5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. masyarakat dengan tingkat
heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang
digunakan. seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa masyarakat dalam memberikan partisipasinya tidak hanya harus berbentuk uang atau tenaga, tetapi juga dapat
berbentuk pikiran, keahlian, maupun barang. Teknik-teknik partisipasi bukan sekedar alat pendekatan. Namun partisipasi juga pernyataan pikiran dan sikap,
sehingga penting menghargai nilai-nilai, ketrampilan dan kebutuhan orang lain khususnya kelompok yang tidak beruntung. Teknik-teknik partisipasi memang
perlu dikuasai. Namun penguasaan saja tidak cukup, masih diperlukan pengalaman personal. Ketrampilan teknik juga diperlukan sesuai dengan
konteksnya. Partisipasi memerlukan belajar sambil bekerja dan selalu menyesuaikan dengan tingkat perkembangan pengetahuan, ketrampilan dan
penguatan kapasitas antar partisipan. Keseimbangan proses dan keluaran sangat penting.
2.2. Pembangunan Infrastruktur
Siagian 2005 memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana
dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa nation building. Sedangkan
Ginanjar Kartasasmita 1994 memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya
yang dilakukan secara terencana. Grigg menjelaskan bahwa 2000 infrastruktur merupakan sistem fisik
yang menyediakan transportasi, jalan, pengairan atau irigasi, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Dimana infrastruktur dalam
sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana yang tidak terpisahkan satu sama lain. Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem menopang
sistem sosial dan sistem ekonomi sekaligus menjadi penghubung dengan sistem lingkungan. Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak terhadap sistem
sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyaraka. Oleh karenanya, infrastruktur perlu dipahami sebagai dasar-dasar dalam mengambil kebijakan.
Gambar 2.1 Infrastruktur Sebagai PenopangPendukung Sistem Ekonomi, Sosial-Budaya, Kesehatan, dan Kesejahteraan Grigg dan Fontane, 2000
Pembangunan infrastruktur dalam sebuah sistem menjadi penopang kegiatan-kegiatan yang ada dalam suatu ruang. Infrastruktur merupakan wadah
sekaligus katalisator dalam sebuah pembangunan. Ketersediaan infrastruktur meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang menuju pada perkembangan ekonomi suatu kawasan atau wilayah. Oleh karenanya penting bagaimana sistem
rekayasa dan manajemen infrastruktur dapat diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi suatu kawasan wilayah. Sistem rekayasa dan manajemen
infrastruktur berpengaruh terhadap sistem tata guna lahan yang pada akhirnya membangun suatu kegiatan. Hubungan pembangunan infrastruktur terhadap
sistem tata guna lahan tersebut ditegaskan oleh Grigg dan Fontane 2000 seperti
Sistem tata guna Lahan Sistem Ekonomi; Sosial‐budaya;
1 Transportasi; 2 Infrastruktur Keairan; 3 Limbah ; 4 Energi;
5 Bangunan dan Struktur
Sumber Daya Alam Sistem Rekayasa dan Manajemen
pada gambar 2.1 diatas. Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur dalam memanfaatkan sumberdaya dalam rangka pemanfaatan untuk transportasi,
infrastruktur sistem tata guna lahan: Sistem Ekonomi, Sosial‐budaya, Kesehatan, Kesejahteraan.
2.3. Pembangunan Infrastruktur Desa