BAB V PENYAJIAN DATA
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh peneliti melalui rangkaian penelitian di lapangan guna dianalisis berdasarkan teori yang ada.
Data tersebut seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh berdasarkan wawancara,
observasi dengan informan utama dan informan kunci. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang diperkuat dengan data
primer. Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan dalam bab ini yaitu peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan infrastruktur di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Limau Manis, dilaksankan oleh peneliti guna mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian,
adapun tahapan yang dilakukan peneliti yaitu :
1. Penelitian dilakukan melalui pengumpulan data atau berbagai dokumen
tertulis mengenai kondisi umum Desa Limau Manis seperti sejarah umum, aparatur pemerintah Desa Limau Manis, sarana prasarana Desa Limau Manis
sampai pada data-data lain yang berhubungan dengan Desa Limau Manis. 2.
Peneliti melakukan observasi di Kantor Desa dan Desa Limau Manis sendiri, terkait meneliti tentang bagaimana gambaran pembangunan, peranan
pemerintah serta partisipasi masyarkat dalam pembangunan Infrastruktur. Peneliti melakukan wawancara dengan aparatur pemerintahan desa seperti
Kepala Desa yang diwakili oleh Sekertaris Desa dan Kepala BPD, tak lupa juga peneliti melakukan wawancara kepada informan utama secara purposive yaitu
masyarakat Desa Limau Manis dari dusun 1 sampai dusun 13. Disini peneliti mengambil salah satu masyarakat yang mewakili setiap dusun atas rekomendasi
Kepala Dusun yang dianggap bisa memberikan gambaran dan informasi yang bersangkutan dengan peranan pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi
mereka dalam pembangunan infrastruktur.
1. Gambaran Pembangunan Infrastruktur di Desa Limau Manis
Pembangunan infrastruktur di Desa Limau Manis tidak terlepas dari keterlibatan pilar yaitu pemerintah, masyarakat serta swasta dunia Industri yang
mampu bersinergi dalam memajukan Desa Limau Manis. Namun dengan begitu pun pembangunan infrastruktur dinilai masih banyak kekurangan dari segi pemenuhan
dan segi kualitas. Anggaran alokasi dana desa yang terbatas memang membuat pemerintah Desa Limau Manis harus memprioritaskan pembangunan dengan sebaik-
baiknya. Berdasarkan klarifikasi Pemerintah Desa sendiri Bapak Amsru, selaku Sekertaris Desa dalam wawancara dijelaskan bahwa;
“ Dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan infrastruktur yang ada di wilayah Desa Limau Manis persentase pemenuhan masih mencakup 70
dari seluruh total kebutuhan Infrastruktur ideal yang dibutuhkan warga kita” Dari penjelasan itu memang peneliti menemukan ada beberapa kekurangan
dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur, seperti infrastruktur sistem irigasi masyarkat yang bertani tidak tersedia lagi, infrastruktur pasar desa yang kurang
produktif serta pengaspalan jalan dengan kualitas optimal tidak terealisasi secara merata.
Kendatipun demikian, seiring berjalannya pembangunan-pembangunan yang ada di Desa Limau Manis pemerintah desa juga menerapkan sebuah Konsep program
yang dihidupkan dalam pembangunan desa yaitu konsep Gerakan Deli Serdang Membangun atau disingkat dengan GDSM, yang merupakan sebuah konsep program
yang turun dari Pemerintah Kabupaten. GDSM ialah konsep dengan cerminan dari Implementasi pembangunan partisipatif yaitu mewujudkan pembangunan dari
semangat gotong-royong pada pelaksananya, konsep ini tidak sebatas pelaksanaan kebersihan tapi menyeluruh dalam semua sektor pembangunan yang dijalankan. Jadi
jelas bahwa konsep GDSM yang dianut dalam pembangunan infrastruktur Desa
Limau Manis Merupakan sebuah program yang menggambarkan pembangunan partisipatif, dengan mengikut sertakan masyarakat dalam tahapan-tahapan
pembangunan Desa Limau Manis yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2009. Pemerintah Desa membuka peluang sebesar-besar nya untuk masyarkat yang ingin
partisipasi untuk membangun kemajuan Desa. Seperti yang telah diklarifikasi lagi dalam wawancara pemerintah desa Bapak Amru selaku Sekertaris Desa limau Manis
“Kami pemerintah desa mengharapkan agar masyarkat sadar bahwa partisipasi masyarkat adalah hal mutlak yang dibutuhkan untuk
pembangunan Desa Limau Manis menjadi lebih baik lagi. Desa Limau Manis sudah menerapkan banyak pembangunan yang berkonsep GDSM”
Berikut adalah tabel pembangunan Infrastruktur Desa Limau Manis, Baik Infrastruktur yang sudah selesai maupun sedang berlangsung .
Tabel 5.1 Pembangunan Infrastruktur Desa Limau Manis Tahun 2009- 2014 No Tahun
Pelaksanaan Proyek Penjelasan Proyek
1 2009
Pengaspalan Jalan Gang dusun Sepanjang Dusun I-VII
yang ada di Desa Limau Manis.
2 2009
Pembuatan Drainase Parit Menyeluruh pada 13
Dusun 3
2010 Pengaspalan Jalan Gang
Sepanjang Dusun VI-IX 4
2010 Pembuatan Jembatan
Pengubung dengan Desa Tanjung Morawa A
sepanjang 12 m.
5 2011
Renovasi Gedung SDN 101862
6 2011
Pembuatan Drainase Dusun X sampai XIII
7 2011
Pengecoran Drainase Dusun I dan Dusun XII
8 2011
Bedah Rumah Warga Dua Rumah warga
Dusun VII. 9
2011 Pengaspalan Jalan Desa
Sepanjang Jalan Desa Limau Manis yang
Menghubungkan antar Dusun.
10 2012 Pengecoran Pembatas Jalan
Sepanjang jalan Desa Limau Manis yang
menghubungkan antar Dusun.
11 2012- 2013
Pembuatan taman Penghijauan Seluruh Sarana
Pendidikan Sekolah di Desa Limau Manis.
12 2013 Pengecoran Jalan dan Drainase di
Beberapa Dusun Dusun VII , Dusun X, XI
dan X 14 2014
Perbaikan Jalan Desa Sepanjang jalan Desa
Limau Manis yang menghubungkan antar
Dusun.
15 2014 Pengecoran Drainase
Di Dusun XI –XIII 16. 2014-
2015 Rehabilitasi Kantor Desa
Rehab Balai Desa, Pembuatan Teras Balai
Desa, Rehab Kantor Desa dan Pembangunan
Ruang kerja Kaur Kantor Desa.
Sumber :RPJMDes Limau Manis.
2. Gambaran Kondisi Infrastruktur Desa.
Pembangunan Infrastruktur yang ada pada Desa Limau Manis kualitas serta pemeliharaannya masih kurang maksimal, seperti yang terlampir pada RPJM Desa
Limau Manis sejak Tahun 2009 sampai 2014 ada beberapa perbaikan infrastruktur seperti jalan yang berlubang, serta fungsi drainase yang tidak optimal dalam
menanggulangi banjir. Di sisi lain Infrastruktur seperti pasar tidak pernah mengalami renovasi. Pelebaran jalan belum pernah direalisasikan walaupun pengguna kendaraan
industri sampai kendaraan masyarkat di desa dengan jumlah yang semakin pesat. Pemerintah Desa mengakui banyak kendala dalam pencapaian pembangunan
infrastruktur dengan kualitas opimal seperti dalam wawancara klarifikasi dari pemerinah desa, Bapak Amru selaku Sekertaris Desa Limau Manis;
“kendala sebenarnya ada di alokasi dana desa, pembangunan infrasrukur desa kualitasnya pasti tidak seoptimal mirip infrastruktur di kota, pasti beda.
Terlebih lagi kan tanjung morawa ini luas, cakupan untuk desa kita saja ada 13 dusun. RPMJD sama RKP Desa yang sudah diproposalkan tentu tidak
bisa direalisasikan seluruhnya, termasuk pada pembangunan infrastruktur dengan kualitas yang diharapkan. Pemerintah kabupaten memang terus
mengupayakan agar anggaran belanja desa bisa dipenuhi sesuai dengan agenda RPMJD dan RKP Desa yang sudah diproposalkan. Tapi
kenyataannya anggran alokasi dana desa pada desa kita hanya bisa dipenuhi oleh kabupaten sekitar 40 dari yang dibutuhkan.”
Tapi peneliti menilai pemerintah desa sudah mulai sadar dan tetap optimis dengan skala prioritas pembangunan dan seiring waktu yang berjalan, pemerintah
desa sudah mulai bisa membangunmemperbaiki infrastruktur. Infrastruktur dengan kualitas yang diharapkan masyarkat sudah mulai direalisasikan pemerintah. Seperti
pengecoran jalan, Pembangunan Jembatan, serta pengecoran drainase mulai diterapkan guna memperbaiki fungsi serta optimalisasi kualitas infrastruktur.
3. Partisipasi Masyarkat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa
Dari banyaknya jenis partisipasi yang bisa diberikan masyarkat, Masyarkat Desa Limau Manis cederung lebih banyak memberikan bentuk partisipasi dengna
bentuk; a.
Partisipasi desakan enforced dengan inisiatif dari bawah yaitu, dimana masyarkat cenderung mau mengeluarkan inisiatif dalam bentuk ide setelah
ada dampak yang ditimbulkan seperti yang diutarkan dalam wawancara Kepala Dusun, Bapak Junaidi yang menilai tentang partisipasi masyarkat
Desa Limau Manis menyebutkan; “Masyarakat itu kalau sudah terganggu dulu tentang kualitas
infrastruktur baru mau lapor minta diperhatikan segala macam” kebanjiran karena drainase yang tidak optimal, jalan yang berlubang, jadi
disini masyarkat Desa Limau Manis cenderung mau mengeluarkan partisipasi dalam bentuk ide dalam musbangdus kepada Kepala Dusun karena desakan,
desakan ditandai masyarkat yang mulai merasa ada gangguan dan hambatan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari karena infrastruktur yang tidak
optimal.
b. Partispasi dengan imbalan rewarded dengan inisiatif dari atas, yaitu
partisipasi dalam bentuk tenaga dengan imbalan insentif atas pelaksanaan pembangunan Infrastruktur. di sini ditandai para pelaksana pembangunan
didominasi oleh pekerja pertukangan tukang bangunan. Masyarkat yang memiliki pekerjaan pertukangan sebagai mata pencaharian utama, peran
insentif sangat mempengaruhi agar para partisipan bisa termotivasi memenuhi kebutuhan hidupnya namun di sisi lain juga bisa membantu dalam memajukan
desa. Kendaitpun demikian, Dengan jumlah populasi masyarakat produktif Desa
Limau Manis tidak sedikit yaitu sekitar 10.000 warga dengan 4125 KK dan wilayah yang cukup luas sekitar 811,27 Ha. Partisipasi masyarakat dengan insiatif dari atas
masih dinilai cukup rendah, ini dinilai pada saat keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan yang sangat sederhana. Seperti gotong-royong desa yang diadakan satu
bulan sekali, hanya 5-7 orang masyarkat yang ikut pada setiap dusun, selebihnya masyarkat di nilai kurang peduli pada kegiatan Gotong royong Desa dan enggan
mengikutsertakan diri.
C. Hasil Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari para informan tentang Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan. sesuai dengan rancangan penelitian, telah ditetapkan jumlah informan yang akan dilakukan wawancara sebanyak 15 orang.
Kelima belas orang yang ditetapkan sebagai informan dalam penelitian ini dibagi dalam dua bagian, yaitu key informan Kepala Desa yang diwakili Sekretaris Desa dan
Ketua BPD, sedangkan informan utama adalah masyarakat yaitu orang-orang yang mewakili setiap dusun Limau Manis. Pemilihan masyarakat sebagai informan
purposive yaitu berdasarkan rekomendasi Kepala Dusun, karena dianggap dapat menjawab segala sesuatu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. adapun
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini berhubungan dengan peranan pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis adalah tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar
pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun sudah pasti berhubungan dengan peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan tersebut. Namun, di dalam prosesnya sendiri penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat
menggali informasi lebih dalam dari para informan.
1. Pemerintahan Desa dalam meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam
Tahapan Pembangunan Infrastruktur
Keberhasilan suatu pembangunan di desa, dapat diukur jika pembangunan tersebut terlaksana dengan baik dan hasilnya memberikan manfaat guna bagi
masyarakat. Oleh karena itu, untuk mendukung keberhasilan pembangunan,
partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan, baik pada saat perencanaan, pelaksanaan hingga pada tahapan evaluasi agar ada keserasian antara pelaksanaan dan manfaatnya.
