mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Sebagai perwujudan demokrasi sesuai dalam maka pemerintahan dalam tatanan pemerintah desa dibentuk badan
pesmusyawaratan desa BPD atau sebutan lain yang disesuaikan dengan budaya yang berkembang di desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengatur
dan pengontrol dalam penyelenggaraan pemerintah desa, seperti dalam pembutan dan pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa, dan
keputusan Kepala Desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan
masyarakat desa. untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Infrastuktur
2.1. Partisipasi
Keit Davis dan John W. Nestrom 1996:179 mengungkapkan partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi orang-orang dalam situasi kelompok atau
masyarakat yang mendorong mereka untuk menyumbangkan pada tujuan-tujuan kelompok dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut serta
turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Menurut Mubyarto 1997: 35 partisipasi masyarakat adalah keterlibatan
masyarakat dalam suatu proses pembangunan di mana masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan,
perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah sesuatu melibatkan
masyarakat bukan hanya kepada proses pelaksanaan kegiatan saja, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam hal perencanaan dan pengembangan dari
pelaksanaan program tersebut, termasuk menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut.
Lebih lanjut secara sederhana partisipasi masyarakat adalah keterlibatan seseorang individu atau sekelompok masyarakat secara sukarela, dalam suatu
kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai kepada proses pengembangan kegiatan atau program tersebut tugas, kewenangan, hak,
dan kewajiban . Jadi partisipasi diasumsikan mempunyai aspirasi, nilai budaya yang perlu diakomodasikan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan suatu
program pembangunan , Fungsi dari partisipasi masyarakat adalah: a.
Partisipasi memperluas basis pengetahuan dan representasi. Dengan mengajak masyarakat dengan spektrum yang lebih luas dalam proses
pembuatan keputusan maka partisipasi dapat: meningkatkan representasi dari kelompok-kelompok komunitas, membangun perspektif yang
beragam yang berasal dari beragam stakeholders, mengakomodir pengetahuan lokal, pengalaman, dan kreatifitas, sehingga memperluas
kisaran ketersediaan pilihan alternatif. b.
Partisipasi membantu terbangunannya transparansi komunikasi dan hubungan-hubungan kekuasaan di antara para stakeholders. Dengan
melibatkan stakeholders dan berdiskusi dengan pihak-pihak yang akan menerima atau berpotensi menerima akibat dari suatu kegiatan proyek,
hal itu dapat menghindari ketidakpastian dan kesalahan interpretasi tentang suatu isu masalah.
c. Partisipasi dapat meningkatkan pendekatan iteratif dan siklikal dan
menjamin bahwa solusi didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan lokal. Dengan membuka kesempatan dalam proses pengambilan
keputusan, maka para pembuat keputusan dapat memperluas pengalaman masyarakat dan akan memperoleh umpan balik dari kalangan yang lebih
luas. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan akan lebih relevan dengan kepentingan masyarakat lokal dan akan lebih efektif.
d. Partisipasi akan mendorong kepemilikan lokal, komitmen dan
akuntabilitas. Pelibatan masyarakat lokal dapat membantu terciptanya hasil outcomes yang berkelanjutan dengan menfasilitasi kepemilikan
masyarakat terhadap proyek dan menjamin bahwa aktivitas-aktivitas yang mengarah pada keberlanjutan akan terus berlangsung. Hasil yang diperoleh
dari usaha-usaha kolaboratif lebih mungkin untuk diterima oleh seluruh stakeholders.
Partisipasi dapat membangun kapasitas masyarakat dan modal sosial. Pendekatan partisipatif akan meningkatkan pengetahuan dari tiap stakeholders
tentang kegiatanaksi yang dilakukan oleh stakholders lain. Pada Penerapan partisipasi Keith Davis 1986: 179 mengemukakan
unsur yang penting dalam menerapkan partisipasi agar partisipasi berfungsi dengan semestinya, antara lain bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu
keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan
secara jasmaniah dan Kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Hal ini berarti bahwa terdapat rasa senang,
kesukarelaan untuk membantu kelompok karena seseorang menjadi anggota suatu kelompok karena nilainya. dan unsur terakhir ialah tanggung jawab, yaitu segi
yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Diakui sebagai anggota artinya ada rasa
“sense of belonging”. Pada dasarnya terdapat beberapa prinsip-prinsip di dalam
pengembangan model pembangunan yang berorientasi pada partisipasi. Prinsip- prinsip tersebut antara lain :
a Masyarakat harus sebagai subjek bukan objek.
b Menghargai pengetahuan dan ketrampilan lokal.
c Mempengaruhi keputusan harus dijamin, bukan hanya ikut serta.
