Pembuatan Bioplastik dari Pati Kulit Singkong (Manihot esculenta) Berpengisi Mikrokristalin Selulosa AvicelPH-101 (Wood pulp) dengan Plastisizer Sorbitol

(1)

LAMPIRAN A

DATA PENELITIAN

A.1 DATA HASIL ANALISIS PATI KULIT SINGKONG Tabel A.1 Data Hasil Analisis Pati Kulit Singkong

Parameter Pati Kulit Singkong

Kadar Air 9,45 %

Kadar Abu 1,5 %

Kadar Pati 75,9061 %

Kadar Amilopektin 49,9139 %

Kadar Amilosa 25,1921 %

Kadar Protein 4,25 %

Kadar Lemak 1,58 %

A.2 DATA HASIL ANALISIS RVA (RAPID VISCO ANALYZER) PATI KULIT SINGKONG

Tabel A.2 Data Hasil Analisis RVA (Rapid Visco Analyzer) Pati Kulit Singkong

Parameter Hasil Analisis Satuan

Pasting Temperature 76,685 oC

Peak Viscosity 4225,5 cP

Hold Viscosity 1659 cP

Final Viscosity 2657 cP

Breakdown 2566,5 cP


(2)

A.3 DATA HASIL DENSITAS (DENSITY) Tabel A.3 Data Hasil Analisis Densitas (Density)

Run

Temperatur Gelatinisasi

(oC)

Massa MCC* (Gram) Volume Sorbitol (Gram)

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-Rata

1 76 0 2 0,55 0,49 0,42 0,49

2 76 0 2,5 0,44 0,31 0,22 0,32

3 76 0 3 0,16 0,21 0,18 0,18

4 76 0,2 2 0,94 0,81 0,93 0,89

5 76 0,2 2,5 0,60 0,93 0,82 0,78

6 76 0,2 3 0,65 0,64 0,75 0,68

7 76 0,4 2 0,97 0,84 0,89 0,90

8 76 0,4 2,5 0,42 0,78 0,88 0,69

9 76 0,4 3 0,82 0,64 0,76 0,74

10 76 0,6 2 1,12 0,99 1,03 1,05

11 76 0,6 2,5 0,97 0,81 1,22 1,00

12 76 0,6 3 0,84 0,69 0,77 0,77

* MCC (Mikrokristalin Selulosa)

A.4 DATA HASIL KEKUATAN TARIK (TENSILE STRENGTH) Tabel A.4 Data Hasil Analisis Kekuatan Tarik (Tensile Strength)

Run

Temperatur Gelatinisasi

(oC)

Massa MCC* (Gram) Volume Sorbitol (Gram)

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-Rata

1 76 0 2 1,312 1,222 1,879 1,471

2 76 0 2,5 1,512 0,987 1,032 1,177

3 76 0 3 0,626 0,985 0,743 0,785

4 76 0,2 2 4,232 5,916 4,563 4,904

5 76 0,2 2,5 6,178 5,783 6,868 6,276

6 76 0,2 3 4,286 3,974 4,097 4,119

7 76 0,4 2 6,559 6,246 7,201 6,669

8 76 0,4 2,5 4,502 4,580 4,452 4,511

9 76 0,4 3 5,452 5,221 4,920 5,198

10 76 0,6 2 9,443 9,201 8,718 9,121

11 76 0,6 2,5 7,651 6,986 7,723 7,453

12 76 0,6 3 6,012 7,348 6,94 6,767


(3)

A.5 DATA HASIL PEMANJANGAN SAAT PUTUS (ELONGATION AT

BREAK)

Tabel A.5 Data Hasil Analisis Pemanjangan Saat Putus (Elongation at Break) Run

Temperatur Gelatinisasi

(oC)

Massa MCC* (Gram) Volume Sorbitol (Gram)

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-Rata

1 76 0 2 10,753 10,882 10,731 10,789

2 76 0 2,5 17,501 17,893 17,552 17,649

3 76 0 3 22,381 20,993 22,862 22,079

4 76 0,2 2 2,895 0,995 1,378 1,756

5 76 0,2 2,5 1,973 1,985 0,962 1,640

6 76 0,2 3 5,984 7,494 6,826 6,768

7 76 0,4 2 1,012 2,753 0,727 1,497

8 76 0,4 2,5 1,882 1,005 2,813 1,900

9 76 0,4 3 4,652 5,221 5,452 5,108

10 76 0,6 2 0,243 0,286 0,354 0,294

11 76 0,6 2,5 1,101 1,508 0,875 1,161

12 76 0,6 3 1,892 0,978 1,222 1,364

*MCC (Mikrokristalin Selulosa)

A.6 DATA HASIL PENYERAPAN AIR (WATER UPTAKE) Tabel A.6 Data Hasil Analisis Penyerapan Air (Water Uptake)

Run

Temperatur Gelatinisasi

(oC)

Massa MCC* (Gram) Volume Sorbitol (ml)

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-Rata

1 76 0 2 54,22 64,71 53,54 57,49

2 76 0 2,5 73,98 61,90 58,73 64,87

3 76 0 3 69,04 68,86 72,46 70,12

4 76 0,2 2 54,22 64,71 28,85 49,26

5 76 0,2 2,5 46,56 61,90 58,73 55,73

6 76 0,2 3 69,04 29,39 72,46 56,96

7 76 0,4 2 40,17 49,83 38,64 42,88

8 76 0,4 2,5 46,76 54,39 51,27 50,81

9 76 0,4 3 52,88 66,90 54,99 58,26

10 76 0,6 2 38,72 41,13 40,69 40,18

11 76 0,6 2,5 41,91 43,28 46,06 43,75

12 76 0,6 3 47,02 49,44 48,11 48,19


(4)

A.7 DATA HASIL KEKUATAN TARIK (TENSILE STRENGTH)

BIOPLASTIK DENGAN PELARUT NaOH

Tabel A.7 Data Hasil Analisis Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Bioplastik Dengan Pelarut NaOH

Run

Temperatur Gelatinisasi

(oC)

Massa MCC* (Gram)

Volume Sorbitol (Gram)

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-Rata

1 76 0 2 1,312 1,222 1,879 1,471

2 76 0 2,5 1,512 0,987 1,032 1,177

3 76 0 3 0,626 0,985 0,743 0,785

4 76 0,2 2 1,229 1,035 2,212 1,492

5 76 0,2 2,5 1,031 1,028 1,766 1,275

6 76 0,2 3 1,719 1,094 2,483 1,765

7 76 0,4 2 1,039 1,262 1,230 1,177

8 76 0,4 2,5 1,743 1,804 2,337 1,961

9 76 0,4 3 0,773 1,146 0,729 0,883

10 76 0,6 2 0,631 0,537 1,186 0,785

11 76 0,6 2,5 0,708 0,762 0,884 0,785

12 76 0,6 3 1,222 1,011 1,298 1,177


(5)

LAMPIRAN B

CONTOH PERHITUNGAN

B.1 PERHITUNGAN KADAR ABU PATI KULIT SINGKONG

Berikut persamaan untuk menghitung kadar abu pati kulit singkong :

� = − ℎ� %

Untuk perhitungan kadar abu sampel : Massa awal pati kulit singkong = 5,00 gram Massa cawan kosong = 45,42 gram

Massa awal pati kulit singkong+ massa cawan kosong = 50,42 gram

Massa pati kulit singkong + cawan setelah pengeringan konstan = 50,08 gram

� = − ℎ� %

� = , � , �− 9, � %

� = , %

B.2 PERHITUNGAN DENSITAS

Berikut persamaan untuk menghitung densitas :

� =

Untuk perhitungan densitas : Massa bioplastik = 0,035 gram Panjang bioplastik = 2,00 cm Lebar bioplastik = 2,00 cm Tebal bioplastik = 0,018 cm

� =

� = , �


(6)

� = , 9 �

B.3 PERHITUNGAN KETAHANAN TERHADAP AIR

Berikut persamaan untuk menghitung ketahanan terhadap air : Penyerapan air= � �� � − � �� ℎ�

� �� ℎ� %

Untuk perhitungan ketahanan terhadap air : Massa awal bioplastik = 0,035 gram

Massa akhir bioplastik = 0,0823 gram

Penyerapan air= � �� ℎ� − � �� �

� �� ℎ� %

Penyerapan air= 0,08 � −0,0 5�

0,08 � %

Penyerapan air= , 9 %

Perhitungan diatas dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali untuk setiap sampel produk bioplastik dan nilai yang diambil adalah rata-rata dari ketiga nilai tersebut.


(7)

LAMPIRAN C

DOKUMENTASI PENELITIAN

C.1 PATI KULIT SINGKONG

Gambar C.1 Pati Kulit Singkong

C.2 MIKROKRISTALIN SELULOSA (MCC)


(8)

C.3 PROSES PEMBUATAN LARUTAN MIKROKRISTALIN SELULOSA (MCC), SORBITOL DAN AQUADES

Gambar C.3 Proses Pembuatan Larutan Mikrokristalin Selulosa (MCC), Sorbitol dan Aquades

C.4 SORBITOL


(9)

C.5 PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK

Gambar C.5 Proses Pembuatan Bioplastik C.6 ALAT ULTRASONIKASI


(10)

C.7 ALAT UJI TARIK (TENSILE STRENGTH)

Gambar C.7 Alat Uji Tarik (Tensile Strength)

C.8 ALAT UJI FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA-RED)


(11)

C.9 ALAT UJI SEM (SCANNING ELECTRON MICROSCOPY)


(12)

C.10 PRODUK BIOPLASTIK

Run Gambar Bioplastik Run Gambar Bioplastik Run Gambar Bioplastik

1 5 9

2 6 10

3 7 11

4 8 12


(13)

LAMPIRAN D

HASIL PENGUJIAN LAB ANALISIS DAN INSTRUMEN

D.1 HASIL FTIR MIKROKRISTALIN SELULOSA (MCC)

Gambar D.1 Hasil FTIR Mikrokristalin Selulosa (MCC) D.2 HASIL FTIR PATI KULIT SINGKONG


(14)

D.3 HASIL FTIR BIOPLASTIK PATI KULIT SINGKONG TANPA

PENGISI MIKROKRISTALIN SELULOSA DAN TANPA

PLASTICIZER SORBITOL

Gambar D.3 Hasil FTIR Bioplastik Pati Kulit Singkong Tanpa Pengisi Mikrokristalin Seluosa (MCC) Dan Tanpa Plasticizer Sorbitol

D.4 HASIL FTIR PRODUK BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN

PLASTICIZER SORBITOL DAN TANPA PENAMBAHAN

MIKROKISTALIN SELULOSA (MCC)

Gambar D.4 Hasil FTIR Produk Bioplastik dengan Plasticizer Sorbitol Dan Tanpa Penambahan Mmikrokristalin Selulosa (MCC)


(15)

D.5 HASIL FTIR PRODUK BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN

PLASTICIZER SORBITOL DAN DENGAN PENAMBAHAN

MIKTOKRISTALIN SELULOSA (MCC)

Gambar D.5 Hasil FTIR Produk Bioplastik dengan Penabahan Plasticizer Sorbitol Dan Penambahan Mikrokristalin Selulosa (MCC)


(16)

D.6 HASIL UJI KADAR AIR, PROTEIN, LEMAK, RVA PATI KULIT SINGKONG DAN RVA LARUTAN BIOPLASTIK DARI PATI KULIT SINGKONG DENGAN PENGISI MIKROKRISTALIN SELULOSA DAN PLASTICIZER SORBITOL

Gambar D.6 Hasil Uji Kadar Air, Protein, Lemak, Rva Pati Kulit Singkong Dan RVA Larutan Bioplastik Dari Pati Kulit Singkong Dengan Pengisi Mikrokristalin


(17)

D.7 HASIL UJI KADAR PATI, KADAR AMILOSA DAN KADAR AMILOPEKTIN


(18)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Harsunu, Bayu Tri. “Pengaruh Konsentrasi Plasticizer Gliserol Dan Komposisi Khitosan Dalam Zat Pelarut Terhadap Sifat Fisik Edible Film Dari Khitosan.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2006.