Pembangunan yang berjalan di Desa Limau Manis terus berjalan seiring adanya alokasi dana desa, tantangan terbesar pemerintah desa ialah harus mengedepankan
partisipasi masyarakat itu sendiri sehingga pembangunan infrastruktur yang ideal dapat tercipta. Gambaran dari infrastruktur ideal sendiri ialah infrastruktur yang
dibangun oleh masyarkat yang dapat menumbuhkan manfaat, rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam mengelola dan memelihara setelah proyek
infrastruktur tersebut berakhir, dan di dalam pembangunan infrastruktur desa partisipasi masyarakat yang harus di tingkatkan ialah terdapat pada tiga tahap yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap evaluasi pengawasan. Untuk itu Peneliti disini mewawancarai Bapak Amru selaku Sekertaris Desa yang mewakili Bapak Ir
Edi Waluyo tentang fungsi-fungsi kepemimpinannya bersama Kepala Desa, dalam pembangunan infrastruktur. Dan untuk mendukung pernyataan Sekertaris Desa
peneliti juga melakukan wawancara kepada Kepala BPD maupun masyarakat tentang fungsi-fungsi Pemerintah Desa Limau Manis.
1.1. Tahap Perencanaan
Pelaksanaan
Tahapan pembangunan infrastruktur dimulai dari tahap perencanaan atau yang sering di sebut dengan Murenbang, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat disini
pemerintah desa dituntut agar masyarakat ikut dilibatkan untuk berfikir dalam
Musrenbang tentang keerlibatan masyarkat dalam penetapan kebijakan pembangunan desa. Keterlibatan dalam hal ini apakah masyarkat dilibatkan dalam proses penyusnan
program-program pembangunan infrasruktur yang ada di desa.
Sehubungan dengan tahap perencanaan pembangunan desa peneliti menanyakan “Bagaimana cara pemerintah desa untuk mengajak masyarkat dalam
perencanaan pembangunan?”. Bapak Amru selaku Sekertaris Desa menjelaskan dalam wawancara bahwasanya;
“Kalau aspek partisipasi perencanaan masyarakat, kami pemerintah desa tentu mengedepankan peran aktif masyarakat dalam proses perencanaan
pembangunan, kalau tidak ya mana mungkin kami pemerinah desa ini tahu potensi-potensi infrastruktur apa saja yang dibutuhkan 13 dusun, jadi seperti
pada saat Musrenbang Desa, Musrenbang kita kan punya tingkatan dimana tingkatan terendah adalah Musbangdus Musrenbang Dusun, yang
dilaksanakan oleh masyarkat di setiap dusun. Lalu nanti diterusksan ke Musrenbang desa dan akan menghasilkan RKP Desa yang akan diagendakan
pada Musrenbang Kecamatan yang akan sangat menentukan alokasi dana desa untuk merealisasikan pembangunan Infrastruktur. Jadi dalam
mengikutsertakan peran masyarkat pemerintah desa sangat mengandalkan Kepala Dusun, serta tidak lupa pendekatan tokoh masyarakat. Dengan
menjalin komunikasi yang baik adalah kunci utama dalam mengajak masyarkat dalam perencanaan Musrenbang, hal ini dilakukan sebagai upaya
persuasive pendekatan dengan masyarakat untuk mengajak mereka agar mau ikut ambil bagian dalam perencanaan, tanpa adanya peran serta
masyarakat program pembangunan Gerakan Deli Serdang Membangun GDSM tidak akan pernah berhasil. Program pembangunan yang sudah di
terapkan sejak 2009 itu sebenarnya adalah program yang paling strategis
untuk menerapkan pembangunan partisipatif. Dimana, para masyarkat Limau Manis yang beriat ikut serta dalam pereaslisasian pembangunan Infrastruktur
akan diberikan pelatihan, yang melibatkan unsur LPMD, dibantu juga oleh para Kepala Dusun. Tujuan pelatihan ini untuk memberi bekal kepada
masyarkat agar dapat menyusun program pembangunan melalui proses musyawarah perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan dan bisa
mendorong masyarkat beperan serta memusyawarahkan kebutuhan pembangunan swadaya masyarkat, sehingga kaitannya nanti akan
mempermudah dalam tahapan pelaksanaannya. Fungsi dari pelatihan perncanaan ialah dimana melalui kegiatan ini, Masyarakat Desa Limau
manis bisa semakin lebih berkemampuan dalam menyusun rencana pembangunan dan selanjutnya dapat mendorong peran aktif masyarat dalam
pengelolahan pemeliharaan hasil pembangunan secara bersama-sama” Penjelasan tentang peranan pemerintah desa dalam mengikut sertakan
partisipasi masyarkat dalam tahap perencanaan diakui memang jarang terjun langsung untuk mengajak seluruh masyarkat dalam perencanaan pembangunan karena sesuai
sistem yang berlangsung yaitu delegasi oleh Kepala Dusun maupun tokoh masyarkat yang lebih banyak bersentuhan dengan masyarkat. Di dukung lagi dengan adanya
ajakan dari kepala dusun serta pelatihan perencanaan dari LPMD itu memang dibenarkan dalam wawancara masyarakat yang sudah cukup lama berkecimpung
dalam pembangunan di Desa Limau Manis, Bapak Heru selaku penduduk Limau Manis mengungkapkan;
“Kalau saya merasa tahapan perencanaan yang berlangsung dari tingkatan bawah atau musbangdus itu sudah tepat lah ya dik, mengingat cakupan
wilayah desa kita ini kan tidak kecil. Kalau masalah pelatihan yang diberikan
oleh LPMD itu ya ada memang, fungsi dari pelatihan itu biar rekan-rekan yang mengikuti pelatihan sebelumnya kurang mengerti dalam proses
perencanan yang ada dalam Musrenbang Desa bisa paham nanti bagaimana, banyak itu manfaatnya nanti pas pelaksanaan pembangunan di lapangan”
Dari dua hasil wawancara di simpulkan bahwa dalam perencanaan pemerintah desa menggalakan perencanaan partisipasi masyarkat dari tingkatan paling bawah
yaitu musbangdus, dimana Kepala Dusun mengajak masyarkat yang juga akan di beri pelatihan dalam menyusun perencanaan oleh LPMD dan Kepala Dusun. Tujuan
pelatihan perencanaan dilakukan olek pemerintah desa adalah untuk memberi bekal kepada masyarkat agar dapat menyusun program pembangunan melalui proses
musyawarah perencanaan pembangunan nantinya yang akan dilaksanakan. Agar agar mendorong masyarkat beperan serta memusyawarahkan kebutuhan pembangunan
swadaya masyarkat, sehingga kaitan nya nanti akan mempermudah dalam tahapan pelaksanaannya.
1.2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimana masyarakat diharapkan untuk ikut berpartisi pada saat pelaksanaan pembangunan, dimana adanya kerjasama antara pemerintah desa
dengan masyarat. Adanya Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam proses pelaksanaan pembanguna. Sehubungan dengan tahap pelaksanaan
pembangunan, Bapak Amru menjelaskan dalam wawancara Pada tahap pelaksanaan pemerintah desa “Bagaimana peran pemerintah desa dalam mengajak masyarakat
untuk pembangunan infrastruktur?”. Bapak Amru selaku Sekertaris Desa Limau Manis mengungkapkan;
“Tahap pelaksanaan pembangunan kan lanjutan dari tahap perealisasian musrenbang desa. Masyarakat yang sudah dapat pelatihan perencanaan itu
nanti akan menjadi segelintir orang-orang yang secara otomatis akan melaksanakan pembangunan agar terealisasi, untuk meningkatkan partisipasi
kami pemerintah desa hanya bisa memberi motivasi berbentuk Insentif kepada Masyarkat. Karena tanpa Insentif mungkin masyarkat tidak ada yang
mau melaksanakan pembangunan Infrastruktur juga kan?. Insentif yang pemerintah desa berikan juga harus benar-benar jelas, karena alokasi dana
desa yang terbatas dengan prioritas pembangunan yang banyak membuat kami pemerintah desa tidak bisa memberi banyak imbalan kepada masyarkat,
hanya kepedulian dan keikhlasan masyarakat yang mau ikut melaksanakan pembangunan yang diharapkan untuk kemajuan bersama. Disamping itu
juga, sebenarnya banyak masyarakat yang memberikan bantuan dana dalam pembangunan khususnya pihak swasta industri rumahan yang ada di Desa
Limau Manis biasanya memberi sumbangan. Kembali lagi, kami Pemerintah Desa hanya sebagai instrument pengendalian agar pembangunan di desa bisa
tercipta dengan bekerja sama dengan pihak masyarkat maupun swasta” Dalam wawancaranya Pemerintah desa menggalakan partisipasi masyarkat
kembali lagi mengandalkan peranan Kepala Dusun, Tokoh masyarkat serta motifasi berbentuk insentif . Pernyataan ini juga didukung dengan tentang bagaimana
pemerintah mengikut sertakan parisipasi masyarkat dalam tahap pelaksanaan pembangunan infrastruktur oleh Ketua BPD Bapak Sherli, yang menyatakan dalam
wawancara menyebutkan bahwasanya.
“ya penilaian saya kalau pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan pembangunan sudah cukup baik,
kinerja Kepala Dusun sudah baik, tapi mesih ada beberapa yang kurang optimal saya gak bisa sbeutin Kepala Dusun mana. Sehingga pelaksanaan
pembangunan infrastruktur dulu sekali lupa saya, pernah dilaksanakan dengan melibatkan orang yang bukan dari masyarkat buruh borongan dari
luar desa. Kalau pakai orang desa kita kan lebih bagus kan? .Kalau masalah keahlian banyak kok itu masyarkat kita yang sebagai pertukangan, bisa
bangun jalan, bangunan macam-macam. Tapi kan udah digalakan program GDSM jadi kalau sekarang Kepala Dusun mau tidak mau harus membangun
dengan partisipasi masyarkatnya” Untuk mempertegas pernyataan tentang sudah maksimalnya peranan
pemerinah desa dalam mengikut sertakan masyarkat dalam tahap pelaksanaan pembangunan. Peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa orang
penduduk masyarkat, Bapak Sonny dan Bapak Heru masyarakat yang sudah lama berkecimpung dalam pembangunan infrastruktur di Desa Limau Manis yang
menyebutkan bahwa; “Penilaian saya sih udah baik ya dik, mau gimana lagi kan masyarkat kita ini
kan banyak, tidak mungkin juga semua turun lapangan buat pembangunan terus digaji Kepala Desa. Semua ada aturan nya kan yang ikut pelaksanaan
itu biasnya juga ada kriteria khusus. Masyarakat yang ikut dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur, seperti pekerja tukang bangunan
atau buruh lepas kan skillnya pas itu. Tapi menurut penilaian saya Kepala Dusun sudah baik kok mau ajak masyarkat dan saya pribadi sering diajak
untuk proyek pembangunan infrastruktur desa”
Masyarkat setuju bahwa pelaksanaan pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarkat sudah digalakan oleh pemerintah desa, dimana pernyataan
tersebut dipertegas juga dengan wawancara Bapak Heru, selaku Masyarakat Desa Limau Manis
“Oh kalau pemerinah desa mengajak masyarkat dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur sering sih, saya kebetulan buruh bangunan juga
jadi sudah sering juga dari dulu ikut dalam pelaksanaan pembangunan seperi reahabilitas kantor desa, itu sih Kepala Desa yang suruh saya, terus bangun
drainase juga kemarin saya diajak Kepala Dusun. kalau penilaian saya udah bagus lah pemerintah dalam mengajak partisipasi masyarkat dalam
pelaksanaan pembangunan” Dari dua hasil wawancara di temui bahwa memang masyarkat setuju
perencanaan partisipatif digalakan pemerintah desa melalui Kepala Dusun jika pembangunannya mencakup lingkungan dusun, tapi jika cakupan pembangunan
wilayah seluruh desa maka pemerintah desa lah yang akan turun tangan dan mengajak masyarkat .
