pembangunan kadang harus diajak dulu. Kepala Dusun harus menggerakan masyarkat agar masyarkat mau berpartisipasi, dimana Kepala Dusun lebih sering
mengajak pelaksana pembangunan dengan pekerjaan seperti pertukangan, karena Kepala Dusun sendiri meyakini dengan ability skill yang memadai dari pekerja
pertukangan maka para participant tidak akan menolak. Kendatipun demikian, walaupun para pelaksana pembangunan memang
didominasi oleh para pekerja pertukangan, karena dianggap memiliki kemampuan fisik dan intelektual yang memadai dalam pembangunan. Tapi tidak bisa dipungkiri
insiatif para pemilik kemampuan dan keahlian dalam berpartisipasi cukup rendah, bahwasanya Kepala Dusun pun harus turun tangan untuk mengajak kaum
pertukangan yang menguasai kemampuan dan keahlian dalam pmebangunan tersebut agar mau berpartisipasi. Di sisi lain pada kenyataan nya para pelaksanaan
Musbangdus masih banyak kaum masyarakat yang tidak mengerti proses perencanaan atau dengan kata lain kemampuan intelektual masih kurang tapi tetap ikut dalam
pelaksanaan Musbangdus, untuk itulah LPMD diturunkan oleh pemerintah desa agar masyarkat lebih terlatih. Terkait dengan interupsi tersebut, maka faktor kemampuan
dan keahlian sebenarnya tidak ada kaitan nya dalam hambatan masyarkat untuk berpartisipasi.
2. Pekerjaan Masyarkat
PekerjaanMata Pencaharian merupakan aktifitas masyarakat merupakan salah satu patokan bagaimana masyarkat untuk bisa memperoleh taraf hidup yang layak.
Ada perbedaaan aktifitas pekerjaan antara satu karateristik daerah dengan dengan daerah lainnya. Sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan
demografinya. Plumer mengungkapkan hambatan partisipasi dengan hambatan masyarkat
berpartisipasi ialah, biasanya masyarakat dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih dapat meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun
waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek pembangunan desa tertentu. Seringkali adanaya alasan yang mendasar pada masyarkat adalah adanya
pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi.
Sehubungan dengan karateristik Tanjung Morawa yang merupakan daerah industri, disini jelas bahwa masyarkat Desa limau Manis terkena dampak dalam
pembangunan industri. Masyarakat secara otomatis yang dulu banyak bekerja sebagai petani mulai berganti sebagai buruh pabrik dengan taraf kehidupan yang
lebih menjanjikan. Hal ini juga di konfirmasi dalam hasil wawancara oleh informan Kepala Dusun yang sangat mengenal karateristik masyarakat Desa Limau Manis.
Beliau mengungkapkan dalam wawancara, pekerjaan masyarkat Desa Limau Manis memang cenderung memakan banyak waktu dan tenaga, dimana masuknya
pembangunan industri yang ada di Tanjung Morawa secara langsung menarik jumlah pekerja, tidak terkecuali dari masyarakat Desa Limau Manis. Bahkan
masyarkat juga mengakui bahwasanya, waktu dan tenaga yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan serta mendapatkan taraf hidup lebih baik dengan
pekerjaan memang menghambat masyarakat untuk berpartisipasi. Mayarkat jelas lebih mementingkan kebutuhan kehidupan nya daripada demi kemajuan desa.
Berdasarkan penelitian dilapangan, peneliti menemukan mata pencaharian masyarkat Desa Limau Manis ialah buruh pabrik . Masyarakat yang terserap oleh
industri Tanjung Morawa adalah pekerja buruh dengan jadwal waktu bekerja yang cukup sibuk. Sebagai pekerja yang dituntut waktu serta tenaga memang kaitan nya
tidak bisa dipisahkan dalam masyarkat buruh untuk memberi sumbangan baik berupa partisipasi ide,waktu tenaga yang sangat terbatas bahkan sampai tidak
ada.Sedangkan Masyarakat cenderung bekerja dan tidak memiliki waktu luang. Seperti pekerja pertukangan memiliki jadwal pekerjaan yang tidak terikat, Sehingga
peneliti merumuskan memang ada hubungan pekerjaan masyarkat dengan hambatan masyarkat untuk berpatisipasi dalam perencanaan, maupun pelksanaan
pembangunan infrastrukur.
3. Pendidikan