[2] Garusti. “Analisis Penerimaan Konsumen Untuk Produk Edible Film Berbahan Tepung Dami Nangka Sebagai Bahan Kemasan Serbuk Sereal”. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknologi Pertanian UGM. 2014. [3] Reddy, R. Laxmana, V. Sanjeevani Reddy, and G. Anusha Gupta, “Study

of Bio-plastics As Green & Sustainable Alternative to Plastics,” International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering, 3 (5) 2013.

[4] Psomiadou, Eleni, Ioannis Arvanitoyannis and Noboru Yamamoto, “Edible films made from natural resources, microcrystalline cellulose (MCC), methylcellulose (MC) and corn starch and polyols-Part 2,” Carbohydrate Polymers 31 (9) 1996 : 3-204.

[5] Mulyadi, Sri, Ely Sulistya Ningsih, Dan Alwis Abbas, “Modifikasi Polipropilena Sebagai Polimer Komposit Biodegradabel Dengan Bahan Pengisi Pati Pisang Dan Sorbitol Sebgai Plastisizer,” Jurnal Fisika FMIPA UNAND. 2013

[6] Ulloa, María José Valarezo, María Gabriela Punínburneo, “Development Of Starch Biopolymers From Waste Organic Materials (Cassava Peel)

And Natural Fiber (Agave),” Journal Of Materials Science And

Engineering. 2 (11) 2012 : 728-736.

[7] Ambriyanto, Kurniawan Sarju, “Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Aerob Pendegradasi Selulosa Dari Serasah Daun Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum Schaum),” 2010.

[8] Syafiati, Dina. “Pengembangan Formulasi Pelet Ekstrak Air Sambiloto

(Andrographis Paniculata (Burm.F.) Wallich Ex Nees) Salut Eudragit E-100 Untuk Menutupi Rasa Pahit.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Sains dan Teknologi Farmasi ITB, Bandung, 2007.

[9] Juari. “Pembuatan Dan Karakterisasi Bioplastik Dari

Poly-3-Hidroksialkanoat (PHA) Yang Dihasilkan Ralstonia Eutropha Pada Hidrolisat Pati Sagu Dengan Penambahan Dimetil Ftalat (DMF).” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2006.

[10] Delvia, Vico. “Kajian Pengaruh Penambahan Dietilen Glikol Sebagai Pemlastis Pada Karakteristik Bioplastik Dari Poli-β-Hidroksialkanoat (PHA) Yang Dihasilkan Ralstronia Eutropha Pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2006.

[11] Wittaya, Thawien., “Microcomposites Of Rice Starch Film Reinforced With Microcrystalline Cellulose From Palm Pressed Fiber,” Int Food Res J. 16 2009: 493-500.

[12] Wattanakornsiri, Amnuay, Katavut Pachana, Supranee Kaewpirom, Pichan Sawangwong, Claudio Migliaresi, “Green Composites Of


(19)

Thermoplastic Corn Starch And Recycled Paper Cellulose Fibers,” Songklanakarin J. Sci. Technol. 33 (4) 2011 : 461-467.

[13] Akbar, Fauzi, Anita, Zulisma Dan Harahap, Hamidah, “Pengaruh Waktu Simpan Film Plastik Biodegradasi Dari Pati Kulit Singkong Terhadap Sifat Mekanikalnya.” Jurnal Teknik Kimia USU.. 2 (2) 2012.

[14] Agustin, Melissa B., Enna Richel P. De Leon, Jerico L. Buenaobra, Shanna Marie M. Alonzo, Famille M. Patriana, Fumihiko Hirose, Bashir Ahmmad, “Starch Based Bioplastics Reinforced with Cellulose Nanocrystals from Agricultural Residues,” International Conference on Advances in Engineering and Technology. 2014.

[15] Bastos, Michel de O., Rossana B. Friedrich, Ruy C.R. beck, “Effects of Filler-Binders and Lubricants on Physicochemical Properties of Tablets Obtained by Direct Compression: A 22 Factorial Design,” Lat. Am. J.Pharm. 27(4) 2008: 578-83.

[16] Marbun, Eldo Sularto. “Sintesis Bioplastik Dari Pati Ubi Jalar Menggunakan Penguat Logam ZnO Dan Penguat Alami Selulosa.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2012.

[17] Hidayat, Muhammad Khoirul, Latifah dan Sri Mantini Rahayu Sedyawat, “ Penggunaan Carboxy Methyl Cellulose Dan Gliserol Pada Pembuatan Plastik Biodegradable Pati Gembili,” Indonesian Journal of Chemical Science. 2(3). 2013.

[18] ASTM D792-91. Standard Test Method for Density and Specific Gravity (Relative Density) of Plastics by Displacement. The American Society for Testing and Materials, Philadelphia, U.S.A 1991.

[19] ASTM D570-98. Standard Test Method forWater Absorption of Plastics1. The American Society for Testing and Materials, Philadelphia, U.S.A 2005.

[20] ASTM D638-02a. Standard Test Method for Tensile Properties of Plastics. The American Society for Testing and Materials, Philadelphia, U.S.A 2002.

[21] Nurmawati. “Pengaruh Waktu Tahan Sinter Dan Fraksi Penguat Al2O3 Terhadap Karakteristik Komposit Laminat Hibrid Al/Sic-Al/Al2O3 Produk Metalurgi Serbuk.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2008.

[22] Lestari, Franciska Pramuji. “Pengaruh Temperatur Sinter Dan Fraksi Volume Penguat Al2O3 Terhadap Karakteristik Komposit Laminat Hibrid Al/Sic-Al/Al2O3 Produk Metalurgi Serbuk.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2008.

[23] Maulida. 2010. Campuran Limbah Padat Organik Dan Anorganik Pulp Sebagai Bahan Pengisi Mikrokomposit Termoplastik Poliolefin. Medan : Universitas Sumatera Utara.

[24] Azwar, “Study Perilaku Mekank Komposit Berbasis Polyester Yang

Diperkuat Dengan Partikel Serbuk Kayu Keras Dan Lunak,” Jurnal Reaksi (Journal Of Science And Tehnology). 7 (16) 2009.

[25] Mukhammad, Alaya Fadllu Hadi dan Bambang Setyoko, “Studi Kelayakan Mekanik Komposit Serat Rami Acak-Polyester Sebagai Bahan


(20)

[26] Fowler, Paul A, J Mark Hughes and Robert M Elias, “Biocomposite: Technology, Enviromental Credentials And Market Forces,” Journal Of The Science Of Food And Agriculture.86 2006: 1781-1789.

[27] Ningwulan, Mondya Purna Septa. “Pembuatan Biokomposit Edible Film Dari Gelatin/Bacterial Cellulose Microcrystal (BCMC) : Variasi Konsentrasi Matriks, Filler, Dan Waktu Sonikasi.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2012.

[28] Aini, Nurul Nadiah Binti MD. “Biodegradable Biocomposite Starch Based Films Blended With Chitosan And Gelatin.” Thesis, Faculty of Chemical and Natural Resources Universiti Malaysia Pahang, Malaysia, 2010. [29] Anita, Zulisma, Fauzi Akbar, Hamidah Harahap, “Pengaruh Penambahan

Gliserol Terhadap Sifat Mekanik Film Plastik Biodegradasi Dari Pati Kulit Singkong,” Jurnal Teknik Kimia USU. 2 (2). 2013.

[30] Gill, Mukti, “Bioplastic: A Better Alternative To Plastics,” Natural and Social Sciences. 2(8) 2014 :115-120.

[31] Boediono, Mario P. A. D. R. “Pemisahan Dan Pencirian Amilosa Dan Amilopektin Dari Pati Jagung Dan Pati Kentang Pada Berbagai Suhu.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB, Bogor, 2012.

[32] Krisna, Dimas Damar Adi. “Pengaruh Regelatinasi Dan Modifikasi Hidrotermal Terhadap Sifat Fisik Pada Pembuatan Edible Film Dari Pati Kacang Merah (Vigna Angularis sp.).” Tesis, Program Studi Magister Teknik Kimia UNDIP, Semarang, 2011.

[33] Ummah, Nathiqoh Al. “Uji Ketahanan Biodegradable Plastic Berbasis Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Air dan Pengukuran Densitasnya.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Semarang, 2013.

[34] Sukmawati, Riza Fahmi Dan Salimatul Milati. “Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Singkong.” Tugas Akhir, Program Sarjana Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009.

[35] Calsova, Chlara, Gluseppe Amorlggi, “Feasibility Toput In Place An Animal Feed Plant In Ogun State (Abeokuta) Making Use Of Cassava

Peel,” International Fund For Agricultural Development. 2009.

[36] Hevikasari, Ayuk Niken Dan Dicky Adepristian Yuwono, “Isolasi Amilosa Dan Amilopektin Dari Pati Kentang,” Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. 2 (3) 2013:57-62.

[37] Kuutti, Lauri, “Cellulose, Starch And Their Derivatives For Industrial Applications. Structure-Property Studies,” VTT SCIENCE 31, 2013. [38] Ruzki, Ahmad. “Bio-Degradasi Selulosa Hasil Bio-Pretreatment Jerami

Padi Secara Fermentasi Padat Menggunakan Isolat Actinomycetes AcP-1 Dan AcP-7.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Lampung, 2013.

[39] Lee, Sun Young, Sang-Jin Chun, In-Aeh Kang, Jong-Young Park,

“Preparation of cellulose nanofibrils by high-pressure homogenizer and

cellulose-based composite films,” Journal of Industrial and Engineering Chemistry 15 2009:50-55.

[40] Halim, Auzal, Elfi Sahlan Ben Dan Ermi Sulastri, “Pembuatan Mikrokristalin Selulosa Dari Jerami Padi (Oryza Sativa Linn) Dengan


(21)

Variasi Waktu Hidrolisa,” Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi. 7(2) 2002: 80-87.

[41] Chauhan, Yuvraj P., R. S. Sapkal, V. S. Sapkal and G. S. Zamre, “Microcrystalline Cellulose From Cotton Rags (Waste From Garment And

Hosiery Industries),” Int. J. Chem. Sci. 7(2) 2009: 681-688.

[42] Azubuike, Chukwuemeka P, Odulaja, Jimson O, Okhamafe Augustine O, “Physicotechnical, spectroscopic and thermogravimetric properties of powdered cellulose and microcrystalline cellulose derived from groundnut

shells,” J. Excipients and Food Chemical. 3 (3) 2012:106-113.

[43] Kuncahyo, Ilham, “Optimasi Campuran Avicel PH 101 Dan Pati Jagung Dalam Pembuatan Tablet Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta Indica A. Juss) Secara Simplex Lattice Design, Jurnal Farmasi Indonesia, 6 (1). 2009.

[44] Widyapranata, Rika, Siti Aisiyah,Yunita Ayuningtyas, “Optimasi Formulasi Tablet Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.) Dengan Campuran Avicel PH 101 Dan Laktosa Secara Sld ( Simplex Lattice

Design),” Jurnal Ilmiah Biologi Dan Kesehatan. 3 (2) 2010: 140-149.

[45] Bolhuis GK, De Waard H,” Compaction Properties Of Directly

Compressible Materials,” In: Celik M, editor. Pharmaceutical Powder

Compaction Technology, 2nd Edition. 2nd ed. London: Informa Healthcare; 2011. p. 143-204

[46] Pachuau, Lalduhsanga, C. Malsawmtluangi, Nirmal Kumar Nath, H. Ramdinsangi, David C. Vanlalfakawma, Shri Kant Tripathi, “Physicochemical and functional characterization of microcrystalline cellulose from bamboo (Dendrocalamus longispathus),” International Journal of PharmTech Research, 5 (4) 2013: 1561-1571.

[47] Bourtoom, Thawien, “Plasticizer effect on the properties of biodegradable blend film from rice starch-chitosan,” Songklanakarin J. Sci. Technol. 30 2008: 149-165.

[48] Chandra, Luthfi Hadi.”Pengaruh Konsentrasi Tapioka Dan Sorbitol Sebagai Zat Pemlastis Dalam Pembuatan Edible Coating Pada Penyimpanan Buah Melon.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian USU, Medan , 2009.

[49] Pulungan, Ahmad Tarmizi. “Pengaruh Konsentrasi Pati Pisang Kepok Dan Sorbitol Sebagai Zat Pemlastis Dalam Pembuatan Edible Coating Pada Penyimpanan Buah Melon.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian USU, Medan, 2010.