1.3 Tahap Evaluasi Pengawasan
Tahap evaluasi ialah tahap dimana adanya pengawasan dari masyarakat terhadap program yang sedang berjalan. Pemerintah desa harus mengajak masyarakat
untuk ikut dalam bentuk keikutsertaan menilai serta mengawasi kegiatan-kegiatan pembangunan. Demikian juga halnya dalam mengawasi pelaksanaan keputusan dan
kebijakan yang telah diambil. Dalam wawancara Sekertaris Desa Bapak Amru
“Bagaimana partisipasi amsyarkat dalam tahapan pengawasan evaluasi pembangunan infrastruktur desa?” Dalam wawancara Sekertaris Desa Bapak Amru
mengunkgapkan; “ Evaluasi pembangunan dari masyarkat itu nihil, sejak 2012 lalu saya
menjabat jadi Sekeraris Desa yang terus melihat dan terlibat dalam pemerintahan desa belum ada satupun masyarkat yang ingin mengawasi
program pembangunan yang sedang maupun sudah berlangsung. Pembangunan selama ini hanya diawasi oleh BPD. Bukan nya pesimis tapi
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan saja kadang sulit untuk ajak masyarkat, Hanya segelintir masyarkat yang kadang mau ikut partisipasi
dalam membangun infrasrukur padahal untuk digunakan bersama. Perlu banyak dorongan dan kesadaran dari masyarkat sendiri. Tapi kan tahapan
perencanaan dan perealisasian tetap kita usahakan agar mengikutsertakan parispasi masyarkat. Realisasi pembangunan saja dulu mungkin sudah cukup.
mungkin nanti kedepan nya ada masyarkat dengan SDM tinggi bisa sadar kalau pengawasan dari mereka juga kami harapkan”
Dari Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan, bahwa Beliau memiliki pandangan yang pesimis tentang keberlangsungan tahap pengawasan dari masyarakat
seperti yang di utarakan dalam wawancaranya; evaluasi sangat minim dilaksanakan oleh masyarkat Kendatipun demikian pemerintah desa tidak menggalakan usaha
untuk meningkakan partisipasi masyarkat dalam tahapan pengawasan, terbukti dalam wawancara beberapa warga masyarakat yang memang kurang mengetahui konsep
tentang pengawasan, Ibu Aififah dan Bapak Sumantri selaku warga masyarakat Desa Limau Manis yang mengungkapkan dalam wawancara;
“ Kurang mengerti saya dik gimana tentang mengawasi pembangunan yang ada di Lingkungan, setau saya pelaksaan pembangunan sudah diawasi oleh
aparat yang bertugas seperti BPD, saya selaku masyarakat merasa tidak memiliki wewenang dalam pengawasan terutama dalam dana”
Sedangkan Bapak Sumantri selaku masyarkat Desa Limau Manis mengungkapkan hal yang cukup serupa, bahwasanya;
“Ya pengawasan pelaksanaan pembangunan dari masyarkat kan tidak memiliki pengaruh dalam pembangunan yang berlangsung, pembangunan
tetap harus berjalan karena infrastruktur dibutuhkan oleh masyarkat. jika ada masalah dalam penggunaan dana dalam pembangunan masyarakat merasa
pemerintah desa pasti akan mempertanggung jawabkannya kepada Kabupaten maupun BPD”
Namun pernyataan pengawasan sedikit berlainain dari pendapat Bapak seherli selaku ketua BPD dalam meningkatkan partisipasi masyarkat pada tahap pengawasan
pembangunan , Beliau yang mengutarakan dalam wawancara yang menyatkan; “ Tugas dan kewajiban kami lah BPD untuk mengawasi pembangunan yang
ada di Desa Limau Manis, dari tahap perencanaan , pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi pengawasan. Kami membuka lebar peluang untuk
masyarkat yang ingin mengawasi pembangunan yang sedang berlangsung” Dari beberapa hasil wawancara dijumpai pendapat yang bervariasi, namun inti
dari wawancara ialah tetap pemerintah tidak menggalakan partisipasi masyarkat dalam tahap pengawasan dan Masyarakat juga kurang mengerti konsep partisipasi
pengawasan dimana masyarkat cenderung menerima setiap gagasan-gagasan maupun hasil keputusan dalam proses pembangunan infrastruktur.
2. Peranan Pemerintah dalam Menjalankan
Fungsi Kepemimpinan
Pembangunan Infrastruktur.
Pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses tahapan pembangunan infrastruktur, memang tidak bisa di pisahkan
dengan fungsi-fungsi kepemimpinan pemerintah desa. Setiap aspek Pembangunan yang berlangsung , baik aspek perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Dari ktiga
aspek pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan akan mengedepankan fungsi- fungsi kepemimpinan Pemerintah Desa sendiri yaitu fungsi Instruktif, fungsi
konsultatif, fungsi partisipatif fungsi delegasi serta fungsi pengendalian.
2.1 Fungsi Instruktif
Fungsi instruktif merupakan dimana ada dimensi kemampuan pemerintah desa untuk mengarahkan direction. Pengarahan yang bersifat komunikasi satu arah
atau komunikator pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana dan dimana perintah pembangunan itu dikerjakan. Agar keputusan dapat dilaksanakan secara
efektif. Kepemimpinan pemerintah desa yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
Berkenaan dengan fungsi instruktif, sehubungan sengan itu maka Peneliti menanyakan kepada Bapak Amru selaku Sekertaris Desa yang membantu Kepala
Desa dalam urusan pembangunan infrastruktur Desa Limau Manis “Apakah ada instruktif pemerintah desa untuk pelaksanaan pembangunan?” Beliau menjawab;
“Dalam pembangunan infrastruktur salah satu fungsi saya dan Kepala Desa Bapak Edi Waluyo ya melangsungkan fungsi instruktif. Namun, dalam
menjalankan fungsi instruktif kami pemerintah desa tidak bisa menggunakan dengan semena-mena. Sebagai salah satu penggerak roda pembangunan,
kami tetap mengedepankan kerja sama dengan pihak lain seperti BPD, LPMD maupun masyarakat yang akan menjadi objek Instruksi tersebut,
karena sesuai dengan pengalaman pemerintahan desa sendiri. Bahwa instruksi serta perintah-perintah nya harus lahir dari aspirasi maupun
inisiatif masyarakat sendiri itu efektif untuk dilaksanakan, seperti beberapa pengalaman pemerintah desa, menjelaskan bahwa beberapa dusun yang
dilaporkan sedang terkena dampak banjir karena parit meluap, sehingga menginstruksikan agar pembangunan drainase pengecoran parit agar
diagendakan pada saat Musrenbang desa.” Dari pernyaaan tersebut pemerintah desa mengakui bahwa fungsi insruktif
memang berlangsung dalam kepemimpinan pemerintah desa dalam pembangunan infrastrukur. Karena fungsi infstruktif merupakan fungsi penggerak yang sangat
dominan dalam keberlangsungan pembangunan infrasruktur.Untuk mempertegas pernyataan tersebut, peneliti juga salah satu penduduk Desa Limau Manis, Bapak
Heru yang mengutarakan; “Instruksi dari pemerintah desa memang ada dik , Pemerintah desa biasanya
Kepala Desa sering menginstruksikan kami berbagai kegiatan di Desa Limau Manis melalui perantara Kepala Dusun dengan surat resmi maupun dengan
bertemu secara langsung, instruksi yang berkenaan itu bisa bersifat pembangunan yang ada di dusun maupun kegiatan kemasyarakatan sendiri”
Sehubungan dengan pernyataan masyarkat pun mengakui bahwa pemerintah desa memang melakukan fungsi instruktif dalam keberlangsungan pembangunan,
dimana pernyataan ini didukung lagi oleh Bapak Sherli selaku ketua BPD Beliau mengutarakan dalam wawancara;
“Fungsi instruktif pemerintah desa memang harus berjalan pada dimensi- dimensi keberlangsungan pemerintahan di Desa Limau Manis, termasuk
pembangunan Infrastruktur. Namun, saya sendiri menyayangkan masih banyak instruksi yang tidak mendapat respon antusias oleh masyarakat
padahal Instruksi yang di laksanakan Pemerintah Desa tujuannya untuk kebersamaan dan membangun Desa Limau Manis lebih baik lagi”
Dari pernyataan ketiga informan, dapat disimpulkan bahwan pelaksanaan fungsi insruktif memang benar adanya. Dan berjalan cukup sering dalam dimensi
pembangunan infrasruktur namun para pelaksana instruktif di nilai kurang antusias untuk itu pemerintah desa menyiasati agar ide-ide instruktif harus lahir dari aspirasi
masayarakat. .
2.2 Fungsi Konsultatif
Fungsi Konsultatif; fungsi ini bersifat komunikasi dua arah karena berlangsung dalam bentuk interaksi antara pemerintahan desa dan anggota
masyarakat dalam pembangunan infrastruktur. Fungsi konsultatif dapat diwujudkan pemerintah desa dalam menghimpun bahan sebagai masukan input apabila akan
menetapkan berbagai keputusan penting dan bersifat strategis. Untuk itu pemerintah
desa perlu melakukan konsultasi dengan anggota masyarkat, baik secara terbatas maupun meluas sebelum keputusan pembangunan infrastruktur ditetapkan. Sebagai
pemimpin pemerintah desa juga perlu menyimak berbagai persoalan, aspirasi, pendapat, perasaan, data, informasi dan lain-lain yang diungkapkan anggota
masyarkat. Konsultasi serupa juga perlu dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan dilaksanakan.
Dalam wawancara Sekeraris Desa, Bapak Amru “Bagaimana fungsi Konsultasi pembangunan yang berjalan dalam pemerintahan desa Limau Manis?”
.Beliau kembali mengutarkan dalam wawancara; “fungsi konsultasi selalu terbuka lebar dalam pemerintahan Desa Limau
Manis, kami pemerintah desa beserta dengan aparatur lain menciptakan pemerintahan yang menjadi wadah untuk bisa menerima segala aspirasi yang
lahir dari masyarakat, namun karna cakupan wilayah desa kita yang tidak kecil, maka penerapan konsultasi harus tetap berjalan. Dengan lebih
mengandalkan Kepala Dusun sebagai wakil Masyarakat Desa Limau Manis untuk melaksanakan fungsi konsultasinya, tapi kami tetap tidak menutup
peluang jika ada masyarakat yang ingin konsultasi untuk pembangunan Desa limau Manis yang lebih baik lagi, Konsultasi lebih sering di laksanakan pada
saat sedang adanya perencanan musrenbang maupun pada pelaksanaan pembangunan Infrastruktur. Dimana para pelaksana pembangunan
infrastruktur seperti masyarkat sendiri pasti perlu konsultasi dulu dengan pemerintah desa”
Gambaran Fungsi konsulasi ideal dijelaskan oleh sekeraris desa ada dalam pemerintahannya, yang mana juga di dukung oleh BPD rekan pemerintahan desa
dalam menjalankan fungsi konsultasi. Ketuaa BPD yang mendukung penuh pernyataan Sekertaris desa dalam wawancara.
“ Kantor BPD merupakan salah satu wadah untuk masyarakat melakukan konsultasi langsung, BPD beserta Pemeritah Desa selalu bersinerja untuk
menjadi tempat dimana masyarakat bisa mengeluarkan segala aspirasi masyarakat baik dari masyarkat sendiri maupun diwakili oleh Kepala
Dusun.” Namun sehubungan dengan itu , Pernyataan- pernyataan fungsi konsultasi
yang ideal tersebut sedikit di tentang oleh masyarkat, berbagai variasi jawaban dari masyarkat. tanggapan yang berbeda-beda tentang fungsi konsultasi dijelaskan dalam
wawancara masyarkat Bapak Pratama dan Bapak Sonny selaku masyarkat Desa Limau Manis yang mengunkapkan;
“Penilaian saya sebagai masyarakat merasa sangat sulit menjumpai Kepala Dusun, Kepala Dusun jarang memberikan waktu untuk berdiskusi tentang
keadaan infrastruktur yang ada di lingkungan kami, Kepala Dusun itu lebih tanggap terhadap masalah surat-menyurat saja. Kalau konsultasi
pembangunan itu biasanya ada konsultasikan jika sudah ada dampak buruk nya dulu, seperti kemarin banjir itu fungsi drainase gak maksimal. Terus
jalan ke pemukiman kami juga buruk sekali susah sekali mau konsulasikannya, kan di perbaiki dulu bagus daripada terkena dampaknya
baru di konsultasikan mau dibangun” “konsultasi itu kan tepatnya hanya ada pada saat musrenbang atau pada
pembangunan sedang berlangsung, tidak bisa setiap saat karena untuk mnenyelesaikan masalah pembangunan infrastruktur
saya sebagai
masyarakat tahu pemerintah desa tidak bisa menyelesaikannya semudah membalikan telapak tangan. Banyak sekali aspek aspek yang harus
diperhitungkan mengingat cakupan wilayah Desa Limau Manis yang tidak kecil”
Dari beberapa anggapan tentang fungsi konsultasi yang mendapat gambaran begitu ideal dari pemerintahan desa, namun tanggapan yang sedikit berbeda dalam
hasil varian wawancara dari masyarakat. Seperti tanggapan buruk tenang fungsi konsultasi tersebut memang dibenarkan oleh Bapak Pratama, namun beliau
menjelaskan itu adalah hal yang wajar seperti yang diutarakan dalam wawancara.
2.3 Fungsi Partisipasi
Fungsi paartisipasi merupakan fungsi dari pemerintah desa untuk menggerakan parisipasi masyarkat desa baik dalam setiap pelaksanaan program
pembangunan infrasrukur desa. Pemerintah desa harus berusaha mengaktifkan masyarakatnya, baik dalam keikutsertaan dalam mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakan pembangunan infrastruktur. Untuk melihat seberapa besar peranan pemerintah desa untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur, “Apakah Bapak selaku Pemerintah desa ada menggerkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa?