Proses harus belajar sejalan dengan outcome. Cohen dan Uphoff 1977: 47 mencatat bahwa ada 4 empat bentuk
partisipasi, yaitu :
a Participation in decision making merupakan partisipasi dalam proses
pembuatan kebijakan atau keputusan organisasi. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memberikan masukan dan pendapat serta ikut
menilai rencana yang sedang disusun. b
Participation implementation adalah partisipasi yang
mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan operasional dari kebijakan yang telah diambil terdahulu. Partisipasi ini juga dalam
hal mematuhi keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
c Participation in benefits adalah partisipasi masyarakat dalam
menikmati dan memanfaatkan hasil pembangunan yang telah diprogramkan. Masyarakat juga merasakan dampak dari keputusan dan
kebijakan yang telah diambil. d
Participation in evaluation adalah partisipasi masyarakat dalam bentuk keikutsertaan menilai serta mengawasi kegiatan-kegiatan
pembangunan. Demikian juga halnya dalam mengawasi pelaksanaan keputusan dan kebijakan yang telah diambil.
Adapun menurut Conyers 1991:154 partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat berbentuk berbagai macam, yang secara umum dapat
dijelaskan sebagi berikut : Partisipasi dalam menentukan arah strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Hal ini bukan saja
berlangsung dalam proses politik, tetapi juga dalam proses sosial; hubungannya antara kelompok kepentingan dalam masyarakat. Partisipasi dalam memikul
beban dan tanggungjawab dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam hal mobilisasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan,
kegiatan yang produktif serasi, dan pengawasan sosial atas jalannya pembangunan dan Partisipasi dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan secara
berkeadilan. Bagian-bagian daerah maupun golongan masyarakat tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya di dalam kegiatan produktif melalui perluasan
kesempatan dan pembinaan. Selanjutnya conyers juga menambahkan bahwa ada 9 sembilan tipe
partisipasi yang mungkin saja dapat terjadi didalam pembangunan yakni :
1. Partisipasi sukarela dengan inisiatif dari bawah. 2. Partisipasi dengan imbalan, yang inisiatifnya dari bawah.
3. Partisipasi desakan atau paksaan enforced, dengan inisiatif dari bawah. 4. Partisipasi sukarela volunteered, dengan inisiatif dari atas.
5. Partisipasi dengan imbalan rewaerded, dengan inisiatif dari atas. 6. Partisipasi paksaan, dengan inisiatif dari atas.
7. Partisipasi sukarela dengan inisiatif bersama through shared initiative. 8. Partisipasi imbalan, dengan inisiatif bersama.
9. Partisipasi paksaan dengan inisiatif bersama dari atas dan juga bawah. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk dalam
pengambilan keputusan. Perasaan terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan sedini mungkin di dalam masyarakat. Partisipasi dalam operasional pembangunan
Partisipasi dalam menerima kembali hasil pembangunan Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu ketrlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
infrastruktur dapat diwujudkan dengan baik jika sistem pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang ada melibatkan atau memberikan tempat bagi
partisipasi masyarakat
Walaupun banyak jenis pasrtisipasi yang bisa di sumbangkan masyarkat dalam pembangunan, namun tetap saja ada pengaruh hambatan untuk ikut
berpartisipasi, hambatan yang terjadi bisa bersifat eksternal maupun internal, dalam teori menurut plumer dalam suryawan, 2004:27, menyatkan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah: 1.
Pengetahuan dan keahlian. dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. hal ini
membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada;
2. Pekerjaan masyarakat. biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu
akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. seringkali alasan
yang mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi.
3. Tingkat pendidikan dan buta huruf. faktor ini sangat berpengaruh bagi
keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada.
tingkat buta huruf pada masyarakat akan mempengaruhi dalam partisipasi; 4.
Jenis kelamin. sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat masih menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai persepsi dan pandangan berbeda
terhadap suatu pokok permasalahan.
5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. masyarakat dengan tingkat
heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang
digunakan. seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa masyarakat dalam memberikan partisipasinya tidak hanya harus berbentuk uang atau tenaga, tetapi juga dapat
berbentuk pikiran, keahlian, maupun barang. Teknik-teknik partisipasi bukan sekedar alat pendekatan. Namun partisipasi juga pernyataan pikiran dan sikap,
sehingga penting menghargai nilai-nilai, ketrampilan dan kebutuhan orang lain khususnya kelompok yang tidak beruntung. Teknik-teknik partisipasi memang
perlu dikuasai. Namun penguasaan saja tidak cukup, masih diperlukan pengalaman personal. Ketrampilan teknik juga diperlukan sesuai dengan
konteksnya. Partisipasi memerlukan belajar sambil bekerja dan selalu menyesuaikan dengan tingkat perkembangan pengetahuan, ketrampilan dan
penguatan kapasitas antar partisipan. Keseimbangan proses dan keluaran sangat penting.
2.2. Pembangunan Infrastruktur