[50] Lebedev, Ivan, Jayyoung Park, and Ross Yaylaian. 2010. Popular sweeteners and their health effects. Massachusetts : Worcester Polytechnic Institute.

[51] Astuti, Pudji, Claude Mona Airin, Slamet Widiyanto, Amelia Hana, Hera Maheshwari, Luthfiralda Sjahfirdi, “Fourier Transform Infrared Sebagai Metode Alternatif Penetapan Tingkat Stres pada Sapi,” Jurnal Veteriner. 15(1) 2014: 57-63.

[52] Ubwa, S. T., J. Abah, K. Asemave1 & T. Shambe, “Studies on the Gelatinization Temperature of Some Cereal Starches,” International Journal of Chemistry. 4 (6) 2012.


(22)

[53] Brown, Amy. Understanding Food: Principles And Preparation. 5th Edition, Cengage Learning. 2014.

[54] Schirmer, Markus, Mario Jekle and Thomas Becker, “Starch gelatinization

and its complexity for analysis,” Starch/Stärke 67 2015: 30-41.

[55] Wicaksono, Aji. “Suknilisasi Pati Singkong Pragelatinisasi Sebagai

Penghancur Dan Pengikat Pada Tablet Amoxicillin.” Skripsi, Program

Sarjana FMIPA, UI, Depok, 2008.

[56] Nur Azizah Amin. “Pengaruh Suhu Fosforilasi Terhadap Sifat Fisikokimia

Pati Tapioka Termodifikasi.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013.

[57] Winarno F G, Kimia Pangan dan Gizi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002).

[58] Swinkels, J.J.M, “Source of starch, its chemistry and physics,” Starch

Conversion Technology 1985.

[59] Faridah, Didah Nur, Dedi Fardiaz, Nuri Andarwulan, Titi Candra Sunarti,

“Karakteristik Sifat Fisikokimia Pati Garut (Maranta Arundinaceae),”

AGRITECH 34 (1) 2014.

[60] Xianling Wang, Guizhen Fang, Chunping Hu, Tianchuan Du,

“Application of Ultrasonic Waves in Activation of Microcrystalline

Cellulose,” Journal of Applied Polymer Science 109 (2008) : 2762–2767

[61] Poonam Dhankhar, “Homogenization Fundamentals,” IOSRJEN 4 (5)

2014 : 01-08.

[62] Nugraha Wiguna. “Rekayasa Film TiO2 Super Hidrofilik Untuk Kaca Helm Anti Kabut.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik , Universitas Indonesia, 2011.

[63] Wei Li, Jinquan Yue, Shouxin Liu, “Preparation of nanocrystalline

cellulose via ultrasound and its reinforcement capability for poly(vinyl

alcohol) composites,” Ultrasonics Sonochemistry 19 2012: 479–485.

[64] Robert J. Moon, Ashlie Martini, John Nairn, John Simonsenf and Jeff Youngblood, “Cellulose nanomaterials review: structure, properties and

nanocomposites,” Chem. Soc. Rev 40 2011 : 3941–3994.

[65] Nuryetti, Heri Hermansyah, Dan Muhammad Nasikin, “Bionanokomposit : Peluang Polimer Alami Sebagai Material Baru Semikonduktor,” Jurnal Riset Industri. 6 (1) 2012: 75-85.

[66] Barleany, Dhena Ria, Rudi Hartono, dan Santoso, “Pengaruh Komposisi Montmorillonite pada Pembuatan Polipropilen-Nanokomposit terhadap

Kekuatan Tarik dan Kekerasannya,” Prosiding Seminar Nasional Teknik

Kimia “Kejuangan”. 2011.

[67] Rahmadi, Arief Frianda. “Sintesis Komposit Kitosan/Polimetil Metakrilat/Montmorillonite Sebagai Adsorben Zat Warna.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik, UI, Depok, 2012.

[68] Pavlidou, S. dan C. D. Papaspyrides, “A Review On Polymer-Layered Silicate Nanocomposites,” Progress in Polymer Science (Oxford). 33 (12) 2008: 1119–1198.

[69] Setiani, Wini, Tety Sudiarti, Lena Rahmidar, “Preparasi Dan Karakterisasi Edible Film Dari Poliblend Pati Sukun-Kitosan,” Valensi, 3 (2) 2013: 100-109.


(23)

[70] Greenwood, C.T.m D.N. Munro., “Carbohydrates. Effects of Heat on Foodstufs.” (London : Applied Seience Publ. Ltd., 1979).

[71] Moorthy, S.N, “Tropical sources of starch. Starch in Food: Structure,

Function, and Application.” (Florida : CRC Press, 2004).

[72] Nurjana Ahmad. “Kajian Terhadap Kadar Air Tepung Jagung Dan

Tepung Karaginan Sebagai Bahan Baku Puding Jagung.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo, 2014.

[73] Chandra, Andy, Hie Maria Inggrid, Verawati. “Pengaruh pH dan Jenis

Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat”. Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2013.

[74] Susinggih Wijana, Irnia Nurika, Dan Elina Habibah, “Analisis Kelayakan

Kualitas Tapioka Berbahan Baku Gaplek (Pengaruh Asal Gaplek Dan

Kadar Kaporit Yang Digunakan)”, Jurnal Teknologi Pertanian, 10 (2),

2009 : hal. 97-105.

[75] Agus Triyono, “Peningkatan Fungsional Pati Dari Ubi Jalar (Ipomea

Batatas L.) Dengan Enzim Α-Amilase (Bacillus Subtilis) Sebagai Bahan

Substitusi Pengolahan Pangan,” J. Sains MIPA 13 (1) 2007 : 60-66.

[76] Martunis, “Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Terhadap Kuantitas

Dan Kualitas Pati Kentang Varietas Granola,” Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia 4 (3) 2012.

[77] Anang Mohamad Legowo, Nurwanto. “Analisis Pangan.” Diktat, Program

Studi Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2004.

[78] Rizqa Amalia. “Karakterisasi Fisikokimia Dan Fungsional Tepung

Komposit Berbahan Dasar Beras, Ubi Jalar, Kentang, Kedelai, Dan

Xanthan Gum,” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian, USU,

Medan, 2013.

[79] Suarni, I.U. Firmansyah, dan M. Aqil, “Keragaman Mutu Pati Beberapa

Varietas Jagung,” Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 32 (1) 2013.

[80] Nur Richana, Titi Chandra Sunarti, “Karakterisasi Sifat Fisikokimiatepung

Umbi Dan Tepung Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubikelapa Dan

Gembili,” J.Pascapanen 1(1) 2004: 29-37.

[81] Steffe, J.F, Rheological Methods in food Processing Engineering. (New York : Freeman Press, 1996).

[82] Nelis Imanningsih, “Profil Gelatinisasi Beberapa Formulasi

Tepung-Tepungan Untuk Pendugaan Sifat Pemasakan,” Penel Gizi Makan 35(1)

2012 : 13-22.

[83] Lokensgard, E, Industrial Plastics Theory And Applications, 4th Edition Delamr Learning New York 2004.

[84] Simanjuntak, Christo B. “Perbedaan Kekuatan Transversal Bahan Basisgigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panasdengan Ketebalan Yang Berbeda Dengandan Tanpa Penambahan Serat Kaca.” Skripsi, Program Sarjana USU ,Medan, 2011.

[85] Aji, Zulfikar Rahman. “Studi Pengaruh Kondisi Pengujian Tarik Pada Film Plastik BOPP (Biaxial Oriented Polypropylene).” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik, UI, Depok, 2008.

[86] Darni, Yuli, “Penentuan Kondisi Optimum Ukuran Partikel dan Bilangan Reynold Pada Sintesis Bioplastik Berbasis Sorgum,” Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 8(2) 2011 : 95-103.


(24)

[87] Klyosov, Anatole A. Wood-Plastic Composites. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2007.

[88] Muthawali, Dede Ibrahim. 2010. Pengawetan Kayu Kelapa Sawit Menggunakan Larutan Asap Cair Dengan Formaldehid. Medan : Universitas Sumatera Utara.

[89] Sembiring, Prandananta. “Pengaruh Campuran 50% Polypropylene, 30% Polyethylene, 20% Polystyrene Terhadap Variasi Temperatur Pada Proses Injection Molding Tipe Teforma RN 350.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik, USU, Medan, 2010.

[90] Iramani, Dian, Sudirman, Aloma Karo Karo, “Pengaruh Aditif Pada Pembuatan Plastik Pertanian Berbasis Polipropilen,” Jurnal Sains Materi Indonesia, 8 (2) 2007: 161-166.

[91] Wisojodharmo, Les A., Sri Mujiati Dan Illah Sallah, “Pembuatan Dan Karakterisasi Plastik Biodegradabel Dari Campuran Polipropilena (PP) Dan Pati Tapioka,” Prosiding Simposium Nasional Polimer IV. 2003. [92] Muis, Yugia. “Studi Pemanfaatan Bahan Pengemulsi Berbasis Minyak

Kelapa Untuk Produk Film Lateks Pekat Karet Alam Dengan Agen Vulkanisasi Sulfur Dan Dikumil Peroksida.” Disertasi, Program Doktor FMIPA, USU, Medan, 2011.

[93] Matondang, Tuty Dwi Sriaty, Basuki Wirjosentono, Darwin Yunus, “Pembuatan Plastik Kemasan Terbiodegradasikan Dari Polipropylena Tergrafting Maleat Anhidrida dengan Bahan Pengisi Pati Sagu Kelapa Sawit,’ Valensi, 3(2) 2013: 110-116.

[94] Astuti, Pudji, Claude Mona Airin, Slamet Widiyanto, Amelia Hana, Hera Maheshwari, Luthfiralda Sjahfirdi, “Fourier Transform Infrared Sebagai Metode Alternatif Penetapan Tingkat Stres pada Sapi,” Jurnal Veteriner. 15 (1) 2014 : 57-63.

[95] Setiani, Wini, Tety Sudiarti, Lena Rahmidar, “Preparasi Dan Karakterisasi Edible Film Dari Poliblend Pati Sukun-Kitosan,” Valensi, 3 (2) 2013: 100-109.

[96] FMC Biopolymer. Product Specification Bulletin Avicel PH-101. United States : FMC Biopolymer.

[97] Akbar, Fauzi, Anita, Zulisma Dan Harahap, Hamidah, “Pengaruh Waktu Simpan Film Plastik Biodegradasi Dari Pati Kulit Singkong Terhadap

Sifat Mekanikalnya,” Jurnal Teknik Kimia USU. 2 (2) 2013.

[98] [DSN] Dewan Standardisasi Nasional. 2011. Penentuan Kadar Pati (SNI 01-3194-1992). Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional.

[99] [DSN] Dewan Standardisasi Nasional. 2011. Cara Uji Makanan dan Minuman (SNI-01-2891-1992). Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional. [100] [DSN] Dewan Standardisasi Nasional. 2011. Tepung Tapioka (SNI

01-3451-1994). Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional.

[101] Widyaningsih, Senny, Dwi Kartika, Dan Yuni Tri Nurhayati, “Pengaruh Penambahan Sorbitol Dan Kalsium Karbonat Terhadap Karakteristik Dan Sifat Biodegradasi Film Dari Pati Kulit Pisang,” Molekul, 7 (1) 2012: 69-81.

[102] Jardewig E. Manatar, Julius Pontoh, Maxr.J. Runtuwene, “Analisis Kandungan Pati Dalam Batang Tanaman Aren (Arenga Pinnata),” Jurnal Ilmiah Sains 12 (2) 2012.


(25)

[103] Fakhoury, Farayde Matta, Silvia Maria Martelli, Larissa Canhadas Bertan, Fabio Yamashita, Lúcia Helena Innocentini Mei, Fernanda Paula Collares

Queiroz, “Edible films made from blends of manioc starch and gelatin -

Influenceof different types of plasticizer and different levels of

macromolecules on their properties,” Food Science and Technology 49

2012: 149-154.

[104] Chandra, Andy, Hie Maria Inggrid, Verawati. “Pengaruh pH dan Jenis Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat”. Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2013.

[105] Jones, Alexander, Mark Ashton Zeller, Suraj Sharma, “Thermal, mechanical, and moisture absorption properties of egg white protein bioplastics with natural rubber and glycerol,” Progress in Biomaterials 2:12 2013.