”. Sekertaris Desa Bapak Amru kembali menjelaskan dalam wawancara; “ Pemerintah desa untuk menggerkan partisipasi masyarkat memang tidak
terlalu terlihat secara nyata apalagi kalau pembangunannya cakupan di
berbagai dusun. kendatipun demikian, segala sesuatu yang diperankan oleh kepala Dusun untuk mendesak masyarakat dalam ikut bagian dalam
pembangunan infrastruktur merupakan instruksi dari kami. Pimpinan Pemerintah desa secara tidak langusung terus berusaha agar menggerakan
masyarkat untuk mau turut ambil bagian dalam memajukan desa. Sedangkan partisipasinya yang lebih terlihat nyata ialah keikutsertaan kami para
pemerintah desa dalam melaksanaan musrebang desa. Pemerintahan desa turut hadir partisipasinya sebagai pimpinan rapat maupun koordinasi rapat”
Sehubungan dengan penjelasan wawancara diatas pemerintah desa lebih mengedepankan fungsi delegasi oleh Kepala Dusun, yang mana di akui masyarkat
bahwa hal tersebut adalah hal wajar. Bapak Sumantri salah seorang penduduk masyarakat Desa Limau Manis yang mengutarakan dalam wawancara;
“fungsi parisipasi pemerintah desa dalam menggerakan partisipasi masyarakat ya sudah cukup baik, contoh saat musrenbang yang berkaitan
dengan pembangunan maupun ekonomi sosial. Kepala Desa Ir Edi Waluyo menjadi koordainator dalam Musrenbang sedangkan Bapak Amru Sekertais
Desa sebagai ketua. Pemerintah pasti ikut hadir dan berpartisipasi dalam setiap kesempatan, mereka kan pemimpin desa yang harus menjadi panutan
atau contoh baik untuk masyarkat, jika pemerintah desa saja tidak mau berartisipasi bagaimana dengan orang yang mau dipimpin masyarkatnya”
Dari kedua gambaran wawancara bahwa sebenarnya masyarkat sudah memahami bahwa fungsi Kepala Dusun dalam menggerakan partisipasi mereka
adalah penggalakan dari pimpinan pemerintah desa. Masyarkat menilai bahwa
partisipasi pemerinahan desa yang hanya terlihat dalam rapat musrenbang desa adalah hal yang wajar.
2.4. Fungsi Delegasi
Fungsi Delegasi adalah pelimpahan wewenang kepada bawahan, atas dasar kepercayaan. Pemerintah desa melakukan fungsi delegasi dalam aspek pembangunan,
dengan cara memberikan pelimpahan wewenang membuat menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan tertinggi. Fungsi
delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi
dan aspirasi dalam mewujudkan tujuan organisasi. Sehubungan dengan fungsi delgasi, “ Bagaimana penjalanan fungsi delgasi yang berlangsung dalam
pembangunan Desa Limau Manis?” Bapak Amru selaku Sekertaris desa, kembali menyatakan dalam wawancara nya bahwa;
“ fungsi delegasi sering sekali terjadi di Pemerintahan Desa Limau Manis, Bahkan kami Pemerintahan desa sendiri sering menjadi objek delgasi, selain
dari Kepala Desa kami juga harus meneruskan insruksi baik dari Bupati, Camat maupun Dinas jawatan yang merupakan tugas dan kewajiban
pemerintahan desa. Program-program yang turun dari instansi terkait, pemerintah desa sebisa mungkin didelegasikan kepada Kepala Dusun, BPD
agar dapat terlaksana di desa dan tersentuh kemasyarkat. Penilain saya akan fungsi delegasi dalam pemerinahan desa ini, masih banyak hal yang harus
diperbaiki dalam fungsi-fungsi dan kewenangan yang ada dalam
pemerintahan yang ada di Desa Limau Manis. Agar tercapainya kinerja yang maksimal. Terkait karena jenis pekerjaan-pekerjaan serta delegasi yang
begitu kompleks kadang fungsi delegasi tidak mengedepankan kepercayaan lagi. Hanya sebatas memberi tugas rutin, di laksanakan atau tidak
dilakanakannya delagasi sampai ke masyarkat tersebut kadang pemerintah desa tidak tahu. ada unsur ketidak percayaan dalam delegasi tapi fungsi ini
harus tetap berjalan karena tidak memiliki alternatif pilihan. Kaitannya dengan pembangunan Infrastruktur delegasi biasanya terjadi pada saat
pembangunan, dimana kami aparat pemerintah desa harus turun lapangan untuk membentuk sebuah pelimpahan wewenang kepada Kepala Dusun untuk
pelaksana pembangunan Infrastruktur yang pastinya terkait juga dengan konsep pembangunan partisipatif masyarkat sesuai GDSM. Bahkan Kepla
Dusun Untuk melaksanakan fungsi delegasi kepada masyarkat jelas bukan hal yang mudah, masyarakat banyak yang mengharapkan insentif sedangkan
alokasi dana desa kitacukup terbatas untuk luas wilayah Desa Limau Manis. Sehingga kami Pemerintah desa harus bisa memprioritaskan pembangunan
seiring jarum jam agar telaksananya pembangunan yang menyeluruh” Pernyataan mengenai fungsi delgasi yang tidak mengedepankan kepercayaan
memang menjadi hambatan tersendiri bagi pemerintah desa untuk menjalankan dimensi pembangunan dalam wilayah pemerintahannya. Seperti yang di nyatakan
dalam wawancara Ketua BPD berikut. “Pemerintahan Desa Limau Manis mengalami banyak kendala saat
pendelgasian tugas-tugas kepada Kepala Dusun. Kepala Dusun yang bersentuhan langsung dengan masyarkat dalam pembangunan desa ada
yang bekerja secara maksimal ada juga yang bekerja karena formalitas tugasnya, sehingga Kepala Dusun pemerintahan yang paling dekat dengan
masyarkat yang paling memilki peran untuk meningkatkan partisipasi masyarkat kadang tidak mendapatkan respon baik, sehingga fungsi delegasi
kadang berjalan hanya sekedar formalitas saja.” Dari kedua wawancara di atas dapat dilihat bahwa pemerinahan desa juga
menyayangkan fungsi delgasi yang kurang maksimal. Kendala jelas di utarakan bahwa pendelgasian tidak mengedepankan kepercayaan melainkan pada kewajiban
untuk mendelgasi suatu tugas.
2.5. Fungsi Pengendalian.
Merupakan fungsi pemerintah desa yang diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan pada setiap aspek dimensi
pembangunan infrastruktur yang berjalan di desa. Sehubungan dengan fungsi pengendalian tugas pemerintah desa adalah pengendalian baik dalam sistem
pemerintahan maupun pembangunan. “Apakah pemerintah desa menjalankan fungsi pengendalian yang mencakup pada pengarahan, koordinasi dan pengawasan dalam
pembangunan desa?” Sekertaris Desa mengungkapkan; “ Jadi fungsi pengendalian itu fungsi yang sangat berperan penting dalam
segala dimenesi pemerintahan desa. Bahkan pengendalian iu merupakan fungsi utama dari pemerintahan desa. Bimbingan pengarahan, koordinasi
serta pengawasan adalah fungsi yang paling sering di terapkan dalam pemerintahan desa baik dalam bidang pembangunan maupun kemasyarkatan
kita. Segala sesuatu yang berlangsung yang terjadi di Desa Limau Manis merupakan sebuah tanggung jawab dan merupakan tugas pokok dan
kewajiban kami para pemerintahan desa. Jadi pastilah kami menjalankan fungsi pengarahan masyarkat, koordinasi dan pengawasan untuk
menciptakan keserasian dan keselarasan dalam dimensi pemerintahan desa.” Pernyataan fungsi pengendalian yang menjadi bagian fungsi multak dalam
roda pembangunan dan pemerintahan ini juga senada dan di dukung oleh salah satu masyarkat yaitu Bapak Sulaiman selaku masyarkat yang menyatakan ;
“ Ya saya mempercayai bahwa pemerintah desa sudah menjalankan fungsi pengendalian. Karena fungsi pengendalian itukan memang fungsi nya
pemerintah desa yang harus berjalan dalam setiap aspek pembangunan. Seperti fungsi pengarahan pemerintah desa ada dilaksanakan oleh pelatihan
LPMD, sedangkan fungsi koordinasi pemerintah desa dan pengawasan sering dilaksanakan dari kegiatan musrenbang desa sampai tahap
pelaksanaan Pembangunan.” Dari hasil wawancara kedua narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa
memang ada dua pendapat yang saling mendukung satu sama lain akan fungsi pemerintah desa dalam pengendalian, yang keduanya beranggapan bahwa
pelaksanaannya memang mutlak dibutuhkan demi kelancaran roda pembangunan dan pemerintahan.
3. Faktor-faktor Penghambat Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan
Parisipasi Masyarkat.
Untuk menggali hambatan yang dihadapi oleh masyarkat. Hambatan yang mungkin memperngaruhi partisipasi masyarkat terdiri dari faktor eksternal maupun
internal , faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam masyarakat sendiri seperti kemamapuan dan kesardasan masyarakat untuk berpartisipasi. Sedangkan
faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar masyarkat seperti peran aparat maupun lembaga formal yang ada . Dalam menjabarkan Faktor-faktor yang
menghambat upaya pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Pemerintah desa mengakui hambatan berasal dari masyarkat sendiri, kesadaran
masyarakat yang cukup rendah akan pentingnya pembangunan partisipatif adalah hambatan besar yang dialami pemerintah desa seperti yang diutarkan dalam pendapat
Sekertaris Desa, Bapak Amru saat ditanyai pendapat tentang partisipasi masyarkat Desa Limau Manis berikut;
“Partisipasi masyarkat memang masih rendah, kalau adik mau tahun alasan ya saya tidak tahu juga kenapa. Coba di tanyaki masyarkatnya. Padahal kan
sudah diajak , kalau masalah SDM sih ya kan udah ada pelatihan perencanaan terus kita kasih juga motivasi insentif. Tapi memang kesadaran
masyarkatnya yang kurang” Sehubungan dengan hal itu, peneliti memutuskan untuk menggunakan
indikator hambatan dalam berpartisipasi masyaarkat yang di kemukakan dalam Teori Pulmmer dalam suryawan, 2004:27, yang mengungkapkan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi mengukapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarkat untuk mengikuti proses partisipasi yaitu
kemampuan dan keahlian masyarakat, pekerjaan masyarakat, jenis kelamin, Pendidikan, serta kepercayaan terhadap budaya tertentu homogenitas masyarkat.
3.1. Kemampuan dan Keahlian
Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh tingkatan dari massyarakat tersebut. Hal ini membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap
tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada. Sehubungan dengan itu maka peneliti mewawancarai salah satu Kepala Dusun, Bapak Junaidi yang dikenal Kepala
Dusun desa yang paling mengenal karateristik masyarkat Desa Limau Manis “Adakah kaitan keahlian yang dimiliki masyarkat dengan intensitas masyarkat untuk
dalam berpartisipasi?”. Beliau menjelaskan ; “ Kalau dari pandangan saya sih gak ada kaitannya dik, itu banyak juga kan
yang ahli pertukangan bangunan di dusun kita, tapi mereka ya gak pernah ikut Musyawarah Pembangunan Dusun. Harus di datangi dulu masyarkatnya
baru mau biasanya” Dari penuturan tentang keahlian ini juga memang seppat di singgung dalam
wawancara bapak Sonny masyarkat yang sering ikut berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur mengutarakan bahwasanya;
“Gak mungkin juga semua masyarakat turun lapangan untuk pelaksanaan pembangunan, terus digaji Kepala Desa. Semua ada aturannya kan yang ikut
pelaksanaan itu biasnya juga ada kriteria khusus juga. sebetulnya yang ikut dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur, seperti pekerja bangunan
atau buruh lepas kan skill nya pas itu” Dari dua hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarkat yang
mempunyai keahlian skill terkait dalam pembangunan infrastruktur juga tidak
memilki insiatif untuk berpartisipasi, masyarkat disokong dengan ajakan pemerintah desa agar mau ikut berpartisipasi, jadi kaitan pengetahuan dan keahlian dianggap
tidak ada hubungannya dengan kemauan masyarkat untuk berpatsisipasi dalam pembangunan desa.
