Krama lugu Krama alus

20

b. Ngoko alus

Ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang di dalamnya tidak hanya menggunakan leksikon ngoko saja, tetapi juga menggunakan leksikon krama mady a tau krama alus. Namun leksikon krama madya atau krama alus yang muncul tersebut hanya digunakan untuk menghormati lawan bicaranya. Afiks yang digunakan dalam ngoko alus adalah di-, -e, dan – ne . Contoh: 1 Korane mau wis diwaos bapak. Korannya tadi sudah dibaca bapak. 2 Apa rotine wis didhahar simbah? Apa rotinya sudah dimakan nenekkakek?

2. Ragam Krama

Ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama. Afiks yang digunakan dalam ragam krama banyak berbentuk krama, misalnya afiks dipun-, -ipun, dan – aken. Ragam krama digunakan untuk berbicara antara orang-orang yang tidak terlalu akrab, antara anak muda dengan orang yang lebih tua, antara siswa dengan guru, atau antara bawahan dengan atasan dalam dunia pekerjaan. Ragam krama terdiri dari krama madya dan krama alus.

a. Krama lugu

Ragam krama lugu juga dikenal dengan sebutan krama madya. Dalam krama lugu leksikon krama bisa digunakan bersama leksikon ngoko, madya, dan krama alus. Afiks ngoko di-, -e, dan -ake lebih sering muncul daripada afiks 21 dipun-, -ipun, dan – aken. Selain afiks ngoko, krama madya mang- juga sering muncul dalam ragam ini. Contoh: 1 Mbak, nyuwun tulung tas kula niki mangandhapke teng mriku Mbak, tolong tas saya ini anda turunkan ke situ 2 Menapa njenengan wau dipadosi paklik? Apa kamu tadi dicari paman?

b. Krama alus

Krama alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang seluruh kosakatanya terdiri dari leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil. Leksikon inti dalam krama alus hanya leksikon krama. Afiks yang digunakan dalam krama alus yaitu dipun-, -ipun, dan -aken. Contoh: 1 Mas, mangga dipunwaos seratipun Mas, silahkan dibaca suratnya 2 Unjukanipun ibu ingkang wonten teras menika sampun asrep. Minumannya ibu yang ada di teras itu sudah dingin. Bentuk-bentuk leksikon dalam bahasa Jawa ada enam jenis, untuk penjelasannya adalah sebagai berikut. a. Leksikon ngoko Ciri-cirinya adalah sebagai berikut. 1 Sebagai dasar bentuk dari leksikon madya, krama, krama andhap, dan krama inggil . 22 2 Mempunyai bentuk lain di leksikon madya, krama, krama andhap, krama inggil dapat salah satunya. 3 Digunakan untuk kata ganti orang pertama, orang kedua dan orang ketiga. b. Leksikon madya Ciri-cirinya adalah sebagai berikut. 1 Leksikon krama yang belum alus. 2 Mempunyai bentuk lain di leksikon ngoko dan krama, namun tidak semua leksikon ngoko mempunyai bentuk leksikon madya. 3 Ada yang berbentuk singkatan dari leksikon krama dan ada yang tidak berbentuk singkatan. 4 Jumlahnya leksikon madya terbatas. 5 Digunakan untuk kata ganti orang pertama, orang kedua dan orang ketiga. c. Leksikon krama Ciri-cirinya adalah sebagai berikut. 1 Bentuk alus dari leksikon ngoko. 2 Ada bentuknya yang berbeda dari ngokonya dan berbentuk perubahan dari leksikon ngoko. 3 Digunakan untuk kata ganti orang pertama, orang kedua dan orang ketiga. d. Leksikon krama inggil Ciri-cirinya adalah sebagai berikut. 1 Meninggikan teman bicara. 23 2 Ada yang mempunyai bentuk di leksikon krama dan ngoko, atau hanya ngoko dan tidak boleh bentuknya di leksikon lainnya. 3 Digunakan untuk kata ganti orang kedua dan orang ketiga. 4 Orang pertama menggunakan krama andhapkramangoko. e. Leksikon krama andhap Ciri-cirinya adalah sebagai berikut. 1 Untuk menghormati teman bicara. 2 Jumlahnya terbatas paring, matur, ndherek, sowan marak, suwun. 3 Hanya untuk kata ganti orang pertama. f. Leksikon netral Ciri-cirinya adalah sebagai berikut. 1 Leksikon ngoko yang tidak mempunyai bentuk di leksikon lainnya. 2 Digunakan untuk kata ganti orang pertama, orang kedua dan orang ketiga. Berdasarkan uraian di atas, ragam unggah-ungguh terdiri dari ngoko dan krama . Ngoko terbagi menjadi ngoko lugu dan ngoko alus, sedangkan krama terbagi menjadi krama lugu dan krama alus. Penjelasan mengenai ragam unggah- ungguh tersebut, akan dijadikan pedoman materi dalam pembuatan multimedia interaktif oleh peneliti. Pada materi kelas tiga sekolah dasar, ungguh-ungguh yang diajarkan yaitu tentang panyuwunan lan maturnuwun permintaan dan terima kasih. Jadi dalam pembuatan multimedia interaktif, materinya lebih dikhususkan pada unggah ungguh panyuwunan lan maturnuwun . Siswa diharapkan untuk dapat lebih 24 terampil berbicara bahasa Jawa sesuai dengan kaidah penggunaan unggah-ungguh yang benar. Keterampilan berbicara bahasa Jawa merupakan kegiatan komunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa yang bersifat aktif produktif, bertujuan untuk menyampaikan gagasan, ide, dan perasaan melalui bahasa lisan, baik satu arah maupun dua arah dalam konteks budaya Jawa. Bahasa Jawa ini adalah bagian dari bahasa nasional yang berada di Pulau Jawa. Berbicara secara umum diartikan sebagai suatu penyampaian maksud ide, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Keterampilan berbicara bahasa Jawa yaitu berbicara menggunakan bahasa Jawa sesuai kaidah atau unggah-ungguh yang berlaku misalnya krama alus, krama lugu, ngoko alus, dan lain sebagainya.

C. Kajian tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media

Menurut Sanaky 2013:4 media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Djamarah dan Zain 2006: 120 menyatakan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga saat proses pembelajaran berlangsung, siswa mampu memahami materi yang disampaikan. Sementara itu, media menurut Sadiman, Rahardjo, Haryono, et al 2006:7 adalah