[106] Choirunisa, Resa Fala Bambang Susilo dan Wahyunanto Agung Nugroho, “Pengaruh Perendaman Natrium Bisulfit (NaHSO3) Dan Suhu Pengeringan Terhadap Kualitas Pati Umbi Ganyong (Canna Edulis Ker),” Jurnal Bioproses Komoditas Tropis 2 (2) 2014.

[107] Taufik, Muhammad dan Fatma. “Karakteristik Edible Film Berbahan

Dasar Gelatin Kulit Kaki Broiler”. Skripsi, Program Sarjana Fakultas

Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2011.

[108] Murtiningrum, Eluis F. Bosawe., P. Istalaksanal, Abadi Jading, “Karakterisasi Umbi Dan Pati LimA Kultivar Ubi Kayu (Manihot

esculents),” Jurnal Argotek 3 (1) 2012.

[109] Kumoro, Andri Cahyo, Aprilina Purbasari, “Sifat Mekanik Dan Morfologi Plastik Biodegradable Dari Limbah Tepung Nasi Aking Dan Tepung Tapioka Menggunakan Gliserol,”Teknik,35(1)2014:8-16.

[110] Pavia, Donald L, Gary M. Lampman, George S. Kriz, “Introduction To

Spectroscopy,” 3rd edition, Thomson Learning, 2001.

[111] Kosasih, Aline Natasia, Jonathan Febrianto, Jaka Sunarso, Yi-Hsu Jua, Nani Indraswati, Suryadi Ismadji, “Sequestering of Cu(II) from aqueous

solution using cassava peel (Manihot esculenta),” Journal of Hazardous

Materials 180 2010: 366–374.

[112] Diana Ciolacu, Florin Ciolacu, Valentin I. Popa, “Amorphous Cellulose – Structure And Characterization,” Cellulose Chem. Technol., 45 (1-2) 2011 : 13-21.

[113] Ahmad Farhan Sulthoni, Lizda J. Mawarani, dan Agung Budiono, “Pengaruh Penambahan Alkali Terhadap Karakteristik Bioplastik Tepung Porang –Cassava,” JURNAL TEKNIK POMITS 2 (1) 2013 : 163-168. [114] Ahmad, Zuraida, Hazleen Anuar and Yusliza Yusof, “The Study of

Biodegradable Thermoplastics Sago Starch,” Key Engineering Materials

471-472 2011 : 397-402.

[115] Septiosari, Arum, Latifah dan Ella Kusumastuti, “Pembuatan Dan Karakterisasi Bioplastik Limbah Biji Mangga Dengan Penambahan

Selulosa Dan Gliserol,” Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014).

[116] Darni, Yuli, Herti Utami dan Siti Nur Asriah, “Peningkatan Hidrofobisitas Dan Sifat Fisik Plastik Biodegradabel Pati Tapioka Dengan Penambahan Selulosa Residu Rumput Laut Euchema Spinossum,” Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009.


(26)

[117] Herawati, H, “Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna sebagai

Pangan Fungsional,” Jurnal Litbang Pertanian 30 2011 : 31-39.

[118] Zulaidah, A, “Peningkatan Nilai Guna Pati Alami Melalui Proses

Modifikasi Pati,” Jurnal Teknik Kimia 3 (1) 2011 : 39-45.

[119] Henky Muljana. “Studi Proses Transesterifikasi Pati Sagu di dalam Media Subkritik CO2.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2012.

[120] Faridah, Didah Nur, Dedi Fardiaz, Nuri Andarwulan, Titi Candra Sunarti,

“Karakteristik Sifat Fisikokimia Pati Garut (Maranta Arundinaceae),”

AGRITECH 34 (1) 2014.

[121] Zhang, Qinghua, Maud Benoit, Karine De Oliveira Vigier, Joël Barrault, Gwenaëlle Jégou, Michel Philippe and François Jérôme, “Pretreatment of microcrystalline cellulose by ultrasounds: effect of particle size in the heterogeneously-catalyzed hydrolysis of cellulose to Glucose,” The Royal Society of Chemistry 2013.

[122] Syamsu, Khaswar, Chilwan Pandji, dan Eva Rosalina Lumbanraja,

“Pengaruh Penambahan Polioksietilen-(20)-Sorbitan Monolaurat Pada

Karakteristik Bioplastik Poli-Hidroksialkanoat (PHA) Yang Dihasilkan Ralstonia Eutropha Pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu,” J. Tek. Ind. Pert. 18(1) 2007 : 41-46.

[123] Brierly AS, Brandon MA, Watkins JL, “An assessment of the utility of an

acoustic doppler current profiler for biomass estimation,” Deep-Sea Res I

45 1998:1555–1573.

[124] Agustin, Melissa B. , Enna Richel P. De Leon, Jerico L. Buenaobra, Shanna Marie M. Alonzo, Famille M. Patriana, Fumihiko Hirose, and Bashir Ahmmad, “Starch Based Bioplastics Reinforced with Cellulose Nanocrystals from Agricultural Residues,” ICAET 2014.

[125] Dong, Yu, Rehan Umer, Alan Kin Tak Lau. Fillers and Reinforcements for Advanced Nanocomposites. 2010.

[126] Ramirez, Maria Guadalupe Lomeli, Arturo JBG, Salvador GE, Jose De

HRP, Ricardo MG, “Chemical And Mechanical Evaluation Of Bio

-Composites Based On Thermoplastic Starch And Wood Particles Prepared

By Thermal Compression,” BioResources 9 (2) 2014 : 2960-2974.

[127] Teixeira, Eliangela de M., Daniel Pasquini, Antônio A.S. Curvelo , Elisângela Corradini, Mohamed N. Belgacem , Alain Dufresne, “Cassava bagasse cellulose nanofibrils reinforced thermoplastic cassava starch,” Carbohydrate Polymers 78 (2009) : 422–431.

[128] David W. Litchfield and Donald G. Baird, “The Rheology Of High Aspect

Ratio Nanoparticle Filled Liquids,” Rheology Reviews (2006) : 1-60

[129] Purwanti, Ani, “Analisis Kuat Tarik Dan Elongasi Plastik Kitosan

Terplastisasi Sorbtiol,” Jurnal Teknologi 3 (2) 2010 : 99-106.

[130] Bahmid, Nur Alim, Khaswar Syamsu dan Akhiruddin Maddu, “Pengaruh Ukuran Serat Selulosa Asetat Dan Penambahan Dietilen Glikol (DEG)

Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik Bioplastik,” Jurnal Teknologi Industri

Pertanian 24 (3):226-234 (2014).

[131] Zhang, Yachuan and Curtis Rempel, “Retrogradation and Antiplasticization of Thermoplastic Starch,” University Manitoba, Canada, 2012.


(27)

[132] Myllarinen, Paivi, Riitta Partanen, Jukka Seppala, Pirkko Forssell, “Effect Of Glycerol On Behaviour Of Amylose And Amylopectin Films,” Carbohydrate Polymers 50 2002 : 355-361.

[133] Neng Wang, Enyong Ding, and Rongshi Cheng, “Preparation and Liquid Crystalline Properties of Spherical Cellulose Nanocrystals,“ Langmuir 24 (1) 2008 : 5–8.

[134] Darni, Yuli, Tosty Maylangi Sitorus, Muhammad Hanif, “ Produksi Bioplastik dari Sorgum dan Selulosa Secara Termoplastik,” Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan 10 (2) 2014 : 55-62.

[135] Zhang, Y, Rempel, C, Retrogradation and antiplasticization of

thermoplastic starch, Thermoplastic Elastomers; El-Sonbati, A., Ed.; InTech Open Access Publisher: Rijeka, Croatia, 2012; pp. 118–119.

[136] Dufresne, Alain and Michel R. Vignon, “Improvement of Starch Film

Performances Using Cellulose Microfibrils,” Macromolecules 311998 :

2693-2696.

[137] Vieira, Melissa Gurgel Adeodato, Mariana Altenhofen da Silva, Lucielen Oliveira dos Santos, Marisa Masumi Beppu, “Natural-based plasticizers

and biopolymer films: A review,” European Polymer Journal 47 (2011)

:254–263.

[138] Faisal, Tengku, Zulkifli Hamid, Pengaruh Modifikasi Kimia Terhadap Sifat Sifat Komposit Polietilena Densitas Rendah (LDPE) Terisi Tempurung Kelapa, Program studi Teknik Kimia, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008.

[139] SaInz, Cristina Bilbao, Roberto J. Avena-Bustillos Delilah F. Wood, Tina G. Williams, And Tara H. Mchugh, “Composite Edible Films Based on Hydroxypropyl Methylcellulose Reinforced with Microcrystalline


(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Farmasi, Fakultas Farmasi, Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 4 bulan.

3.2 BAHAN

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain: 1. Aquadest (H2O) dari Toko Kimia Rudang Jaya. 2. Sorbitol (C6H14O6) dari Toko Kimia Rudang Jaya.

3. Kulit singkong dari penjual gorengan di sekitar Jalan Dr. Mansur, Universitas Sumatera Utara.

4. Mikrokristalin Selulosa Avicel PH101 dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

Spesifikasi :

- Bentuk : serbuk putih - Densitas bulk : 0,26 – 0,31 gr/cc

- pH : 5,5 – 7,0

- Ukuran partikel : 50 µm

- Kelarutan : larut dalam tembaga tetramin hidroksida [96]

3.3 PERALATAN

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain: 1. Tabung Reaksi

2. Blender

3. Saringan plastik

4. Hot plate, thermocouple dan magnetic stirrer 5. Oven


(29)

6. Erlenmeyer 7. Gelas ukur 8. Beaker glass 9. Neraca analitik

10. Ayakan 100 mesh (25 x 25 x 3 mm) 11. Plat kaca akrilik

12. Ultrasonikasi Kudos 3.4PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur percobaan dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.4.1 Isolasi Pati [97]

Proses isolasi pati dari limbah kulit singkong dilakukan dengan : 1. Kulit singkong sebanyak 100 gram dibersihkan dengan air bersih.

2. Kulit singkong dipotong dengan ukuran 2 cm2, kemudian ditambahkan 100 ml air yang berfungsi untuk mempermudah proses penghancuran. 3. Kemudian kuit sigkong dihancurkan dengan menggunakan blender. 4. Bubur kulit singkong dikeluarkan dari blender dan disaring dan

dibiarkan selama 30 menit untuk mendapatkan endapan dari bubur kulit singkong.

5. Endapan yang diperoleh dipisahkan dengan air, kemudian endapan yang didapat ditambahkan dengan air lalu diendapkan kembali selama 30 menit.

6. Endapan yang diperoleh dikeringkan didalam oven dengan suhu 60 oC selama 30 menit.

7. Diperoleh serbuk pati kering, kemudian diayak dengan ayakan 100 mesh.

3.4.2 Pembuatan Bioplastik [16]

Proses pembuatan bioplastik dengan metode melt intercalation dilakukan dengan :

1. Dicampurkan sorbitol yang massanya divariasikan 20, 25, 30% wt (dari 10 gram pati) dengan mikrokristalin selulosa yang massanya


(30)

divariasikan 0, 2, 4 dan 6% wt (dari 10 gram pati) dan 200 ml aquadest.

2. Dimasukkan campuran ke dalam ultrasonikasi selama 50 menit.

3. Ditambahkan matriks pati kulit singkong sebanyak 10 gram, lalu memanaskan campuran sambil dilakukan pengadukan menggunakan stirrer hingga suhu 76 oC.

4. Campuran kemudian didinginkan dan dicetak pada cetakan akrilik dengan ukuran 25 x 25 x 3 mm.

5. Plastik dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC selama 24 jam. 6. Plastik dikeluarkan dari oven, kemudian membiarkannya pada suhu

kamar hingga plastik dapat dilepaskan dari cetakan.

3.5 PROSEDUR ANALISIS 3.5.1 Prosedur Analisa Pati

Prosedur analisa pati mencakup kadar pati, amilosa, amilopektin, air, lemak, protein, abu, profil gelatinisasi dan gugus fungsi sebagai berikut : 3.5.1.1 Prosedur Analisa Kadar Pati [98]

Analisa kadar pati (amilum) dari pati kulit singkong dilakukan di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

1. Timbang 2-5 g sampel berupa bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 50 ml aquades dan diaduk selama 1 jam. Suspensi disaring dengan kertas saring whatman 42 dan dicuci dengan aquades sampai volume filtrat 250 ml. Filtrat mengandung karbohidrat yang terlarut dan dibuang.

