbesar yaitu forklift.

Luas gudang barang jadi usulan adalah 827,0964 m2 yaitu terjadi penambahan dari yang semula hanya seluas 480 m2. Penambahan luas tersebut terjadi pada ukuran panjang dan lebar gudang barang jadi. Ukuran panjang dan lebar gudang barang jadi usulan adalah 33,54 m x 24,66 m, luas gudang barang jadi awal adalah 24 m x 20m. Penambahan luas ini terjadi karena adanya penambahan rak palet yang awalnya sebanyak 31 buah menjadi 64 buah.

Persentase penambahan luas gudang barang jadi adalah :

% penambahan area = luas area usulan – luas area sekarang x 100 %


(2)

= 100% 480 480 0964 , 827 x

= 72,31175 %

Persentase penambahan rak palet adalah :

% penambahan rak palet = rak palet usulan – rak palet sekarang x 100 %

Rak palet sekarang

= 100%

31 31 64

x

= 106,4516 %

6.4. Evaluasi Tata Letak Gudang Dengan Metode Shared Storage

Penggunaan metode shared storage bertujuan untuk mempermudah kerja operator dalam mengangkat produk yang akan disimpan maupun yang akan dikirim karena produk sudah memiliki slot yang tertentu pada gudang. Selain itu, jarak yang akan ditempuh oleh tiap produk juga sudah dapat dipastikan dan waktu yang diperlukan operator untuk menyimpan maupun mengambil produk juga akan semakin minimum karena produk sudah tersusun rapi pada slotnya masing-masing sehingga operator tidak kesulitan dalam menemukan produk yang akan diproses.


(3)

Penyusunan tata letak gudang barang jadi usulan terlihat pada gambar 6.1. dan berikut ini adalah prosedur penempatan produk yang bertujuan agar proses penyusunan dan pengiriman menjadi lebih mudah adalah sebagai berikut :

1. Satu rak palet terdiri dari 6 palet yang disusun dalam tiga tingkat ( dua palet untuk setiap tingkat)

2. Produk pertama kali tiba diletakkan di dekat pintu keluar.

3. Tidak boleh ada dua jenis produk atau lebih dalam satu rak palet.

Dengan pengaturan tata letak gudang barang jadi usulan maka akan diperoleh kemudahan dalam pengecekan barang di gudang. Dengan melihat kartu gudang pada tabel 5.18. maka pengaturan penyusunan dan pengiriman akan lebih mudah karena dapat diketahui area mana yang kosong untuk ditempati produk dan letak produk yang akan dikirim akan mudah untuk diidentifikasi.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data pada gudang barang jadi PT. Jakarana Tama Food Industry, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Jumlah rak palet usulan adalah 64 buah, bertambah 33 buah dari rak palet yang sekarang yaitu 31 buah rak palet.

2. Setiap rak palet memiliki 3 tingkat, dimana setiap tingkat rak palet berisi 2 buah palet dan setiap palet berisi 126 karton mie yang disusun 3 x 6 setinggi 7 tingkat, sehingga dalam satu rak plaet berisi maksimum 756 produk.

3. Dari hasil peramalan, total permintaan rata-rata tahun 2012 dalam sebulan adalah 211207 karton.

4. Jumlah kebutuhan luas lantai gudang barang jadi usulan adalah 827,0964 m2.

5. Lebar gang yang diperlukan adalah 3,4 m untuk memudahkan penanganan produk.

7.2. Saran

1. Perusahaan perlu menambah luas gudang barang jadi agar dapat menampung seluruh hasil produksi sesuai pada tempatnya.


(5)

2. Perusahaan dapat memakai layout usulan dan metode penyusunan shared storage untuk penerapan tata letaknya, karena dapat mempermudah proses identifikasi terhadap produk yang akan dikirim.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Apple, J. M., Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerjemah: Nurhayati Mardiono, ITB, Bandung, 1990.

Francis, R. L., Facility Layout and Location, An Analitytical Approach, Second Edition, Prentice Hall, New Jersey, 1992.

Hari Purnomo, Perencanaan dan Perancangan Fasilitas, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.

Long Chang, Yih, WINQSB software.

Meyers, F.E., Plant Layout and Material Handling, Prentice Hall inc, New Jersey, 1992.

Mulcahy, D. E., Warehouse and Distribution Operation Handbook International Edition, McGraw Hill, Singapore, 1994.

Sritomo Wignjosoebroto, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerbit Guna Widya, Surabaya, 1996.

Tompkins, J. A. and White, J. A., Facilities Planning, John Willey & Sons, New York, 1984.