dukung dengan Ibu Afifah salah satu masyarkat yang memiliki pekerjaan sebagai Buruh Pabrik yang menyampaikan bahwasanya;
“Dari dulu ingin sekali ikut Musrenbang, banyak yang mau saya keluhkan dalam infrastruktur di lingkungan saya, tapi itu kan kerjaan saya juga
menguras banyak waktu serta tenaga jadi ya kadang males juga” Dari pernyataan hasil wawancara di atas memang diketahui bahwa ada kaitan
erat antara aktifitaspekerjaan masyarkat dalam berpartisipasi dalam pembanguna desa memang sangat mempengaruhui, dijelaskan bahwa orang-orang yang
berpartisipasi dalam tahapan pembangunan ialah segelintir masyarkat yang memiliki waktu kerja lebih bebas dan tidak terikat.
3.3. Tingkat Pendidikan
Menurut plumer, Faktor hambatan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagi keinginan dan kemampuan masyarkat untuk berpartispasi serta untu memahami
dan melaksanakan tingkatan dan benruk partisipasi pemabgnunan yang ada. Sehubungan dengan ini maka peneliti menanyakan. “Adakah indikasi hubungan
dengan tingkatan pendidikan dengan kemauan masyarkat untuk berpartisipasi dalam pembangunan?” maka kembali Bapak Amru, Selaku Sekertaris Desa
mengungkapkan; “ Bukannya saya mengada-ada tapi ya kan tingkat pendidikan tidak akan
pernah jadi Patokan lah buat yang mau berpartisipasi, maaf saja banyak itu
sampai lulus keperguruan tinggi di Desa kita tapi sombong sekali gak pernah nampak juga batang hidungnya dalam Musrenbang Desa atau kemari
diskusi tentang pembangunan ” Untuk mendukung argument Sekertaris Desa maka peneliti Mewawancarai
Bapak Juniadi Selaku Kepala Dusun yang dikenal sangat mengerti karateristik masyarkat Dusun yang di pimpinnya, Beliau mengungkapkan;
“Di desa kita ini makin tinggi pendidikan makin sombong, apalagi kalau udah bagus kehidupan ekonomi nya mana mau dia ikut berpartisipasi
jangankan partisipasi sumbangan barangdana sumbangan buat gotong royong aja gak pnrnah keluar”
Untuk memperjelas pendapat dari kedua pemerintah desa tersebut, maka Peneliti menanyakan kepada salah satu masyarkat Bapak Heru. Yang , mengutarakan
pendapat hampir senada dengan aparatur desa; “ Bukan nya jeleki orang berpendidikan di Desa kita, tapi ya memang pas
musrenbang dusun sampai Musrenbang desa sampai lagi ke pelaksanaan memang rata-rata pelaksana nya tamatan SLTASederajat sih dik kecuali
yang kaur sama aparatur desa lain, selain dari itu biasanya memang pendidikan nya biasa- biasa saja, tapi mungkin ya yang ber-pendidikan itu
malu lah yah ikut partisipasi, biasakan yang ikut-ikut pembangunan desa memang dari masyarkat keluarga ekonomi biasa-biasa saja ”
Dari ketiga hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa memang pendidikan berpengaruh terhadap intensitas masyarkat untuk berpartisipasi,
masyarkat yang memiliki tingkat pendidikan cukup baik malah dianggap adalah orang yang cukup apatis dalam ikut berpartisipasi dalam kemajuan desa. Sedangkan
orang yang berpendidikan SLTASederajat lah yang sering mengikuti partisipasi.
3.4. Jenis Kelamin