2. Bahan yang mengandung lemak, maka pati yang terdapat sebagai residu pada kertas saring dicuci 5 kali dengan 10 ml ether, biarkan ether menguap dari residu, kemudian cuci lagi dengan 150 ml alkohol 10% untuk membebaskan lebih lanjut karbohidrat yang terlarut. 3. Residu dipindahkan secara kualitatif dari kertas saring ke dalam


(31)

HCl 25% (BJ 1,125), tutup dengan pendingin balik dan panaskan di atas penangas air mendidih selama 2,5 jam.

4. Setelah dingin netralkan dengan larutan NaOH 45% dan encerkan sampai volume 500 ml, kemudian saring dengan kertas saring whatman 42, tentukan kadar gula yang dinyatakan sebagai glukosa dari filtrat yang diperoleh. Penentuan glukosa seperti pada penentuan gula reduksi. berat glukosa dikalikan 0,9 merupakan berat pati.

3.5.1.2 Prosedur Analisa Kadar Amilosa [98]

Analisa kadar amilosa dari pati kulit singkong dilakukan di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada. I. Pembuatan Kurva Standar

1. Timbang 40 mg amilosa murni, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N.

2. Panaskan dalam air mendidih selama kurang lebih 10 menit sampai semua bahan membentuk gel. Setelah itu dinginkan.

3. Pindahkan seluruh campuran ke dalam labu takar 100 ml. Tepatkan sampai tanda tera dengan air.

4. Pipet masing-masing 1, 2, 3, 4 dan 5 ml larutan diatas masukkan masing-masing ke dalam labu takar 100 ml.

5. Ke dalam masing-masing labu takar tersebut, tambahkan asam asetat 1 Nmasing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ml, lalu tambahkan masing-masing 2 ml larutan iod.

6. Tepatkan masing-masing campuran dalam labu takar sampai tanda tera dengan air. Biarkan selama 20 menit.

7. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.

8. Buat kurva standar, konsentrasi amilosa vs absorbans. II. Pengukuran Sampel

1. Tiimbang 100 mg sampel dalam bentuk tepung (sampel sebagian besar terdiri dari pati, jika banyak mengandung komponen lainnya, ekstrak dulu patinya baru analisa kadar amilosanya), masukkan ke


(32)

dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N.

2. Panaskan dalam air mendidih selama kurang lebih 10 menit sampai terbentuk gel.

3. pindahkan seluruh gel ke dalam labu takar 100 ml. Tepatkan sampai tanda tera dengan air.

4. pipet 5 ml larutan tersebut, masukkan ke dalam labu takar 100 ml. Tambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan Iod.

5. Tepatkan sampai tanda tera dengan air, kocok, diamkan selama 20 menit.

6. Ukur intensitas warna yang terbentuk dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.

7. Hitung kadar amilosa dalam sampel.

3.5.1.3 Prosedur Analisa Kadar Amilopektin

Analisa kadar amilopektin dari pati kulit singkong dilakukan di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Kadar amilopektin ditentukan dengan perhitungan: % amilopektin = % pati - % amilosa

3.5.1.4 Prosedur Analisa Kadar Air [99]

Analisa kadar air dari pati kulit singkong dilakukan di Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.

1. Timbang dengan seksama 1-2 gram sampel pada sebuah botol timbang bertutup yang sudah diketahui bobotnya. untuk contoh berupa cairan, botol timbang dilengkapi dengan pengaduk dan pasir kwarsa/kertas saring berlipat.

2. Keringkan pada oven suhu 105 0C selama 3 jam. 3. Dinginkan dalam desikator.

4. Timbang, ulangi pekerjaan ini hingga diperoleh bobot tetap. 5. Catat data pengamatan dalam loogbook analisis


(33)

6. Perhitungan :

Kadar air = ( W1 / W ) x 100% Dimana :

W = berat sampel sebelum dikeringkan ( g) W1 = kehilangan berat setelah dikeringkan ( g) 3.5.1.5 Prosedur Analisa Kadar Lemak [99]

Analisa kadar lemak dari pati kulit singkong dilakukan di Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. 1. Timbang dengan teliti 1 - 2 gram sampel dalam selongsong kertas

yang dialasi dengan kapas, kemudian sumbat selongsong yang berisi sampel dengan kapas.

2. Keringkan dalam oven pada suhu tidk lebih 80oC selama kurang lebih satu jam

3. Masukkan selongsong dalam alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya.

4. Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama kurang lebih 6 jam.

5. Sulingkan heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pada suhu 105 oC

6. Dinginkan dan timbang

7. Ulangi pengeringan hingga tercapai bobot tetap 8. Catat data pengamatan dalam logbook

9. Perhitungan :

% Lemak = ( �−�

� ) x 100%

Dimana :

W = berat sampel

W1 = berat lemak sebelum ekstraksi W2 = berat labu lemak sesudah ekstraksi


(34)

3.5.1.6 Prosedur Analisa Kadar Protein [99]

Analisa kadar protein dari pati kulit singkong dilakukan di Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. 1. Timbang dengan teliti 0.51 gram sampel dalam labu kjeldahl 100 ml. 2. Tambahkan 2 gram selenium 5 dan 25 ml H2SO4 pekat

3. Panaskan diatas kompor listrik atau api pembakar sampai mendidih dan larutan berubah menjadi warna jernih kehijauan ( sekitar 2 jam) 4. Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukan ke dalam labu ukur

100 ml, tepatkan sampai tanda batas.

5. Untuk menampung destilat, pipet 10 ml asam borat 2 % masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 5 tetes indicator campuran. 6. Pipet 5 ml larutan hasil dekstruksi ke dalam alat destilasi protein

tambahkan 5 ml NaOH 42.8% dan akuades untuk membilas.

7. Destilasi selama kurang lebih 15 menit sampai destilat yang tertampung tidak bersifat basa. ( uji dengan menggunakan kertas lakmus)

8. Bilas ujung kondensor dengan air akuades. 9. Titrasi destilat dengan HCl 0.01 N

10. Kerjakan penetapan blanko.

11. Catat data pengamatan dalam logbook 12. Perhitungan :

Kadar protein :

– � . 4 �� �� Dimana :

W = berat sampel

V1 = volume HCl 0.01 N yang dipergunakan titrasi sampel V2 = volume HCl 0.01 N yang dipergunakan titrasi blanko N = Normalitas HCl


(35)

3.5.1.7 Prosedur Analisa Kadar Abu [100]

1. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram, lalu dimasukkan kedalam cawan porselen dan dipijarkan di atas nyala api pembakar bunsen hingga tidak berasap lagi.

2. Dimasukkan kedalam furnace dengan suhu 650 °C, selama 12 jam. 3. Cawan didinginkan selama 3 menit pada desikator lalu ditimbang

hingga beratnya tetap.

4. Lalu hasil yang diperoleh dihitung dengan rumus:

Kadar abu=berat awal-berat akhir

berat awal x 100% (3.2)

3.5.1.8 Prosedur Analisa Profil Gelatinisasi Dengan Rapid Visco Analyzer (RVA)

Analisa profil gelatinisasi dari pati kulit singkong dengan RVA dilakukan di Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.

1. Isi bak pendingin dengan akuades sampai tanda pada display muncul tanda bahwa air sudah cukup terisi.

2. Pasang kabel pada stop kontak, nyalakan alat dengan menekan tombol yang berada di bagian belakang alat, nyalakan juga air pendingin.

3. Atur temperature, time, pump, refrigerate.

4. Jika semua parameter pengaturan sudah sesuai, tekan tombol ON sampai semua pengaturan posisi on ( perhatikan tanda di display) 5. Pilih menu STD 1 pada menu utama

6. Pasang flashdisk pada alat RVA.

7. Timbang sampel sebanyak 3,5-4 gram (sesuaikan dengan kandungan air sampel) dan masukan ke canister

8. Tambahkan akuades atau buffer sebanyak 25 gram ( sesuaikan dengan penimbangan sampel.

9. Simpan canister pada alat dan mulai pengukuran dengan menekan


(36)

10. Alat akan memutar sampel dengan pemanasan pada 50 – 95 0C selama ± 23 menit.

11. Jika sudah selesai, grafik pengukuran bisa di lihat pada display, lalu pilih option save.

12. Saving data pada flashdisk.

3.5.1.9 Prosedur Analisa Gugus Fungsi Fourier Transform InfraRed (FT-IR) [101]

1. Sampel ditempatkan ke dalam set holder, kemudian dicari spektrum yang sesuai.

2. Hasil yang di dapat berupa difraktogram hubungan antara bilangan gelombang dengan intensitas.

3. Spektrum FTIR di rekam menggunakan spektrometer pada suhu ruang.

3.5.1.10 Prosedur Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) [67] 1. Sampel pati ditempelkan pada set holder dengan perekat ganda. 2. Sampel dilapisi dengan logam emas dalam keadaan vakum.

3. Sampel dimasukkan pada tempatnya di dalam Scanning Electron Microscope (SEM).

4. Gambar topografi diamati dan dilakukan perbesaran hingga 5000 dan 10000 kali.

3.5.2 Prosedur Analisis Bioplastik 3.5.2.1 Prosedur Analisis Densitas [18]

1. Film dipotong dengan ukuran 5 cm x 5 cm dengan tebal tertentu, kemudian dihitung volumenya.

2. Potongan film ditimbang dan rapat massa film ditentukan dengan membagi massa dengan volumenya (g/cm3) atau dengan rumus :


(37)

3.5.2.2 Prosedur Pengujian Sifat Kuat Tarik [20]

1. Sampel dipotong dengan ukuran 13 mm x 57 mm dengan tebal ≤ 7 mm.

2. Pengujian dilakukan dengan cara menempatkan spesimen pada genggaman mesin uji.

3. Indikator ekstensi (extensomer) dipasang. 4. Alat pengukur regangan melintang dipasang. 5. Dilakukan pengukuran beban dan tegangan.

6. Kecepatan pengujian diatur sesuai dengan laju yang diperlukan. 7. Kurva tegangan-beban dicatat.

8. Selain itu dicatat pula nilai tegangan dan beban serta nilai tegangan dan beban pada saat putus.

9. Kuat tarik dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Kuat Tarik (kg/cm2) = � �

�� � (3.4)

3.5.2.3 Prosedur Pengujian Perpanjangan pada saat putus [20]

1. Sampel dipotong dengan ukuran 13 mm x 57 mm dengan tebal ≤ 7 mm.

2. Pengujian dilakukan dengan cara menempatkan spesimen pada genggaman mesin uji.

3. Indikator ekstensi (extensomer) dipasang. 4. Alat pengukur regangan melintang dipasang. 5. Dilakukan pengukuran beban dan tegangan.