3.2. Pekerjaan Mayarakat
Biasanya masyarakat dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih dapat meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk
berpartisipasi pada suatu proyek pembangunan desa tertentu. Seringkali adanaya alasan yang mendasar pada masyarkat adalah adanya pertentangan antara komitmen
terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi. Sehubungan dengna ini maka peneliti menanyakan Kepada Kepala Dusun , Bapak Junaidi
“ Apakah ada hubungannya dengna aktifitaskerjaan masyarkat dalam ikut berpartisipasi untuk pembangunan infrastruktur desa?”. Beliau menjalaskan;
“ Oh kalau itu pasti ada, kita juga Kepala Dusun itu pasti gak mungkin maksa-maksa kelompok masyarkat pengusaha atau buruh pabrik kelompok
orang itu biasanya sibuk, biasanya pun saya ajak yang berkecimpung di dunia pertukangan, kek bangunan gitu tapi ya memang rata-rata Kepala
Dusun lain pun bilang masyarkat tukang bangunan itu lebih gampang di ajak berpartisipasi , selain dari jam kerja nya yang agak longgar juga.”
Adanya kaitan waktu dan aktifitas kerja masyarkat dijelaskan bahwa sangat mempengaruhi masyarkat untuk berpartisipasi di Desa Limau Manis hal ini juga di
dukung dengan Ibu Afifah salah satu masyarkat yang memiliki pekerjaan sebagai Buruh Pabrik yang menyampaikan bahwasanya;
“Dari dulu ingin sekali ikut Musrenbang, banyak yang mau saya keluhkan dalam infrastruktur di lingkungan saya, tapi itu kan kerjaan saya juga
menguras banyak waktu serta tenaga jadi ya kadang males juga” Dari pernyataan hasil wawancara di atas memang diketahui bahwa ada kaitan
erat antara aktifitaspekerjaan masyarkat dalam berpartisipasi dalam pembanguna desa memang sangat mempengaruhui, dijelaskan bahwa orang-orang yang
berpartisipasi dalam tahapan pembangunan ialah segelintir masyarkat yang memiliki waktu kerja lebih bebas dan tidak terikat.
3.3. Tingkat Pendidikan
Menurut plumer, Faktor hambatan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagi keinginan dan kemampuan masyarkat untuk berpartispasi serta untu memahami
dan melaksanakan tingkatan dan benruk partisipasi pemabgnunan yang ada. Sehubungan dengan ini maka peneliti menanyakan. “Adakah indikasi hubungan
dengan tingkatan pendidikan dengan kemauan masyarkat untuk berpartisipasi dalam pembangunan?” maka kembali Bapak Amru, Selaku Sekertaris Desa
mengungkapkan; “ Bukannya saya mengada-ada tapi ya kan tingkat pendidikan tidak akan
pernah jadi Patokan lah buat yang mau berpartisipasi, maaf saja banyak itu
sampai lulus keperguruan tinggi di Desa kita tapi sombong sekali gak pernah nampak juga batang hidungnya dalam Musrenbang Desa atau kemari
diskusi tentang pembangunan ” Untuk mendukung argument Sekertaris Desa maka peneliti Mewawancarai
Bapak Juniadi Selaku Kepala Dusun yang dikenal sangat mengerti karateristik masyarkat Dusun yang di pimpinnya, Beliau mengungkapkan;
“Di desa kita ini makin tinggi pendidikan makin sombong, apalagi kalau udah bagus kehidupan ekonomi nya mana mau dia ikut berpartisipasi
jangankan partisipasi sumbangan barangdana sumbangan buat gotong royong aja gak pnrnah keluar”
Untuk memperjelas pendapat dari kedua pemerintah desa tersebut, maka Peneliti menanyakan kepada salah satu masyarkat Bapak Heru. Yang , mengutarakan
pendapat hampir senada dengan aparatur desa; “ Bukan nya jeleki orang berpendidikan di Desa kita, tapi ya memang pas
musrenbang dusun sampai Musrenbang desa sampai lagi ke pelaksanaan memang rata-rata pelaksana nya tamatan SLTASederajat sih dik kecuali
yang kaur sama aparatur desa lain, selain dari itu biasanya memang pendidikan nya biasa- biasa saja, tapi mungkin ya yang ber-pendidikan itu
malu lah yah ikut partisipasi, biasakan yang ikut-ikut pembangunan desa memang dari masyarkat keluarga ekonomi biasa-biasa saja ”
Dari ketiga hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa memang pendidikan berpengaruh terhadap intensitas masyarkat untuk berpartisipasi,
masyarkat yang memiliki tingkat pendidikan cukup baik malah dianggap adalah orang yang cukup apatis dalam ikut berpartisipasi dalam kemajuan desa. Sedangkan
orang yang berpendidikan SLTASederajat lah yang sering mengikuti partisipasi.
3.4. Jenis Kelamin
. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarkat masih menganggap faktor
inilah yang dapat memperngaruhi keinginan dan kemampuan masyarkat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai persepsi
pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan. Sehubungan dengan ini maka Peneliti menayakan kepada salah satu Kepala Dusun , Ibu Suranata.
“Frekuensi jenis kelamin masyarakat yang sering ikut pembangunan infrastruktur itu seimbang tidak antara perempuan dan laki-laki?”. Beliau Menjawab;
“Ya itu di Musrenbangdes saja kan sudah di galakan kesetaraan gender untuk pelaksanaan nya, kalau saya di dusun ini kan banyak juga yang ikut
jadi anggota PKK jadi ya mereka saya ajak juga kadang lagi pula masyarakat yang kerja nya sebagai Ibu rumah tangga kan banyak waktu
luang. Jadi perempuan, laki-laki sama saja tapi untuk partisipasi pelaksanaan pembangunan memang itu dominan laki-laki lah ya gak
mungkin juga ibu-ibu warga disini ikut partisipasi pengaspalan jalan” Pernyataan ini juga di perjelas dengan Pengakuan Ibu Afifah pada wawancara
sebelumya, yang menyatkan;
“Dari dulu ingin sekali ikut Musrenbang, banyak yang mau saya beri pendapat dalam infrastruktur di lingkungan saya, tapi itu kan kerjaan saya
juga menguras banyak waktu serta tenaga jadi ya kadang malas juga” Warga masyarkat yang ingin sekali berpartisipasi dalam Musrenbang. Tapi
terkendala di masalah waktu sehingga.dapat disimpulkan bahwasanya jenis kelamin tidak jadi hambatan yang mempengaruhi masyarkat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan desa.
3.5. Homogenitas Desa yang Heterogen
Faktor Hambatan adanya perbedaan etnis, agama serta budaya mempengaruhi masyarkat untuk bekerja sama dan berdampak juga dengan peningkatan partisipasi
masyarkat. Sehubugunan dengan ini maka peneliti menayakan dalam wawancara “Apakah ada keterkaitan antara perbedaan etnis, agama dalam masyarkat untuk
bekerjasama atupun keikut sertaan masyarkat berpartisipasi dalam pembangunan?” Pertanyaan ini di tanyakan kepada salah satu Kepala Dusun, Ibu Suranata yang
menjelaskan. “ Kalau perbedaan agama etnis saya pribadi juga kurang paham, soalnya ini
mayoritas penduduk dusun V saya memang etnisnya jawa islam jadi ya mereka setau saya tidak pernah ngeluh kalaupun harus kerja sama, dengan
penduduk dusun lain yang beda etnis” Penjelasan wawancara Ibu Sunata memang sedikit berlainan dengan
wawancara yang diungkapkan Bapak Junaidi, selaku Kepala Dusun yang menjadi
Kepala Dusun dengan karateristik masyarakat dengan etnis, agama yang bermacam. Beliau mengutarakan bahwasanya;
“ Gak ada kaitan nya sih rasa saya, masyarkat dalam berpartisipasi itu yang malas kerja itu memang udah budaya malas berpartisipasi bukan malas
karena hubungan etnis atau agama, memang masyarkat kita ini sudah lain karateristiknya dulu pas masih 10 tahun lalu masyarkat desa ini paling
antusias kalau ada pembangunan walaupun pembangunan nya skala kecil, sekarang sudah susah entah karena ada hambatan apa juga rasa
kekeluargaan masyarkat yang dulu bagus sekali. sekarang udah mulai rasa kebersamaan itu hilang,”
Untuk mendukung lagi jawaban diatas tentang sudah berubahnya karateristik masyarkat Desa Limau manis, maka Peneliti menyimak pernyataan wawancara oleh
Bapak Heru, Masyarkat yang sudah cukup lama berkecimpung dalam partisipasi pembangunan yang ada di Desa Limau Manis.
“Kalau perbedaan etnis, agama sih tidak pernah jadi kendala dik, itu yang menjadi kendala memang ada di mindset nya masyarkat Limau Manis saja
yang udah mulai bergeser. Memang betul sepuluh tahun lalu pun saya tinggal disini memang udah berubah masyarkatnya, mungkin karena banyak juga
industri yang udah berdiri di Desa kita ini juga, jadi terserap lah masyarkat menjadi tenaga kerja. Sibuk sama kepentingan sendiri daripada kepentingan
desa”
Berdasarkan paparan hasil wawancara dari berbagai sumber diatas, dapat dilihat informan memiliki pernyataan yang mendukung satu sama lain bahwasanya
Homogen masyarakat yang heterogen tidak memiliki pengaruh dalam hambatan masyarakat untuk berpartisipasi, Informan menjelaskan bahwa karateristik masyarkat
yang sudah mulai bergeser yang menjadi faktor utama nya yaitu karateristik masyarkat yang cenderung mengarah ke desa-kota.
BAB VI ANALISIS DATA
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode deskriptif, yaitu setiap data-data dan fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian di lapangan
dideskriptifkan atau digambarkan sebagaimana adanya yang diiringi dengan penafsiran dan analisis yang rasional. Untuk itu analisa data dalam penelitian ini
adalah menggambarkan dan menjelaskan variabel-variabel yang berkaitan dengan peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan infrastruktur.
Melalui penyajian data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di Desa Limau Manis, baik dengan melakukan wawancara dengan pemerintahan desa
yaitu Sekretaris Desa dan Ketua BPD tak lupa juga peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat, serta studi kepustakaan. Maka akan dilakukan analisa terhadap
setiap data dan fakta-fakta yang telah didapat melalui interpretasi dan penguraian masalah-masalah yang terjadi.
A. Peranan Pemerintah Desa untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Tahapan Pembangunan Infrastruktur
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan infrastruktur sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya harus mampu
menciptakan sinegri. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan infrastrutur secara optimal. Pembangunan yang tidak
melibatkan masyarkat, hanya akan melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya. Karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan
permasalahan baru. Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan
efektif dari segi hasil, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan partisipasinya dalam pembangunan. Dengan melibatkan adanya
partisipasi masyarakat, maka masyarakat akan merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kemajuan daerahnya. Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dapat dilihat mulai dari perencanaan pembangunan, penyusunan program-program pembangunan sampai pada tahap pengawasannya. Dengan adanya
partisipasi masyarakat ini, maka dapat dikatan bahwa pemerintah desa sudah dapat menjalankan perannya, yaitu melaksanakan peranan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
1. Tahap perencanaan Pembangunan
Dalam Permendagri Nomor 114 tentang pedoman pembangunan desa disebutkan bahwa musyawarah perencanaan pembangunan desa atau adalah
musyawarah antara badan permusyawaratan desa, pemerintah desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh anggaran
pendapatan dan belanja desa, swadaya masyarakat desa. Sehubungan dengan itu maka partisipasi atau unsur masyarakat tidak bisa
dilepaskan, pemeritah desa harus bisa mengikut sertakan partisipasi masyarkat dalam perencanaan pembangunan. dimana masyarkat harus ikut dalam proses pembuatan
kebijakan ataupun keputusan dalam menentukan arah Musrenbang. Masyarkat diberikan kesempatan agar bisa memberikan masukan dan pendapat serta ikut menilai
rencana pembangunan infrastruktur yang sedang disusun. Karena kelompok masyarakat adalah orang-orang yang lebih tahu dan mengerti apa yang mereka
butuhkan dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur. Partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran atau ide adalah bentuk partisipasi yang tidak kalah pentingnya dari
partisipasi masyarakat dalam bentuk uang atau benda yang biasanya disampaikan dalam musyawarah atau penyampaian program-program pembangunan desa.
