14 Keterangan gambar :
1 Suhu awal gelatinisasi Tp, pasting temperature
2 Hidrasi granula pati
3 Intensitas maksimal gelatinisasi PV, peak viscosity
4 Kerusakan enzimatis dan regangan granula pati
5 Viskositas minimum
6 Berkurangnya viskositas B, breakdown
7 Viskositas akhir
8 Pengerasan S, setback
Proses  yang  melibatkan  air  dan  pemanasan  tersebut  mengakibatkan pecahnya  sebagian  atau  seluruh  granulanya.  Pecahnya  granula  ini  terjadi  pada
suhu  gelatinisasi,  pati  singkong  memiliki  suhu  gelatinisasi  68-92
o
C.  Hasil  dari proses gelatinisasi bersifat irreversible [55].
2.8  RETROGRADASI
Proses  gelatinisasi  juga  erat  kaitannya  dengan  retrogradasi.  Retrogradasi adalah  proses  kristalisasi  kembali  pati  yang  telah  mengalami  gelatinisasi.  Pasta
pati  yang  telah  mengalami  gelatinisasi  terdiri  dari  granula-granula  yang membengkak  yang  tersuspensi  ke  dalam  air  panas  dan  molekul-molekul  amilosa
yang terdispersi ke dalam air. Bila pasta pati tersebut kemudian mendingin, energi kinetik  tidak  lagi  cukup  tinggi  untuk  melawan  kecenderungan  molekul-molekul
amilosa untuk bersatu kembali [56]. Molekul-molekul amilosa berikatan kembali satu  sama  lain  serta  berikatan  dengan  cabang  amilopektin  pada  pinggir-pinggir
luar  granula,  dengan  demikian  mereka  menggambungkan  butir-butir  pati  yang bengkak  tersebut  menjadi  semacam  jaring-jaring  membentuk  mikrokristal  dan
mengendap [57]. Menurut  Swinkels  1985,  retrogradasi  pasta  pati  atau  larutan  pati
memiliki  beberapa  efek  sebagai  berikut:  1  peningkatan  viskositas;  2 terbentuknya  kekeruhan;  3  terbentuknya  lapisan  tidak  larut  dalam  pasta  panas;
4 terjadi presipitasi pada partikel pati yang tidak larut; 5 terbentuknya gel; dan 6 terjadinya sineresis pada pasta pati. Retrogradasi adalah proses yang kompleks
dan  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor,  antara  lain  jenis  dan  konsentrasi  pati,
Universitas Sumatera Utara
15 prosedur  pemasakan,  suhu,  waktu  peyimpanan,  prosedur  pendinginan,  pH,  dan
keberadaan komponen lain [58].
Gambar 2.4 Perubahan Granula Pati Selama Proses Gelatinisasi dan Retrogradasi [57]
Kecenderungan  pati  untuk  mengalami  retrogradasi  juga  dapat  dilihat Viskositas  setback  pati.  Viskositas  setback  menunjukkan  kecenderungan  pati
untuk  mengalami  retrogradasi  yang  dihitung  sebagai  selisih  antara  cold  paste viscosity CPV dengan hot paste viscosity HPV [59].
2.9  ULTRASONIKASI
Dalam pembuatan bioplastik dengan menggunakan penguat MCC diperlukan perlakuan  fisik  dalam  proses  pencampuran  material  bioplastik. Salah  satu  proses
fisik  yang  efektif  adalah  ultrasonikasi.  Ultrasonik  mempunyai  keunikan  dan keunggulan  tersendiri,  yaitu  memiliki  energi  yang  cukup  tinggi  yang  dapat
diberikan kepada zat lain dalam waktu yang singkat. Ketika  gelombang  ultrasonik  digunakan  untuk  pendispersian  MCC,  kavitasi
ultrasonik  dapat  memberikan  dua  fungsi  pada  partikel  MCC.  Yang  pertama adalah  efek  pendispersian  homogenisasi  yang  dihasilkan  dari  pancaran  cairan
liquid jet gelombang ultrasonik, serta kerusakan pada permukaan MCC terjadi pemecahan  partikel  yang  disebabkan  oleh  gelombang  kejut  yang  kuat.  Dengan
meningkatnya daya ultrasonik, intensitas juga ikut menurun. Hal ini menunjukkan bahwa  ikatan  hidrogen  dalam  partikel  MCC  rusak  dan  derajat  kristalinitas  MCC
menurun.  Hal  ini  dapat  disebabkan  oleh  kavitasi  ultrasonik  yang  memutuskan struktur molekul di daerah amorf dan daerah kristal [60].
Proses  ultrasonikasi  pada  MCC  bekerja  dengan  menghasilkan  gelombang pada  tekanan  sonik  yang  intens  dalam  medium  cair.  Gelombang  tersebut
mengakibatkan  terbentuknya  aliran  dalam  medium  cair  dan  kemudian
Universitas Sumatera Utara
16 menghasilkan gelembung mikro micro-bubbles yang akhirnya pecah. Fenomena
ini  disebut  kavitasi  [61].  Kavitasi  adalah  pengembangan  dan  pemecahan gelembung di dalam cairan yang disebabkan oleh gelombang suara. Kavitasi dapat
memecah  partikel  padat  menjadi  lebih  kecil  dikarenakan  ketidaksempurnaan permukaan  partikel  yang  berperan  sebagai  inti  bagi  pembentukan  gelembung
kavitasi  pada  permukaan  yang  selanjutnya  saat  pecah  menjadi  gelombang  kejut yang dapat memecah partikel menjadi lebih kecil [62].
Selama  terjadinya  kavitasi,  energi  potensial  dari  gelembung  dikonversikan menjadi  energi  kinetik  dalam  bentuk  pancaran  cairan  liquid  jet  yang  bergerak
menuju  ke  bagian  dalam  gelembung  dan  menembus  dinding  gelembung  lainnya hingga  menubruk  permukaan  MCC  [63].  Proses  penubrukan  ini  menyebabkan
pembelahan  melintang  pada  aksis  longitudinal  dari  struktur  mikrofibril  selulosa yang mana menghasilkan serat atau fibril yang panjang [64]. Selain menyebabkan
penguraian  serat  pada  mikrokristalin  selulosa,  proses  ultrasonikasi  juga menyebabkan  pengurangan  ukuran  serat  selulosa  yang  diperoleh  melalui  adanya
gaya antar partikel yang saing bertubrukan dan gaya geser  pada partikel [39]. Proses  ultrasonikasi  ini  dapat  diaplikasikan  dalam  pendispersian  bahan
penguat.  Pemanfaatan  ultrasonikasi  dalam  pendispersian  filler  ZnO  dan  Selulosa dalam sintesis bioplastik dilaporkan oleh Marbun 2012. Selain itu, pendisperian
filler selulosa dalam produksi bioplastik juga dilaporkan oleh Darni, dkk., 2014.
Gambar 2.5 Diagram skematik dari proses ultrasonikasi MCC [63]
Universitas Sumatera Utara
17
2.10 METODE PEMBUATAN BIOPLASTIK