6. Kecepatan pengujian diatur sesuai dengan laju yang diperlukan. 7. Kurva tegangan-beban dicatat.

8. Dicatat persen perpanjangan pada saat putus pada grafik dikali dengan 100.

3.5.2.4 Prosedur Pengujian Ketahanan terhadap Air [19]

1. Dipotong plastik dengan diameter 50,8 mm dan tebal ± 0,18 mm dan ditimbang berat sampel.


(38)

2. Masukkan sampel plastik ke dalam wadah berisi air distilat denngan temperatur 23±1 oC selama 24 jam.

3. Setelah 24 jam, sampel diambil dan dibersihkan dengan menggunakan kain kering. Penyerapan air dihitung dengan rumus :

Penyerapan air= � �� − � �� ℎ

� �� ℎ� � % (3.5)

3.5.2.5Prosedur Analisa Gugus Fungsi Fourier Transform InfraRed (FT-IR) [101]

1. Sampel yang berupa film, ditempatkan ke dalam set holder, kemudian dicari spektrum yang sesuai.

2. Hasil yang di dapat berupa difraktogram hubungan antara bilangan gelombang dengan intensitas.

3. Spektrum FTIR di rekam menggunakan spektrometer pada suhu ruang.

3.5.2.6 Prosedur Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) [67]

5. Sampel film plastik ditempelkan pada set holder dengan perekat ganda.

6. Sampel dilapisi dengan logam emas dalam keadaan vakum.

7. Sampel dimasukkan pada tempatnya di dalam Scanning Electron Microscope (SEM).

8. Gambar topografi diamati dan dilakukan perbesaran hingga 5000 dan 10000 kali.


(39)

3.6 FLOWCHART PERCOBAAN

3.6.1 Flowchart Pembuatan Pati Kulit Singkong

Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Pati Kulit Singkong Selesai

Endapan dikeringkan dalam oven dengan suhu 70 oC selama 30 menit

Endapan ditambahkan lagi dengan air dan diendapkan kembali selama 30 menit

Mulai

Kulit singkong dibersihkan sebanyak 100 gram

Bubur kulit singkong disaring dan dibiarkan selama 30 menit Setelah 30 menit, endapan dipisahkan dari air

Diperoleh pati kulit singkong kering, kemudian diayak dengan ayakan 100 mesh

Kulit singkong dipotong dengan ukuran 2 cm2 dan ditambah air sebanyak 100 ml


(40)

3.6.2 Flowchart Prosedur Analisa Kadar Pati


(41)

3.6.3 Flowchart Pembuatan Kurva Standar Untuk Pengujian Kadar Amilosa

Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Pembuatan Kurva Standar Untuk Pengujian Kadar Amilosa


(42)

3.6.4 Flowchart Analisa Pengujian Kadar Amilosa


(43)

3.6.5 Flowchart Uji Kadar Air

Gambar 3.5 Flowchart Uji Kadar Air Selesai

5 gram sampel ditimbang

Sampel dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam Mulai

Sampel didinginkan di dalam desikator dan kemudian ditimbang Setelah bobot konstan, kadar air sampel dihitung

Cawan dipanaskan pada suhu 105 oc selama 1 jam dan kemudian didinginkan di dalam desikator


(44)

3.6.6 Flowchart Analisa Uji Kadar Lemak Pati


(45)

3.6.7 Flowchart Prosedur Analisa Kadar Protein


(46)

3.6.8 Flowchart Analisa Uji Kadar Abu Pati

Gambar 3.8 Flowchart Uji Kadar Abu Pati

3.6.9 Flowchart Analisa Gugus Fungsi Fourier Transform InfraRed (FT-IR)

Gambar 3.9 Flowchart Analisa Fourier Transform InfraRed (FT-IR) Sampel seberat 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah

dikeringkan

Lalu diabukan dalam furnace pada suhu 650 oC ± 12 jam

Selesai

Setelah dingin dimasukkan ke dalam desikator selama 3 menit dan ditimbang kemudian dihitung dengan rumus perhitungan kadar kadar abu

Mulai

Mulai

Sampel ditempatkan ke dalam set holder, kemudian dicari spektrum yang sesuai

Selesai

Hasil yang diperoleh berupa difraktogram hubungan antara bilangan gelombang dengan intensitas


(47)

3.6.10 Flowchart Pembuatan Bioplastik

Gambar 3.10 Flowchart Pembuatan Bioplastik Mulai

Ditimbang mikrokristalin selulosa yang massanya divariasikan 2, 4 dan 6% wt (dari 10 gram pati)

Dicampurkan sorbitol dan mikrokristalin selulosa dengan 200 ml aquadest.

Campuran dimasukkan ke dalam ultrasonikasi selama 50 menit

Dipanaskan campuran sambil dilakukan pengadukan menggunakan stirrer hingga tercapai suhu 76oC Ditambahkan matriks pati kulit singkong sebanyak 10 gram

Plastik dilepaskan dari cetakan

Campuran didinginkan dan dicetak pada cetakan plastik Plastik dikeringkan dengan suhu 60 oC selama 24 jam

Selesai

Ditimbang sorbitol yang massanya divariasikan 20, 25 dan 30% wt (dari 10 gram pati)


(48)

3.6.11 Flowchart Analisa Densitas

Gambar 3.11 Flowchart Analisa Densitas

3.6.12 Flowchart Analisa Gugus Fungsi Fourier Transform InfraRed (FT-IR)

Gambar 3.12 Flowchart Analisa Fourier Transform InfraRed (FT-IR) Mulai

Sampel yang berupa film ditempatkan ke dalam set holder, kemudian dicari spektrum yang sesuai

Selesai

Hasil yang diperoleh berupa difraktogram hubungan antara bilangan gelombang dengan intensitas

Spektrum FTIR direkam dengan menggunakan spektrometer pada suhu ruang Mulai

Film dipotong dengan ukuran 5 x 5 cm dengan tebal tertentu

Selesai

Film yang sudah ditimbang dipotong kemudian dihitung dengan rumus analisa densitas


(49)

3.6.13 Flowchart Pengujian Sifat Kuat Tarik

Gambar 3.13 Flowchart Pengujian Sifat Kuat Tarik 3.6.14 Flowchart Pengujian Perpanjangan pada saat putus

Gambar 3.14 Flowchart Pengujian Perpanjangan pada saat putus Mulai

Film dipotong dengan ukuran 13x57 mm dengan tebal ≤ 7 mm Film ditempatkan pada genggaman mesin uji

Selesai

Extensomer dan alat pengukur regangan melintang dipasang Alat dioperasikan pada laju yang diperlukan

Data diperoleh dan dilakukan perhitungan nilai kuat tarik

Mulai

Film dipotong dengan ukuran 13x57 mm dengan tebal ≤ 7 mm Film ditempatkan pada genggaman mesin uji

Selesai

Extensomer dan alat pengukur regangan melintang dipasang Alat dioperasikan pada laju yang diperlukan

Kurva tegangan-beban dicatat


(50)

3.6.15 Flowchart Analisa Ketahanan terhadap Air

Gambar 3.15 Flowchart Analisa Ketahanan terhadap Air

3.6.16 Flowchart Analisa Scanning Electron Microscope (SEM)

Gambar 3.16 Flowchart Scanning Electron Microscope (SEM) Sampel ditempelkan pada set holder dengan perekat ganda

Sampel dilapisi dengan logam emas dalam keadaan vakum Mulai

Sampel dimasukkan pada tempatnya di dalam Scanning Electron Microscope

Selesai

Gambar topografi diamati dan dilakukan perbesaran 5000 kali

Timbangan digital digunakan mengukur berat sampel awal dengan diameter 50,8 mm dan tebal ± 0,18 mm

Sampel plastik dimasukkan ke dalam wadah berisi air distilat Dengan temperatur 23±1 oC selama 24 jam

Mulai

Selesai

Setelah 24 jam, sampel diambil dan dibersihkan dengan air kering Sampel ditimbang sebagai berat sampel akhir dan dihitung nilai penyerapan air


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL EKSTRAKSI PATI DARI KULIT SINGKONG

Pada penelitian ini bahan baku pembuatan bioplastik yaitu pati yang diekstrak dari kulit singkong. Kulit singkong diperoleh dari pedagang sayuran yang terletak di Pasar Pagi Padang Bulan Pasar 1, Medan. Pati yang dihasilkan berupa serbuk keabu-abuan dengan ukuran partikel ± 100 mesh. Dari hasil ekstraksi pati kulit singkong diperoleh rendemen pati sebesar 20%, dimana dari 100 g kulit singkong diperoleh pati kering sebanyak 20 g dan kemudian selanjutnya dilakukan analisa pada pati yang diperoleh. Kulit singkong yang diperoleh dari Pasar Pagi Medan ditunjukkan pada gambar 4.1 (a) serta hasil ektraksi pati dari kulit singkong pada gambar 4.1 (b).

(a) (b)

Gambar 4.1 (a) Kulit singkong (b) Pati Kulit singkong 4.2 HASIL KARAKTERISTIK PATI KULIT SINGKONG

Karakteristik kadar pati kulit singkong ini dilakukan untuk mengetahui jumlah beberapa komponen yang terkandung di dalam pati kulit singkong yang dihasilkan dari penelitian ini, antara lain kadar pati (amilum), kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar amilosa dan kadar amilopektin.


(52)

4.2.1 Kadar Pati

Kadar pati merupakan banyaknya pati yang terkandung dalam bahan kering yang dinyatakan dalam persen [102]. Tujuan analisa kadar pati adalah untuk menentukan persentase kadar pati yang terdapat pada kulit singkong (Manihot esculenta). Dari hasil analisa pati kulit singkong yang dilakukan di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada, diperoleh kadar pati dalam kulit singkong sebesar 75,9061%. Berdasarkan standar mutu pati menurut Standar Industri Indonesia, kadar pati yang diizinkan adalah minimal 75 % [95]. Jika dibandingkan dengan kadar pati menurut Standar Industri Indonesia, kadar pati kulit singkong telah memenuhi standar yang berlaku. Menurut Richana dan Sunarti (2004), kadar pati dalam bentuk ekstrak pati umbi-umbian berkisar 45-63% [78]. Perbedaan kadar pati yang diperoleh dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam proses pengolahan pati. Pada penelitian ini digunakan metode pengekstraksian pati kulit singkong dengan cara penghancuran menggunakan blender.

4.2.2 Kadar Amilosa dan Amilopektin

Kadar amilosa dan amilopektin adalah banyaknya kandungan amilosa dan amilopektin yang terdapat pada pati yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan karakteristik pati. Tujuan dari analisis kadar amilosa dan amilopektin adalah untuk menetapkan perbandingan jumlah amilosa dan amilopektin di dalam pati kulit singkong. Uji kadar amilosa dan amilopektin dilakukan di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Dalam pati kulit singkong terdapat kandungan amilopektin sebesar 49,9139% dan amilosa sebesar 25,1921%. Pada penelitian Ulloa dan PuninBurneo (2012) dimana dilakukan proses pengekstrakkan pati dari kulit singkong (Manihot esculenta) diperoleh kadar amilosa dengan rentang 17-20%. Kadar amilosa yang diperoleh pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian Ulloa dan PuninBurneo [6]. Hasil yang berbeda dapat dipengaruhi oleh proses produksi pati yang berbeda.

Kadar amilosa yang rendah dan amilopektin yang tinggi dapat mempermudah proses gelatinisasi pati karena dapat menurunkan kelarutan pati di


(53)

dalam air, sehingga pati hanya dapat mengembang dalam air panas yang dibutuhkan dalam proses gelatinisasi pati. Dengan kadar amilopektin yang tinggi, banyak ruang kosong yang ada sehingga ruang kosong ini akan diisi oleh biopolimer pencampur [95]. Kandungan amilosa yang terdapat pada pati memicu pembentukan bioplastik yang lebih kuat, sedangkan struktur amilopektin dalam pati menyebabkan karakteristik mekanik yang rendah, serta ketahanan terhadap tekanan dan elongasi yang rendah [103].

4.2.3 Kadar Air

Tujuan analisa kadar air adalah untuk mengetahui kandungan air dalam pati yang dapat mempengaruhi karakteristik bioplastik. Pengeringan pada pati bertujuan untuk mengurangi kadar air sampai batas tertentu sehingga pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakan pada pati dapat dihambat [78]. Dari hasil analisa diperoleh juga kadar air sebesar 9,45% dimana standar mutu pati menurut Standar Industri Indonesia untuk nilai kadar air maksimum 14%, sehingga kadar air pati secara garis besar masih memenuhi syarat Standar Industri Indonesia [104]. Uji kadar air dilakukan di Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.

Kadar air erat hubungannya dengan keawetan bahan selama penyimpanan. Semakin rendah kadar air bahan maka semakin aman bahan tersebut dari kerusakan akibat serangan mikroorganisme [32]. Kadar air yang tinggi memiliki kecenderungan untuk menyerap air yang dapat menghasilkan plastik dengan elastisitas rendah [105].

4.2.4 Kadar Abu

Kadar abu menunjukkan kandungan mineral dari suatu bahan. Tujuan analisa kadar abu adalah untuk melihat kualitas umum bahan dimana kadar abu juga berkaitan erat dengan zat pengotor asing. Semakin tinggi kadar abu suatu bahan maka semakin tinggi kandungan mineral yang dimiliki bahan tersebut [106]. Nilai kadar abu yang diperoleh dari pati kulit singkong sebesar 1,5 %. Berdasarkan standar mutu pati menurut Standar Industri Indonesia, kadar abu yang diizinkan adalah maksimal 15 % [104]. Uji kadar abu dilakukan di


(54)

Laboratorium Proses Industri Kimia Universitas Sumatera Utara. Jika dibandingkan dengan kadar abu pati menurut Standar Industri Indonesia, kadar abu pati kulit singkong telah memenuhi standar.