Berdasarkan dari penjelasan hasil wawancara sebenarnya pemerintah desa dalam pelaksanaan tahap perencanaan pembangunan sudah cukup sama dengan
kegiatan Musrenbang yang diharpakan. Bapak Amru selaku Sekertaris Desa yang menuturkan dalam wawancara dimana kegitan perencanaan partisipatif oleh
masyarakat di Desa Limau Manis di laksanakan melalui tingkatan, tingkatan musyawarah paling rendah ialah Musbangdus. Disini lah kesempatan masyarakat
untuk berpartisipasi lebih tebuka lebar untuk mendikusikan arah pembangunan yang
akan dilaksanakan. Pemerintah desa menunjuk Kepala Dusun maupun tokoh masyarkat untuk terus berpacu mengajak masyarkat dalam mengeluarkan ide dan
potensi pembangunan yang ada di lingkungan mereka dalam sebuah forum Musyawarha Pembangunan Dusun. Dan di landasi dengan komunikasi yang baik pula
maka masyarkat akan diberikan pelatihan dalam tehnik perencanaan oleh LPMD agar masyarkat bisa lebih terlatih dalam mengeluarkan ide dan gagasan dalam
perencanaan pembangunan. Terkait juga penjelasan wawancara tersebut juga sudah di Konfirmasi oleh tokoh
masyarkat yaitu Bapak Heru memang benar adanya. Pelatihan untuk masyarkat oleh LPMD dan Kepala Dusun yang ingin mengikuti pembangunan diakui sangat
membantu masyarkat yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan desa. Sehubungan juga dengan penelitian di lapangan peneliti melihat penciptaan
pembangunan Infrastruktur yang ada ada di Desa Limau Manis merupakan gagasan- gagasan yang lahir dari aspirasi maupun insiatif masyarkat Desa Limau Manis
sendiri, ini ditandai dimana pemanfaatan pembangunan infrastruktur yang sudah tersedia begitu bermanfaat dalam mempermudah kehidupan seluruh warganya.
Sehingga sebenarnya, pemerintah dalam mengajak masyarkat untuk tahapan perencanaan pembangunan sudah dinilai efektif.
2. Tahap Pelaksanaan Pembangunan
Sesuai dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 114 tahun 2014 tentang pedoman pembangunan desa, pasal 2 yang menyebutkan bahwasanya
pembangunan infrastruktur desa harus dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong, jadi jelaslah
pelaksaaannya harus berorientasi kebawah dan melibatkan masyarakat luas, dengan cara melalui pemberian wewenang dalam pelaksanaan pembangunan di tingkat
daerah. Masyarakat harus menjadi pelaku dalam pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang
dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan
program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan. Tahap pelaksanaan suatu program pembangunan infrastruktur agar dapat terlaksana dengan efektif, dibutuhkan peran
aktif dari masyarakat yang terdapat pada suatu wilayah tertentu. Dengan kata lain berhasil atau tidaknya suatu program pembangunan bergantung pada partisipasi
masyarakat untuk mengikuti kegiatan pembangunan tersebut. Pelaksanaan program pembangunan infrastruktur di Desa Limau Manis,
merupakan perealisasian dari hasil Musrenbang yang di rumuskan melalui RKP Desa. Pelaksanaan pembangunan terus berjalan, sesuai dengan peranan pemerintahan desa
dan partsipasi masyarakat. Dalam hasil wawancara dari informan Sekertaris Desa, Bapak Amru dan Bapak Sherli selaku Kepala BPD menjelaskan bahwasanya
pelaksanaan pembangunan dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat adalah hal yang sudah digalakan dalam pembangunan sejak tahun 2009 di Desa Limau
Manis. Dimana program Gerakan Deli Serdang Membangun yang diturunkan oleh Kabupaten merupakan konsep pembangunan partisipatif ideal, dimana harus
mengikut sertakan partisipasi masyarakat dengan semangat kebersamaan. Terlebih lagi pemerintah mengakui bahwa insentif adalah motivasi paling efektif untuk
mengajak masyarkat dalam perealisasian pembangunan infrastuktur desa. Berdasarkan klarifikasi tokoh masyarkat Bapak Heru dan Bapak Sonny, yang
menjadi inforaman wawancara juga sebagai masyarakat yang sering ikut berpartisipasi dalam pembangunan desa, menilai pemerintah desa dalam meingkatkan
masyarkat sudah baik, dimana telah mengajak dengan mendatangi rumah masyarkat untu kesediaan masyarkat dalam perealisasian infrastruktur yang diagendkaan dalam
musrenbang. Adaupun peranan insentif adalah motifasi yang paling mendominasi dalam kesediaan masyarakat untuk melangsungkan tahapan pelaksanaan
pembangunan infrastruktur. Sehubungan juga dengan penelitian di lapangan, Pelaksanaan pembangunan
yang terlaksana pada pembangunan infrastruktur Desa Limau Manis memang melibakan warga masyarakat, dimana para pelaksana didominasi oleh para
masyarakat dengan status pekerjaan pertukangan. Peneliti juga menilai pelaksana pembangunan dengan skill yang memadai adalah pilihan yang tepat. Karena
pelaksanaan penciptaan pembangunan Infrastruktur bukanlah hal yang mudah. Ada aspek-aspek pelaksanaan pembangunan yang membuthkan kemampuan bagi para
pelaksananya agar terciptanya pembangunan dengan hasil yang diharapkan. Sehingga peneliti menyimpulkan mengajak masyarakat desa dengan skill yang tepat serta di
motifasi dengan insentif adalah hal yang tepat dilakukan peranan pemerintah desa dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur.
3. Tahap Evaluasi pengawasan
Tahap evaluasi atau proses pengawasan, dimana Pemerintah Desa harus bisa melangsungkan tanggung jawabnya kepada isntansi terkait, baik dari masyarakat
maupun BPD dan Kabupaten, partisipasi masyarakat dalam tahap pengawasan ialah dimana masyarakat ikut menilai serta mengawasi kegiatan-kegiatan pembangunan.
Demikian juga halnya dalam mengawasi pelaksanaan keputusan dan kebijakan yang telah di tetapkan. dengan adanya pengawasan dari masyarakat terhadap program yang
sedang berjalan maka rasa kepemilikan serta tanggungjawab besar akan lahir. Pentingnya pengawasan masyarakat dapat dilihat dari cara pandang
kenegaraan, jelas sekali bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk melakukan pengawasan. Ini merupakan ciri dari negara demokrasi. Pada pemerintahan modern
saat ini banyak menganjurkan untuk selalu memperhatikan aspirasi masyarkat. Hal ini sangat masuk akal karena nasib dan masa depan pemberi layanan sepenuhnya
tergantung pada masyarkat. Dalam konteks politik, masyarakat adalah pelanggan yang menentukan nasib pemberi layanan secara langsung pada pembangunan dan
secara terus menerus pada komitmennya membayar pajak dan bahkan pada
komitmennya menjaga stabilitas kawasan. Dengan cara menyertakan masyarakat sebagai pengawas maka akan mengurangi potensi kegagalan proyek pembangunan,
seperti yang banyak terjadi selama ini. Efektivitas pengawasan masyarakat ditentukan oleh dua hal, yaitu: terbukanya pintu pengawasan serta kesadaran dan kemampuan
masyarakat dalam melakukan pengawasan. Pengawasan pembangunan di Desa Limau Manis, melibatkan aparat terkait
seperti BPD yang mewakili masyarkat serta Kabupaten. Berdasarkan penjelasan informan wawancara oleh aparatur pemerintahan desa dan Masyarakat Limau Manis
ialah terdapat argumentasi yang cukup bertolak belakang, walaupun Bapak Sherli selaku Kepala BPD mengetahui bahwasanya konsep pengawasan dari masyarkat
adalah konteks yang penting dalam keberlangsungan pembangunan itu sendiri. Akan tetapi Bapak Amru selaku Kepala desa menjelaskan bahwasanya pengawasan dari
masyakrakat adalah nihil, masyarkat tidak pernah mengawasi program pembangunan yang berlangsung maupun sudah berlangsung. Masyarkat cenderung menerima setiap
pembangunan infrastruktur yang direalisasikan dan cenderung percaya bahwa pemerintahan desa sudah melaksanakan pembangunan dengan pelaksanaan yang
tepat. Namun Kepala BPD mengungkapkan bahwa BPD adalah wadah yang tepat jika masyarkat ingin mengawasi pebangunan.
Sehubungan juga bahwasanya partisipasi masyarkat dalam tahap pengawasan untuk pembangunan infrastruktur memang tidak ada, serta di atas dasari juga bahwa
masyarkat yang kurang mengerti bagaimana konsep pengawasan, masyarkat menilai
pengawasan hanya mencakup sehubungan dengan dana saja, padahal pengawasan masyarkat bisa mencakup pada keputusan dan kebijakan yang ditetapkan dalam
program pembangunan. Berdasarkan pemaparan tersebut kriteria pengawasan yang efektif tidak
ditemukan pada Pemerintahan desa limau manis, ini dibuktikan bahwa walaupun terbukanya pintu pengawasan yang ada di BPD namun masyarkat sendiri tidak
memiliki kesadaran serta kemampuan untuk melakukan tahapan pengawasan, dan didukung lagi pada penelitian dilapangan bahwasanya aparatur pemerintahan juga
desa tidak melakukan usaha apapun untuk mengajak masyarkat dalam mengawasi pebangunan yang berlangsung maupun yang sudah berlangsung. Maka, peneliti
menilai peranan pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarkat dalam konteks pengawasan pembangunan tidak berlangsung dengan tepat. .
A. Peranan Pemerintah dalam menjalankan Fungsi Kepemimpinan untuk Pembangunan Infrastruktur
Dalam Pembangunan Infratruktur Desa Limau Manis, Pemerintah Desa memiliki tanggung jawab besar untuk meningkatkan partsipasi masyarakat dalam
pembangunan Infrastruktur, dengan cara mengajak, memotivasi serta menuntun masyarakat, kelompok pemegang kepentingan stakeholder maupun orang-orang
yang terlibat langsung dalam kemajuan Desa Limau Manis. Untuk itu, demi
kesuksesan pembangunan infrastruktur itu sendiri fungsi pemerintah Desa Limau Manis sendiri tidak bisa lepas dari fungsinya sebagai pemimpin antara lain;
1. Fungsi Instruktif
Fungsi Instruktif diartikan bahwa setiap pemerintah desa perlu memiliki kemampuan dalam memberikan perintah yang bersifat komunikatif, agar perintah
bisa dilaksanakan menjadi kegiatan oleh orang yang menerima perintahnya. Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah, namun harus komunikatif karena sekurang-
kurangnya harus dimengerti oleh para bawahan yang menerima perintah instruksi. Instruksi yang ideal ialah dimana, Pemerintah desa harus menetapkan apa,
bagaimana, bilamana dan dimana suatu perintah pembangunan Infrastruktur dilaksanakan. Sedangkan yang melaksanakan perintah adalah kunci dari keberhasilan
fungsi ini, Para pelaksana harus mendengar dan memahami isi instruksi Rivai; 2005:53
Sehubungan dengan fungsi instruktif yang dijelaskan pemerintahan Desa limau Manis memiliki pemahaman maupun penjelasan yang cukup senada dengan
instruktif yang ideal tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa pembangunan yang dilaksanakan merupakan hasil dari instruksi dari Pemerintah Desa seperti Kepala
Desa sendiri baik dalam proses pelaksanaan maupun yang akan di rencanakan. Pemerintah desa, Bapak Amru selaku Sekertaris Desa mengutarkan bahwa
pemerintah desa Limau Manis merasa bahwa peran masyarakat sangat penting dalam fungsinya menjalankan maupun menetapkan instruksi terkait pembangunan
infrasturktur. maka dari itu pemerintah desa menggalakan Kepala Dusun untuk terus mengajak masyarakat untuk aktif dalam memajukan Desa Limau Manis.
Pengutaraan pendapat tersebut juga didukung dalam Hasil wawancara Bapak Heru selaku tokoh masyarakat yang sudah lama berkecimupung dalam pembangunan
di Desa Limau Manis yang mendukung penuh bahwasnaya fungsi instruktif memang dijalankan dengan baik di Pemertinahan Desa. Mereka sering mendapat instruksi dari
Kepala Desa maupun Sekertaris Desa baik secara formal surat resmi maupun instruksi langsung. Jadi gambaran fungsi instruktif yang dihasilkan dari informan
wawancara dinyatkan bahwa walaupun sudah ada instruksi, tapi hanya segelintir masyakat yang antusias, sehingga pemerintah desa mengambil insiatif bahwa
penerapan instruksi, diakui Pemerintah desa lahir dari inspirasi maupun aspirasi masyarakat sendiri. Agar masyarkat tahu apa degan jelas apa fungsi perintah
tersebut, dan apa manfaat dan bagaimana kegiatannya. Berdasarkan hasil penelitian Peneliti menilai bahwa fungsi instruktif sudah
berjalan dengan benar di Desa Limau Manis. Pendapat ini didukung peneliti yang melihat secara langsung Pemerintah Desa atau tepatnya Sekertaris Desa
menginstruksikan tugas kepada Kepala Dusun untuk mengajak masyarkat di setiap dusunnya dalam kegiatan Gotong-royong yang disepakati dilaksanakan pada awal
minggu pertama pada bulan Mei 2015 dengan tujuan untuk membersihkan drainase parit yang ada di setiap dusun. Dengan tujuan tentu saja untuk membuat fungsi
drainase berfungsi dengan optimal karena sudah mulai dipenuhi oleh sampah masyarkat.