4.2.5 Kadar Protein

Kadar protein menunjukkan keberadaan asam-asam amino pada pati. Dalam bentuk pati, komponen protein dipersyaratkan dalam konsentrasi sangat rendah, karena akan menyebabkan viskositas pati menurun [77]. Tujuan analisa kadar protein adalah untuk melihat kandungan protein yang terdapat pada pati kulit singkong yang mempengaruhi karakteristik sifat bioplastik. Uji kadar protein dilakukan di Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Dipeoleh hasil analisa berupa kadar protein sebesar 4,25%. Pada penelitian Ulloa dan PunínBurneo (2012) diperoleh kadar protein kulit singkong sebesar 2,3% [6]. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini. Perbedaan kandungan protein antar varietas diduga disebabkan oleh faktor genetic [77]. Kandungan protein pada pati dapat mempengaruhi karakteristik film yang dihasilkan. Film dengan jumlah protein yang tinggi dapat menyerap lebih banyak air dari lingkungan. Selain itu, film dengan kandungan protein yang tinggi memiliki sifat yang lebih higroskopik dibandingkan film dengan kandungan protein rendah [107]. Komponen protein dalam pati juga mempengaruhi suhu gelatinisasi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa protein mempunyai kemampuan untuk mengabsorpsi air. Air dapat diikat oleh protein melalui ikatan hidrogen. Kemampuan absorpsi tersebut menyebabkan pembengkakan butir-butir pati terjadi lebih lambat, sehingga meningkatkan suhu dan waktu gelatinisasi [108].

4.2.6 Kadar Lemak

Tujuan kadar lemak adalah untuk melihat pengaruh kandungan lemak terhadap karakteristik pati. Kandungan lemak dalam pati dipersyaratkan rendah, karena dapat membentuk kompleks dengan amilosa sehingga menghambat proses gelatinisasi [77]. Uji kadar lemak dilakukan di Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Adapun kadar lemak yang


(55)

terdapat pada pati kulit singkong sebesar 1,58%. Hasil ini masih terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar lemak pada penelitian Ulloa dan PunínBurneo (2012) sebesar 0,44% [6]. Kadar lemak yang tinggi menyebabkan ketidakteraturan struktur mikro dalam plastik. Selain itu, kadar lemak yang tinggi juga berpengaruh terhadap keburaman plastik [109].

4.3 KARAKTERISTIK HASIL ANALISA FT-IR BIOPLASTIK PATI KULIT SINGKONG DAN MIKROKRISTALIN SELULOSA AVICEL PH101 DENGAN PEMLASTIS SORBITOL

Analisis gugus fungsi FTIR diperlukan untuk mengetahui gugus-gugus fungsi yang terdapat pada pati. Analisis gugus fungsi FTIR dilakukan dengan menggunakan alat IR Prestige-21 Shimadzu. Karakteristik gugus fungsi dengan FT-IR dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.Dari analisa gugus fungsi menggunakan FT-IR diperoleh hasil spektrum dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut.

Gambar 4.2 Karakteristik Hasil Analisa FT-IR

Pembacaan bilangan gelombang yang terdapat pada grafik FT-IR dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 400 800 1200 1600 2000 2400 2800 3200 3600 4000 % T ran sm itan si

Panjang Gelombang (cm-1)

Pati Kulit Singkong

Microcrystalline Cellulose Avicel PH101 Bioplastik Pati Kulit Singkong

Bioplastik Pati-MCC-Sorbitol Bioplastik Pati-Sorbitol C=C C-H C-O C-O C-O C=O C-O OH Alkohol OH


(56)

Tabel 4.2 Hasil Keterangan Gugus Fungsi Pati Kulit Singkong Menggunkan FTIR

Jenis Ikatan Bilangan

Gelombang (cm-1)

Keterangan

Ikatan Tunggal Hidrogen

C-H 3000-2850 Alkana jenuh

O-H 3400-3000 Alkohol, air, fenol

O-H bebas 3600

O-H 3400-2400 Asam karboksilat

Rangkap Dua

C=O 1840-1800 Anhidrida

C=O 1750-1715 Ester

C=O 1740-1680 Aldehid

C=O 1725-1665 Asam karboksilat

C=C 1680-1600 Alkena

Ikatan Tunggal (Bukan Hidrogen) C-O C-N 1400-1000 1400-1000 Asam karboksilat Amina

Rangkap Tiga C rangkap tiga 2260-2120 Alkuna CN rangkap tiga 2260-2220 Nitril Sumber: Pavia et al., 2001 [110]

Dari pengamatan spektra IR pada gambar 4.2 terdapat beberapa puncak serapan yang menunjukkan adanya gugus C-H alkena, C-O ester, C=C Alkene dan gugus O-H pada pati kulit singkong. Hasil FTIR yang diperoleh telah sesuai jika dibandingkan dengan FTIR kulit singkong yang diperoleh Aline Natasia Kosasih, dkk., (2010) dimana gugus fungsi yang umumnya terdapat pada kulit singkong adalah ikatan grup OH (hidoksil), gugus karboksil dan gugus karboksilat [111].

Pada pengamatan spektra IR mikrokristalin selulosa terdapat gugus C-O ester, ikatan C=C Alkene serta gugus CH alkena. Terdapat puncak serapan 898,83 cm-1 yang menunjukkan adanya peregangan C-O-C dari ikatan β-1,4-D-glikosida yang juga menunjukkan keberadaan fasa amorf dari mikrokristalin selulosa, semakin meningkatnya intensitas menyebabkan sampel dengan fraksi amorf yang lebih besar. Pada mikrokristalin selulosa terdapat gugus CH2 simetris pada puncak

serapan 1427,32 cm-1. Puncak serapan ini dikenal juga sebagai puncak serapan kristalinitas yang mana penurunan pada nilai intesitasnya menunjukkan adanya penurunan derajat kristalinitas sampel [112]. Gugus O-H hidroksil pada bilangan gelombang 2831,5 cm-1, 2893,22 cm-1, 2939,52 cm-1 dan 3383,14 cm-1 mengindikasikan ikatan hidrogen pada mikrokristalin selulosa.

Terdapat puncak serapan yang menunjukkan adanya gugus H alkena, C-O ester, C=C-O amida, C-O-H karboksilat dan gugus C-O-H Alkohol pada bioplastik pati


(57)

kulit singkong tanpa pemlastis sorbitol dan mikrokristalin selulosa. Gugus fungsi yang sama juga diperoleh pada bioplastik pati kulit singkong dengan pemlastis sorbitol tanpa pengisi mikrokristalin selulosa. Pada bioplastik dengan penambahan sorbitol, gugus C-O dan OH membentuk rantai karbon acak, sehingga menyebabkan sampel tersebut menjadi lebih elastis [113]. Terdapat perubahan bilangan gelombang untuk gugus C-O ester dan OH hidroksil setelah penambahan plastisizer sorbitol dan pengisi mikrokristalin selulosa sebagai berikut :

Tabel 4.3 Perubahan Bilangan Gelombang Pada Bioplastik Pati Kulit Singkong, Bioplastik Pati-Sorbitol, dan Bioplastik Pati-Sorbitol-MCC

Bioplastik Pati Kulit Singkong Bioplastik Pati-Sorbitol Bioplastik Pati-Sorbitol-MCC Gugus CH

(cm-1)

725,23 779,24 729,09 775,38 725,23 779,24 Gugus C=O

(cm-1)

1693,5 1693,5 1693,5

Gugus C-O (cm-1)

1111 1176,58 1107,14 1172,72 1118,71 1168,86 Gugus O-H

(cm-1)

2877,79 2989,66 3649,32 2877,79 2989,66 2870,08 2989,66 3633,89

Pada ketiga bioplastik ditemukan pita serapan energi pada 1693,5 yang menunjukkan adanya gugus amida I (protein yang mengandung ikatan C=O) [109]. Penambahan mikrokristalin selulosa menyebabkan puncak gugus C-O menjadi lebih luas pada rentang 1118,71 cm-1 dan 1168,86 cm-1 serta perluasan gugus OH pada rentang 2870,08 cm-1 dan 3633,89 cm-1. Puncak serapan yang melebar pada absorpsi bilangan gelombang OH hidroksil menunjukkan adanya ikatan hidrogen bioplastik dengan pemlastis sorbitol dan pengisi mikrokristalin selulosa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ikatan hidrogen yang kuat dapat diidentifikasi dari bilangan gelombang yang rendah [114]. Hal ini terlihat dari penurunan bilangan gelombang gugus OH serta rentang gugus OH yang semakin melebar dan intensitas yang semakin kuat.


(58)

Bioplastik terdapat gugus fungsi C=O karbonil dan COOH ester mengindikasi adanya kemampuan degradabilitas pada plastik yang disintesis. Hal ini dikarenakan gugus fungsi O-H, C=O karbonil dan C-O ester merupakan gugus yang bersifat hidrofilik sehingga molekul air dapat mengakibatkan mikroorganisme pada lingkungan memasuki matriks plastik tersebut [115].

Penambahan selulosa dan sorbitol bertujuan untuk memodifikasi pati. Namun jika dilihat dari panjang gelombang yang terbaca belum ada gugus fungsi baru yang terbentuk. Menurut Darni, dkk., (2009) hal tersebut berarti bioplastik yang dihasilkan merupakan proses blending secara fisika karena tidak ditemukannya gugus fungsi baru sehingga bioplastik memiliki sifat seperti komponen-komponen penyusunnya. Walaupun begitu pada spektra pati tidak ditemukan gugus OH alkohol di daerah serapan 3600-3700 cm-1. Gugus OH alkohol pada sampel plastik berasal dari gugus fungsi OH sorbitol [116].

4.4 KARAKTERISTIK MORFOLOGI PATI KULIT SINGKONG DENGAN SEM (SCANNING ELECTRON MICROSCOPE)

Karakteristik morfologi pati kulit singkong dilakukan dengan SEM.Karakteristik dengan SEM ini dilakukan di Laboratorium Terpadu USU. Hasil pengamatan dengan SEM ditunjukkan pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Hasil SEM pati kulit singkong perbesaran 10000 kali

Gambar 4.3 menunjukkan hasil analisa SEM partikel pati kulit singkong yang berukuran 100 mesh dengan perbesaran 10000x. Dari hasil analisa SEM dapat dilihat bahwa sebagian besar morfologi pati kulit singkong berbentuk Impurities


(59)

granula dengan ukuran granula yang relatif besar yaitu sekitar 2,8-6,75 µm. Selain itu, hasil SEM juga memperlihatkan bahwa granula pati masih terlihat utuh dengan bentuknya yang oval yang menunjukkan bahwa granula pati belum mengalami kerusakan struktur granulanya. Granula pati yang belum mengalami proses modifikasi akan memiliki permukaan yang halus dan utuh. Ganula pati yang lebih besar memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap perlakuan panas dan air dibandingkan granula pati yang kecil. Pada struktur granula pati, amilosa dan amilopektin tersusun dalam suatu cincin. Jumlah cincin dalam suatu granula pati kurang lebih 16 buah, yang terdiri atas cincin lapisan amorf dan cincin lapisan semikristal [117]. Amilosa merupakan fraksi gerak, yang artinya dalam granula pati letaknya tidak pada satu tempat, tetapi bergantung pada jenis pati. Umumnya amilosa terletak di antara molekul-molekul amilopektin dan secara acak berada selang-seling di antara daerah amorf dan kristal [118].

Dari hasil analisa SEM juga dapat dilihat bahwa pati kulit singkong masih mengandung zat pengotor (impurites) yang ditunjukkan dengan adanya butiran-butiran putih yang tidak seragam dengan granula pati. Zat pengotor dalam pati kulit singkong dapat berupa lemak, protein, mineral dan lainnya. Zat pengotor yang terdapat pada pati dapat dikaitkan dengan kadar abu dimana pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi serta waktu yang lama mempengaruhi warna pati. Butiran putih yang tidak seragam pada hasil analisa SEM pati mengindikasikan adanya perubahan warna dan tekstur yang tidak seragam dengan pati kulit singkong pada umumnya.

4.5 KARAKTERISTIK PROFIL GELATINISASI PATI DENGAN RVA (RAPID VISCO ANALYZER)

Karakteristik profil gelatinisasi pati kulit singkong diukur dengan RVA (Rapid Visco Analyzer) yang dilaksanakan di Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Karakteristik ini berkaitan dengan pengukuran viskositas pati dengan konsentrasi tertentu selama pemanasan dan pengadukan. Hasil dari pengukuran RVA dapat diplotkan menjadi kurva profil gelatinisasi yang ditunjukkan dengan gambar 4.4 dimana terdapat hubungan antara nilai viskositas (cP) (pada sumbu y) dan perubahan temperatur


(60)

(oC) (juga pada sumbu y) selama waktu proses pemanasan dan pendinginan (detik) (pada sumbu x).

Gambar 4.4 Grafik Profil Gelatinisasi Pati Kulit singkong yang Diukur dengan RVA (Rapid Visco Analyzer)

Tabel 4.3 memperlihatkan data-data profil gelatinisasi pati kulit singkong yang diolah dari kurva RVA pada Gambar 4.4. Pati kulit singkong mulai mengalami gelatinisasi pada suhu yang cukup tinggi, yaitu 76,685 oC. Viskositas puncak tercapai pada suhu 94,62oC dengan nilai viskositasnya sebesar 4225,5 cP. Pada pemanasan di atas suhu 94,62oC, pati kulit singkong mengalami penurunan viskositas yang cukup tajam dengan viskositas breakdown sebesar 2566,5 cP. Pasta pati kulit singkong secara berangsur-angsur mengalami peningkatan viskositas selama fase pendinginan. Viskositas setback selama fase pendinginan ini sebesar 976 cP. Viskositas setback pati kulit singkong ini relatif tinggi, yang menunjukkan kecenderungan pati kulit singkong lebih mudah mengalami retrogradasi.

Sebagaimana pati pada umumnya, pati kulit singkong memiliki profil gelatinisasi dengan puncak viskositas yang tinggi dan diikuti dengan penurunan viskositas yang tajam selama fase pemanasan. Hal ini dikarenakan adanya pemanasan yang menyebabkan energi kinetik molekul air menjadi lebih kuat dari pada daya tarik menarik antara molekul pati dalam granula, sehingga air dapat

-500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 0 20 40 60 80 100 120

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Vis k o sita s (cP) T em pera tur ( oC) Waktu (detik) Temperatur Viskositas


(1)

(b) Pati Kulit singkong 47

Gambar 4.2 Hasil Analisis FT-IR 52

Gambar 4.3 Hasil SEM pati kulit singkong perbesaran 10000 kali 55 Gambar 4.4 Grafik Profil Gelatinisasi Pati Kulit singkong yang

Diukur dengan RVA (Rapid Visco Analyzer)

57

Gambar 4.5 Pengaruh Penambahan Mikrokristalin Selulosa danPlasticizer Sorbitol Terhadap DensitasBioplastik

59

Gambar 4.6 Pengaruh Penambahan Mikrokristalin Selulosa danPlasticizer Sorbitol Terhadap Sifat Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Bioplastik

61

Gambar 4.7 Pengaruh Penambahan Mikrokristalin Selulosa danPlasticizer Sorbitol Terhadap Pemanjangan Pada Saat Putus (Elongation AT break)Bioplastik

64

Gambar 4.8 Pengaruh Penambahan Mikrokristalin Selulosa danPlasticizer Sorbitol Terhadap Penyerapan Air (Water Uptake)Bioplastik

66

Gambar 4.9 Hasil Analisa Morfologi Patahan (a) Bioplastik Pati Kulit Singkong dan (b) Bioplastik Pati Kulit Singkong Dengan Mikrokristalin Selulosa dan Pemlastis Sorbitol di Perbesaran 10000x

68

Gambar C.1 Pati Kulit Singkong 88

Gambar C.2 Mikrokristalin Selulosa (MCC) 88 Gambar C.3 Proses Pembuatan Larutan Mikrokristalin Selulosa

(MCC), Sorbitol dan Aquades

89

Gambar C.4 Sorbitol 89

Gambar C.5 Proses Pembuatan Bioplastik 90

Gambar C.6 Alat Ultrasonikasi 90

Gambar C.7 Alat Uji Tarik (Tensile Strength) 91 Gambar C.8 Alat Uji FTIR (Fourier Transform Infra - Red) 91 Gambar C.9 Alat Uji SEM (Scanning Electron Microscopy) 92

Gambar C.10 Produk Bioplastik 93


(2)

Gambar D.2 Hasil FTIR Pati Kulit Singkong 94 Gambar D.3 Hasil FTIR Bioplastik Pati Kulit Singkong Tanpa

Pengisi Mikrokristalin Seluosa (MCC) Dan Tanpa Plasticizer Sorbitol

95

Gambar D.4 Hasil FTIR Produk Bioplastik dengan Plasticizer Sorbitol Dan Tanpa Penambahan Mmikrokristalin Selulosa (MCC)

95

Gambar D.5 Hasil FTIR Produk Bioplastik dengan Penabahan Plasticizer Sorbitol Dan Penambahan Mikrokristalin Selulosa (MCC)

96

Gambar D.6 Hasil Uji Kadar Air, Protein, Lemak, Rva Pati Kulit Singkong Dan RVA Larutan Bioplastik Dari Pati Kulit Singkong Dengan Pengisi Mikrokristalin Selulosa Dan Plasticizer Sorbitol

97

Gambar D.7 Hasil Uji Kadar Pati, Kadar Amilosa dan Kadar Amilopektin


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Penelitian-penelitian Bioplastik 1 Tabel 2.1 Komponen Kimia Kulit Pati Singkong 9 Tabel 2.2 Sifat mikrokristalin selulosa PH 101 11 Tabel 4.1 Hasil Analisa Pati Kulit Singkong 48 Tabel 4.2 Hasil Keterangan Gugus Fungsi Pati Kulit Singkong

Menggunkan

52

Tabel 4.3 Perubahan Bilangan Gelombang Pada Bioplastik Pati Kulit Singkong, Bioplastik Pati-Sorbitol, dan Bioplastik Pati-Sorbitol-MCC

54

Tabel 4.4 Data Profil Gelatinisasi Pati Kulit singkong Hasil Pengukuran RVA (Rapid Visco Analyzer)

57

Tabel A.1 Data Hasil Analisis Pati Kulit Singkong 82 Tabel A.2 Data Hasil Analisis RVA (Rapid Visco Analyzer) Pati

Kulit Singkong

82

Tabel A.3 Data Hasil Analisis Densitas (Density) 83 Tabel A.4 Data Hasil Analisis Kekuatan Tarik (Tensile Strength) 83 Tabel A.5 Data Hasil Analisis Pemanjangan Saat Putus (Elongation

at Break)

84

Tabel A.6 Data Hasil Analisis Penyerapan Air (Water Uptake) 84 Tabel A.7 Data Hasil Analisis Kekuatan Tarik (Tensile Strength)

Bioplastik Dengan Pelarut NaOH


(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A DATA PENELITIAN 82

A.1 DATA HASIL ANALISIS PATI KULIT SINGKONG

82

A.2 DATA HASIL ANALISIS RVA (RAPID VISCO ANALYZER) PATI KULIT SINGKONG

82

A.3 DATA HASIL DENSITAS (DENSITY) 83

A.4 DATA HASIL KEKUATAN TARIK (TENSILE STRENGTH)

83

A.5 DATA HASIL PEMANJANGAN SAAT PUTUS (ELONGATION AT BREAK)

84

A.6 DATA HASIL PENYERAPAN AIR (WATER UPTAKE)

84

A.7 DATA HASIL KEKUATAN TARIK (TENSILE STRENGTH) BIOPLASTIK DENGAN PELARUT NaOH

85

Lampiran B CONTOH PERHITUNGAN 86

B.1 PERHITUNGAN KADAR ABU PATI KULIT SINGKONG

86

B.2 PERHITUNGAN DENSITAS 86

B.3 PERHITUNGAN KETAHANAN TERHADAP AIR 87

Lampiran C DOKUMENTASI PENELITIAN 88

C.1 PATI KULIT SINGKONG 88

C.2 MIKROKRISTALIN SELULOSA (MCC) 88

C.3 PROSES PEMBUATAN LARUTAN

MIKROKRISTALIN SELULOSA (MCC), SORBITOL DAN AQUADES

89

C.4 SORBITOL 89


(5)

C.6 ALAT ULTRASONIKASI 90

C.7 ALAT UJI TARIK (TENSILE STRENGTH) 91

C.8 ALAT UJI FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA-RED)

91

C.9 ALAT UJI SEM (SCANNING ELECTRON MICROSCOPY)

92

C.10 PRODUK BIOPLASTIK 93

Lampiran D HASIL PENGUJIAN LAB ANALISIS DAN INSTRUMEN 94

D.1 HASIL FTIR MIKROKRISTALIN SELULOSA (MCC)

94

D.2 HASIL FTIR PATI KULIT SINGKONG 94

D.3 HASIL FTIR BIOPLASTIK PATI KULIT

SINGKONG TANPA PENGISI

MIKROKRISTALIN SELULOSA DAN TANPA PLASTICIZER SORBITOL

95

D.4 HASIL FTIR PRODUK BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN PLASTICIZER SORBITOL DAN TANPA PENAMBAHAN MIKROKISTALIN SELULOSA (MCC)

95

D.5 HASIL FTIR PRODUK BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN PLASTICIZER SORBITOL DAN DENGAN PENAMBAHAN MIKTOKRISTALIN SELULOSA (MCC)

96

D.6 HASIL UJI KADAR AIR, PROTEIN, LEMAK, RVA PATI KULIT SINGKONG DAN RVA LARUTAN BIOPLASTIK DARI PATI KULIT

SINGKONG DENGAN PENGISI

MIKROKRISTALIN SELULOSA DAN PLASTICIZER SORBITOL

97

D.7 HASIL UJI KADAR PATI, KADAR AMILOSA DAN KADAR AMILOPEKTIN


(6)

DAFTAR SINGKATAN

PV Peak Viscosity

B Breakdown

S Setback

HPV hot paste viscosity

CPV cold paste viscosity

AOAC Official Methods of Analysis

MCC Microcrystalline Cellulose

ASTM American Standart Testing of Material FT-IR Fourier Transform-Infra Red

SEM RVA

Scanning Electron Microscopy Rapid Visco Analyzer


Dokumen yang terkait

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

8 26 116

Pembuatan Bioplastik dari Pati Kulit Singkong (Manihot esculenta) Berpengisi Mikrokristalin Selulosa AvicelPH-101 (Wood pulp) dengan Plastisizer Sorbitol

2 3 21

Pembuatan Bioplastik dari Pati Kulit Singkong (Manihot esculenta) Berpengisi Mikrokristalin Selulosa AvicelPH-101 (Wood pulp) dengan Plastisizer Sorbitol

1 1 2

Pembuatan Bioplastik dari Pati Kulit Singkong (Manihot esculenta) Berpengisi Mikrokristalin Selulosa AvicelPH-101 (Wood pulp) dengan Plastisizer Sorbitol

0 2 6

Pembuatan Bioplastik dari Pati Kulit Singkong (Manihot esculenta) Berpengisi Mikrokristalin Selulosa AvicelPH-101 (Wood pulp) dengan Plastisizer Sorbitol

2 8 18

Pembuatan Bioplastik dari Pati Kulit Singkong (Manihot esculenta) Berpengisi Mikrokristalin Selulosa AvicelPH-101 (Wood pulp) dengan Plastisizer Sorbitol

2 10 10

Pembuatan Bioplastik dari Pati Kulit Singkong (Manihot esculenta) Berpengisi Mikrokristalin Selulosa AvicelPH-101 (Wood pulp) dengan Plastisizer Sorbitol

0 0 17

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 23

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 2

HIDROLISIS ASAM KLORIDA TEPUNG PATI SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DALAM PEMBUATAN GULA CAIR

1 10 9