2. Fungsi konsultatif
Pemerintah Desa kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya, yang dinilai
mempunyai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi pemerintah desa pada orang-orang yang dipimpin dapat
dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan input berupa umpan balik feedback
untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan strategis tentang pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan dan dilaksanakan
Sehubungan juga dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pemerintahan akan mendapat dukungan dan lebih mudah
menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. Fungsi Konsultasi bersifat komunikasi dua arah, karena berlangsung dalam bentuk interaksi
antara pemerintah desa dan anggota organisasimasyarakatnya. Namun sulit untuk dibantah bilamana dinyatakan bahwa tingkat intensitas dan efektivitasnya sangat
tergantung pada pemimpin. Untuk itu pemerintah desa perlu melakukan konsultasi dengan anggota masyarkatnya, baik secara terbatas maupun meluas sebelum
keputusan ditetapkan. Pemerintah desa perlu menyimak berbagai persoalan, aspirasi, pendapat, perasaan, data, informasi dan lain- lain yang di ungkapkan anggota
masyarakatnya Nawawi 2001; 141-151
Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan, Peran pemerintah desa sebagai fungsi konsultasi pembangunan digambarkan begitu ideal dalam
wawancaranya, dimana Sekertaris desa dan Kepala BPD mengungkapakan Pemerintah Desa membuka peluang konsultasi dengan lebar, serta meciptakan
pemeritahan desa yang berwujud wadah tempat menampung segala aspirasi masyarakat demi kemajaun Desa Limau Manis. Pernyataan ini senada dengan apa
yang dikatkan Kepala BPD, dimana efektifnya fungsi konsultatif ini juga di topang dengan adanya kemauan pemerintah desa menciptakan kepemimpinan yang
demokratis. Pemerintahan desa seperti Kepala Desa, Sekertaris Desa dan Ketua BPD adalah aparatur yang memiliki peran utama dalam fungsi konsultatif. Mereka
berusaha mendengarkan segala masukan dari masyarakat, maupun Kepala Dusun. Kepala Dusun adalah wakil masyarkat bila masyarkat merasa ingin berkonsultasi ke
Kantor kepala desa adalah hal yang cukup sulit. Namun setelah di klasrifikasi oleh masyarkat, masyarkat merasa konsultasi
adalah hal yang cukup sulit dilaksanakan. Beberapa orang masyarkat sesuai dengan wawancara menganggap bahwa peranan konsultasi hanya di Kepala Dusun, tapi
informan lain mengerti bahwa konsultasi yang lebih tepat ialah di Pemerintahan desa itu sendiri seperti Kantor BPD.
Sehubungan juga dengan penelitian di lapangan, peneliti melihat fungsi konsultasi memang terbuka lebar di kantor Kepala BPD, pemerintahan menjalan kan
fungsi konsultasi dengan baik ini ditandai Kantor Kepala BPD yang selalu siap sedia, kendatipun ada beberapa masyarkat yang mengeluh sulitnya berkonsultasi dengan
Kepala Dusun maka sesungguhnya masyarkat harus lebih berinsiatif seperti mendatangi Kantor BPD secara langsung, mengingat Kepala Dusun tidak hanya
mengurusi urusan pembangunan infrastruktur setiap saat. Melainkan banyak urusan kompleks yang harus ditanganinya. Maka tepatlah jika masyarkat yang ingin
melakukan fungsi konsultasi diluar kegiatan musrenbang seharusnya mendatangi Kantor BPD. Sehingga disini Peneliti menilai fungsi Konsultasi Pemerintahan Desa
Limau Manis sudah berjalan cukup baik. .
3. Fungsi Partisipasi
Fungsi partisipasi merupakan fungsi dari pemerintah desa untuk menggerakkan partisipasi masyarakat desa dalam setiap pelaksanaan program
pembangunan infrastruktur desa. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam proses pembangunan desa, karena pembangunan desa tidak akan mungkin dapat
berjalan dengan baik dan efektif tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tersebut
Namun kita ketahui bahwa masyarakat tidak serta merta berpartisipasi dalam pembangunan yang dilaksanakan dalam desa. Perlu adanya penggerak partisipasi
masyarakat, adapun yang menjadi penggerak partisipasi masyarakat adalah pemerintah desa itu sendiri. Apabila pemerintah desa dapat dengan baik
mengaktifkan partisipasi masyarakat, maka pembangunan yang dilaksanakan di desa akan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam menggerakan masyarkatnya
partisipasi pemerintah desa tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan
secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi
sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. instruksi Rivai; 2005:53 Sehubungan dalam hasil wawancara dengan pemerintah desa, Sekertaris Desa
Bapak Amru sendiri. yang mengakui bahwa bukan dia sendiri yang menggerakan masyarkat, melainkan menggalakan peran Kepala Dusun tapi pemerintah desa
membela bahwa sebenarnya Kepala Desa lah yang menjadi motivator untuk Kepala Dusun terus menggalakan pembangunan partisipatif masyarkat. Kepala Desa lebih
berpartisipasi dengan cara lain seperti yang pemerintah desa cenderung berpartisipasi dalam bentuk kehadiran dalam mengikuti kegiatan Musrenbang yang mana
pemerintah desa berpartisipasi sebagai pimpinan dan koordinasi rapat. Pernyataan pemerintah desa tersebut juga didukung oleh masyarkat, yang mengerti bahwa
penggerak dari partisipasi mereka dalam pembangunan infrastruktur ialah berasal dari pemerintahan desa. Masyarkat menilai peranan pemerintah desa sudah cukup baik
sebagai penggerak partisipasi masyarkat dalam pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan penielitian dilapangan, ditemui bahwa Kepala Dusun lebih
mengenal masyarakat yang dipimpin nya daripada Kepala Desa sendiri, Kepala Dusun adalah orang yang paling dekat dan bersentuhan dengan masyarakat sendiri.
Maka bila pemerintah desa menggunakan fungsi Kepala Dusun dalam menggerakan partisipasi masyarakat adalah keputusan yang cukup tepat. Sehingga peneliti menilai
bahwasanya fungsi partisipasi dalam menggerakan partisipasi masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah desa sudah cukup tepat.
4. Fungsi Delegasi
Pada Pembangunan Infrastruktur setiap pemimpin atau Kepala Desa tidak mungkin bekerja sendiri dalam usaha mewujudkan tugas pokok pemerintahan nya.
Kepala Desa sendiri tidak mungkin berbuat banyak bagi Desa, meskipun dengan mengerahkan seluruh tenaga, pikiran dan kemampuannya. Tidak seorang pun
pemimpin yang dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan dalam membangun wilayah pemerintahan nya. Untuk itu Kepala Desa harus bersedia dan mampu menjalankan
fungsi delegasi, yang dapat dilakukan dengan melimpahkan sebagian wewenangnya kepada Sekertaris Desa, Kepala Urusan, BPD, LPMD bahkan sampai Kepala Dusun
yang membantunya. Pelimpahan wewenang dalam menetapkan keputusan mungkin diberikan
dengan persyaratan harus melalui persetujuan pimpinan dan dapat pula tanpa persetujuan tersebut namun dibatasi pada bidang yang tidak bersifat prinsipil.
Pelaksanaan fungsi ini tergantung pada kepercayaan. Kepala Desa harus mampu memberikan kepercayaan, sedangkan penerima delegasi harus mampu memelihara
kepercayaan. Untuk memelihara kepercayaan penerima delegasi harus hati-hati dan teliti dalam menetapkan keputusan. Segala sesuatu yang belum jelas atau yang
sifatnya prinsipil, sebaiknya untuk dikonsultasikan lebih dahulu.
Namun Seubungan dengan pengutaraan hasil wawancara dari pemerintah desa, Sekertaris Desa Bapak Amru dapat disimpulkan bahwasanya karena mencakup
sampai 13 Dusun. Pemerintah desa memandang fungsi pendelegasian yang diberikan kepada bawahan seperti Kepala Dusun mengatakan fungsi delegasi belum
sepenuhnya optimal, dimana tidak semua Kepala Dusun melaksanakan fungsi delegasi sesuai dengan kepercayaan yang diberikan pemerintah desa sendiri. Fungsi
delegasi terkesan seperti formalitas yang harus dijalankan seiring dengan tugas dan kewajibanya. Pernyataan ini juga senada dengan Kepala BPD Bapak Sherli yang
menyatakan bahwa Kepala Dusun masih ada yang tidak melaksanakan tugas delegasi dengan optimal.
Dalam Konteks fungsi delegasi pemerintah desa sendiri meragukan aspek kepercayaan pada penerima fungsi dleegasi, sehingga hubungan nya fungsi delgasi
yang di berikan Ppmerintah desa sendiri mungkin tidak berjalan sepenuhnya efisien pada ke-13 Dusun yang ada di Desa Limau Manis.
5. Fungsi Pengendalian
Bahwa fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, meskipun seharusnya akan lebih efektif jika dilaksanakan melalui komunikasi dua arah. Fungsi
pengendalian ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan kontrol atau pengawasan merupakan cara yang paling efektif pada pembangunan infrastruktur . Pengawasan
yang bersifat pengendalian dilakukan pada saat kegiatan pembangunan berlangsung, dengan maksud preventif yakni mencegah terjadinya penyimpangan atau kekeliruan
dalam melaksanakan perintah pemerintah desa dalam perencanaan sampai pada pembangunan infrastruktur itu sendiri. Para anggota masyarkat pelaku pembangunan
yang menyadari bahwa pimpinannya melakukan pengawasan terhadap dirinya, akan berusaha mengendalikan kegiatannya dalam menunaikan tugas-tugasnya.
Fungsi pengendalian diartikan bahwa kepemimpinan pemerintah desa yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan
melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan Nawawi:1995;74
Fungsi koordinasi dalam pemerintahan Desa Limau Manis dijelaskan sudah melaksanakan fungsi koordinasi dengan baik, hal ini terkait dengan adanya pelatian
dari LPMD dalam pelatihan perencanaan pembangunan. Pemerintah desa sebagai pkoordinasi dalam Musrenbang desa Serta para masyarkat juga mempercayai bahwa
pemerintah desa sendiri tela melaksanakan dungsi koordinasi, karena setiap roda pemerintahan yang berjalan baik aspek kemasyarkatan dan pembangunan
infrastruktur pasti memerlukan fungsi koordniasi pemerintah desa. Masyarakat pun menaruh kepercayaan yang cukup besar kepada aparatur pemeritahan Desa Limau
Manis dalam menjalankan fungsi-fungsi nya.
C. Faktor-faktor Penghambat Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Parisipasi Masyarkat
Kendala yang dialami oleh pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarkat diakui pemerintah desa berasal dari masyarkat nya sendiri atau lebih
tepatnya ialah kendala itu timbul dari hambatan internal, dari teori plumer di dapatkan lima kategori hal yang bisa saja mempengaruhi tingkatan partisipasi
amsyarkat dalam mengikutsertakan diri untuk pembangunan, Untuk itu peneliti menganalisis lima faktor hambatan yang terdiri dari
1.
Kemampuan dan Keahlian Masyarakat.
Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok Robbin,2007:57 a.
kemampuan intelektual intelectual ability yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan
memecahkan masalah. b.
kemampuan fisik physical ability yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.
Dasar Pulmer mengungkapkan, pengetahuan yang dimiliki masyarkat akan mempengaruhi seluruh tingkatan dari masyarakat tersebut ialah, dimana kemampuan
dan keahlian akan membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap- tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada dalam pembangunan infraastruktur.
Hal ini memang sesuai dengan hasil wawancara informan Bapak Junaidi selaku Kepala Dusun yang mengungkapkan bahwa memang masyarkat yang
berpartisipasi adalah orang yang memiliki keahlian dalam pembangunan pekerja pertukangan, bahkan para masyarkat yang memiliki keahlian dalam pelaksanaan
pembangunan kadang harus diajak dulu. Kepala Dusun harus menggerakan masyarkat agar masyarkat mau berpartisipasi, dimana Kepala Dusun lebih sering
mengajak pelaksana pembangunan dengan pekerjaan seperti pertukangan, karena Kepala Dusun sendiri meyakini dengan ability skill yang memadai dari pekerja
pertukangan maka para participant tidak akan menolak. Kendatipun demikian, walaupun para pelaksana pembangunan memang
didominasi oleh para pekerja pertukangan, karena dianggap memiliki kemampuan fisik dan intelektual yang memadai dalam pembangunan. Tapi tidak bisa dipungkiri
insiatif para pemilik kemampuan dan keahlian dalam berpartisipasi cukup rendah, bahwasanya Kepala Dusun pun harus turun tangan untuk mengajak kaum
pertukangan yang menguasai kemampuan dan keahlian dalam pmebangunan tersebut agar mau berpartisipasi. Di sisi lain pada kenyataan nya para pelaksanaan
Musbangdus masih banyak kaum masyarakat yang tidak mengerti proses perencanaan atau dengan kata lain kemampuan intelektual masih kurang tapi tetap ikut dalam
pelaksanaan Musbangdus, untuk itulah LPMD diturunkan oleh pemerintah desa agar masyarkat lebih terlatih. Terkait dengan interupsi tersebut, maka faktor kemampuan
dan keahlian sebenarnya tidak ada kaitan nya dalam hambatan masyarkat untuk berpartisipasi.
2. Pekerjaan Masyarkat
PekerjaanMata Pencaharian merupakan aktifitas masyarakat merupakan salah satu patokan bagaimana masyarkat untuk bisa memperoleh taraf hidup yang layak.
Ada perbedaaan aktifitas pekerjaan antara satu karateristik daerah dengan dengan daerah lainnya. Sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan
demografinya. Plumer mengungkapkan hambatan partisipasi dengan hambatan masyarkat
berpartisipasi ialah, biasanya masyarakat dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih dapat meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun
waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek pembangunan desa tertentu. Seringkali adanaya alasan yang mendasar pada masyarkat adalah adanya
pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi.
Sehubungan dengan karateristik Tanjung Morawa yang merupakan daerah industri, disini jelas bahwa masyarkat Desa limau Manis terkena dampak dalam
pembangunan industri. Masyarakat secara otomatis yang dulu banyak bekerja sebagai petani mulai berganti sebagai buruh pabrik dengan taraf kehidupan yang
lebih menjanjikan. Hal ini juga di konfirmasi dalam hasil wawancara oleh informan Kepala Dusun yang sangat mengenal karateristik masyarakat Desa Limau Manis.
Beliau mengungkapkan dalam wawancara, pekerjaan masyarkat Desa Limau Manis memang cenderung memakan banyak waktu dan tenaga, dimana masuknya
pembangunan industri yang ada di Tanjung Morawa secara langsung menarik jumlah pekerja, tidak terkecuali dari masyarakat Desa Limau Manis. Bahkan
masyarkat juga mengakui bahwasanya, waktu dan tenaga yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan serta mendapatkan taraf hidup lebih baik dengan
pekerjaan memang menghambat masyarakat untuk berpartisipasi. Mayarkat jelas lebih mementingkan kebutuhan kehidupan nya daripada demi kemajuan desa.
Berdasarkan penelitian dilapangan, peneliti menemukan mata pencaharian masyarkat Desa Limau Manis ialah buruh pabrik . Masyarakat yang terserap oleh
industri Tanjung Morawa adalah pekerja buruh dengan jadwal waktu bekerja yang cukup sibuk. Sebagai pekerja yang dituntut waktu serta tenaga memang kaitan nya
tidak bisa dipisahkan dalam masyarkat buruh untuk memberi sumbangan baik berupa partisipasi ide,waktu tenaga yang sangat terbatas bahkan sampai tidak
ada.Sedangkan Masyarakat cenderung bekerja dan tidak memiliki waktu luang. Seperti pekerja pertukangan memiliki jadwal pekerjaan yang tidak terikat, Sehingga
peneliti merumuskan memang ada hubungan pekerjaan masyarkat dengan hambatan masyarkat untuk berpatisipasi dalam perencanaan, maupun pelksanaan
pembangunan infrastrukur.
3. Pendidikan
SDM diketahui sangat mempengaruhi tingkat kemajuan suatu bangsa, maka sebenarnya tingkat pendidikan tinggi juga mempunyai pengaruh bagaimana cara
masyarkat berfikir untuk kemajuan baik untuk pribadi maupun untuk bersama. Plummer dalam teorinya yang mengungkapkan hambatan berpartisipasi masyarkat
bisa terdapat pada faktor tingkat pendidikan. Dimana pendidikan sangat mempengaruhi bagi keinginan dan kemampuan masyarkat untuk berpartispasi serta
untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi pemabangunan yang ada.
Pendidikan memang salah satu aspek pembangunan yang digalakan dalam pembangunan di Desa Limau Manis, ini ditandai dengan jumlah buta huruf masyarkat
yang sama sekali tidak ada. Dan pelaksanaan pendidikan 9 tahun adalah hal yang wajib dilaksanakan di Desa Limau Manis, Bahkan semakin banyak masyarkat yang
melanjut pendidikan hingga ke perguran tinggi. Namun hambatan tentang tingkatan pendidikan tidak mempengaruhi masyarkat untuk berpartisipasi. Dalam hasil
wawancara informan Kepala Dusun Bapak Junaidi, dan dengan konfirmasi Tokoh Mayarakat juga Bapak Heru dalam wawancara nya diketahui bahwa masyarkat
dengan pendidikan tinggi di Desa Limau Manis sangat jarang dijumpai dalam berbagai kesempatan untuk menyumbangkan partisipasinya. Malah sebaliknya
masyarkat dengan pendidikan SLTASederajat lah yang paling banyak mengikuti partisipasi untuk pembangunan infrastuktur. Hal ini diberi alasan masyarkat
bahwasanya dengan pendidikan taraf perguruan tinggi yang ada di masyarkat memiliki kecenderungan malu untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa.
Namun, dengan penilaian peneliti sendiri di lapangan, bahwasanya pelaku pembangunan walaupun benar ada nya dominasi oleh pekerja pertukangan dengan
pendidikan SLTASederajat. Akan tetapi alasan para masyarakat dengan pendidikan taraf perguruan tinggi yang tidak bisa menyumbangkan partisipasinya bukan karena
tidak mau ataupun malu seperti yang diungkapkan pemerintah desa,
Melainkan ada faktor dimana masyarkat yang ada di Desa Limau Manis dengan pendidikan yang cukup baik tersebut cenderung memiliki kegiatan atau aktifitas yang
jauh lebih kompleks daripada masyarkat dengan pendidikan SLTASederajat. Bila di telah maka sebenarnya masyarkat dengan pendidikan baik sebenarnya mau
menyumbangkan minimal ide ataupun gagasan untuk kemajuan desa namun, kembali lagi kendala pekerjaan dan waktu kembali menjadi hambatan. Sehingga faktor
tersebut lah yang membuat masyarkat dengan pendidikan cukup baik sulit untuk menyumbangkan berpartisipasi nya dalam setiap tahapan pembangunan. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka hambatan masyarakat untuk berpartisipasi karena faktor pendidikan adalah tidak benar. Masyarkat dengan jenjang pendidikan apapun
sebenarnya mau berpartisipasi dalam kemajuan desa.
3.
Jenis Kelamin.
Masalah kesetaraan gender adalah hal yang cukup marak digalakan dalam berbagai aspek pembangunan tidak terkecuali wilayah pedesaan, ini ditandai dalam
Musrenbang desa yang harus melibatkan peran serta jenis kelamin perempuan serta laki-laki. Plumer mengungkapkan Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarkat
masih menganggap faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi keinginan dan kemampuan masyarkat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki dan
perempuan akan mempunyai persepsi pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan.
Dalam hal ini keterkaitan antara jenis kelamin dengan intensitas untuk masyarkat berpartisipasi memang tidak memiliki hubungan. Seperti dalam
wawancara Kepala Dusun oleh Ibu Suranata, seorang Kepala Dusun perempuan yang menjelaskan dalam wawancara bahwa jenis kelamin tidak memilki pengaruh dalam
perencanaan pembangunan, akan tetapi memiliki pengaruh yang cukup spesifik dalam pelaksanaan pembangunan, seperti yang diketahui pelaksanaan pembangunan
infrastruktur bukan lah pekerjaan yang ringan. Jadi pelaksana partisipasi pembangunan didominasi oleh kaum laki-laki dan perencanaan pembangunan kaum
perempuan tetap diikutsertakan. Sehubungan juga dengan penelitian di lapangan peneliti menemukan bahwa,
jenis kelamin perempuan dan laki-laki yang mengikuti partisipasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Ini ditandai masih ada jenis kelamin perempuan yang mau
mengikuti perencanaan pembangunan pada tingkat dusun maupun desa.
4. Homogenitas Masyarkat yang Heterogen
Adanya hambatan homogenitas masyarakat yang heterogen bisa saja menjadi
pengaruh partisipasi masyarkat dalam aspek pembangunan. Berdasarkan informan wawancara oleh beberapa orang tokoh masyarkat Desa Limau Manis oleh Bapak
Heru dan Junaidi di jelaskan bahwasanya etnis, agama serta budaya tidak pernah mempengaruhi akan partisipasi masyarkat untuk bekerja sama dalam pembangunan,
masyarakat menuturkan permasAlahan sesungguh nya berada pada adanya
pergeseran budaya. Dimana budaya paguyuban yang ada dalam masyarkat Desa Limau Manis sudah mulai berubah digantikan karateristik masyarakat yang
cenderung memikirkan kepentingan peribadi, daripada kepentingan bersama. Sehubungan dengan itu pula, pendapat Soehardjo;2009 yang menjabarkan
dimana dalam beberapa dekade terakhir mulai terjadi perubahan-perubahan definisi kawasan perdesaan. Hal tersebut dikarenakan mulai berubahnya tipologi kawasan
perdesaan dan perkembangan kawasan perdesaan dalam beberapa waktu terakhir. Terutama setelah era globalisasi yang masuk ke perdesaan, telah terjadi interaksi dan
negosiasi sosial budaya masyarakat perdesaan terhadap modernitas dan budaya luar. kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan mulai ditinggalkan dengan tidak
relevannya pemahaman tersebut dengan mulai biasnya perdesaan-perkotaan dalam definisi klasik, secara ekonomi kawasan perdesaan dikategorikan sebagai wilayah
yang mempunyai kegiatan utama pertanian sedangkan kawasan perkotaan dikategorikan sebagai wilayah dengan kegiatan utama di sektor jasa dan perdagangan,
Definisi tersebut masih banyak digunakan hingga saat ini. Namun munculnya kawasan perdesaan dengan perekonomian yang ditopang oleh kegiatan industri kecil
seperti kerajinan, pariwisata, definisi tersebut dirasa belum dapat mewakili keseluruhan tipologi kawasan perdesaan. Oleh karenanya muncul istilah-istilah
seperti desa-kota yang berusaha mendefinisikan kawasan-kawasan perdesaan yang dianggap memiliki ciri-ciri perkotaan baik secara fisik maupun sosial dan ekonomi.
Berdasarkan penelitan dilapangan juga peneliti melihat masyarkat Desa Limau Manis memang mengalami perubahan dari segi perekonomian desa yang juga mulai
berubah dimana sektor pertanian sudah sangat minim digantikan oleh banyak nya industri kecil jadi dapat dipastikan bahwa Desa Limau Manis memang sudah
mengalami perubahan karateristik dari desa menjadi desa-kota. Sehingga faktor yang menjadi hambatan berpartisipasi masyarkat adalah karena sudah berubahnya
karateristik masyarkat Desa Limau Manis menjadi Masyarkat yang lebih cenderung kerah desa-kota.
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan tentang Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur Studi Pada Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut:
1. Peranan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dinilai belum
sepenuhnya efisien, disini ditandai dalam pembangunan Infrastruktur pemerintah desa hanya menggalakan partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur saja, sedangkan pada tahap evaluasi pengawasan pemerintah desa kurang melibatkan peran
serta masyarakat, melainkan lebih bertanggung jawab tugas pengawasan pembangunan kepada kabupaten.
2. Peranan pemerintah desa untuk meningkakan parisipasi dalam pembangunan
Infrastruktur tidak bisa lepas dari fungsi-fungsi nya sebagai kepemimpinan yang ada di desa, dalam melaksanakan fungsi nya pemerintah desa sudah
cukup baik seperti pada fungsi Insruktif, Konsultasi dan Partisipasi.
pengendalian namun, ada satu fungsi kepemimpinan yang tidak berjalan kurang sesuai, yaitu fungsi delegasi .
3. Walaupun pemerintah desa terus berpacu dalam menerapkan kepemimpinan
demokratis untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, tapi masih banyak masyarakat yang tidak berpartisipasi atau ikut ambil bagian dalam
pembangunan Infrastruktur. Faktor-faktor yang menghambat upaya
pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat lebih dominan terhadap hambatan internal masyarakat sendiri, seperti:
a Kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendiri dalam memajukan
Desa Limau Manis yang kurang memahami konsep partisipasi dan konsep evaluasi.
b Masyarakat yang memiliki mata pencaharian aktifitas pekerjaan yang
menghabiskan waktu dan tenaga mereka mengakibatkan tidak terlalu peduli dengan Pembangunan serta kemajuan Desa Limau Manis.
c Pemikiran Masyarakat yang tidak bersatu lagi, dimana masyarakat
desa yang terkenal dengan kateristik paguyuban sudah hilang dan digantikan dengan kateristik moderen yang lebih mementingkan
kepentingan pribadi .
B. Saran