bahan baku tempe. Berikut ini foto hasil observasi yang memperlihatkan antusiasme peserta program.
Gambar 9. Antusiasme Peserta dalam Mengikuti Pelatihan Memasak Latar belakang ekonomi yang hampir sama memunculkan
antusiasme perempuan peserta program untuk mengikuti semua tahapan program pendidikan kecakapan hidup.
Faktor lain yang mendukung program adalah adanya monitoring rutin dari pengelola masing-masing PKBM demi bertahan dan
berkembangnya kelompok usaha. Hal ini terlihat dari dokumen notulen yang dilihat peneliti pada tanggal 15 Juli 2016. Dari dokumen tersebut
memperlihatkan laporan rutin hasil monitoring setiap bulannya. Selain melihat dokumen, peneliti juga melakukan wawancara. Hasil wawancara
dengan Ibu WD adalah sebagai berikut: “Minimal satu bulan sekali diadakan pertemuan rutin mas. Disini
kita memberikan laporan perkembangan usaha dan sharing dengan para pengelola”.
Adanya kepedulian pengelola terhadap kelompok usaha memberikan arti yang positif, dimana dengan adanya monitoring akan
membuat peserta benar-benar menjalankan program. Dengan adanya pertemuan rutin dapat menjadi wahana sharing peserta dengan pengelola
terkait dengan perkembangan usaha maupun kendala yang mereka hadapi sehingga dapat dicarikan solusi bersama.
Menurut ibu YN faktor yang mendukung program berasal dari pendamping kelompok usaha.
“Menurut saya mas, faktor yang mendukung program adalah pendamping kelompok yang selalu memberikan banyak motivasi
dan masukan bagi perkembangan usaha”.
b. Faktor Penghambat Program
Faktor penghambat dalam program dapat berasal dari intern peserta maupun hambatan eksternal. Kurangnya komitmen dari peserta program
untuk menjalankan usaha secara rutin menyebabkan kegiatan usaha di PKBM Taruna Murti tidak dilakukan setiap hari, namun hanya pada saat
banyak pesanan. Faktor penghambat yang muncul dari dalam diri peserta adalah dari sisi pendidikan. Pendidikan yang kurang menyebabkan
mindset yang salah dalam memandang kehidupan, terkadang anggota berpikir yang cenderung pasrah pada nasib dan tak mau berusaha
sehingga hal ini membuat para pendamping kelompok usaha berjuang ekstra untuk harus selalu memotivasi perempuan peserta program
. Berdasarkan observasi pada tanggal 14 Juli 2016 pembukuan yang
dilakukan peserta masih sangat sederhana dan membutuhkan bimbingan yang ekstra. Selain itu dari segi teknologi dan informasi masih dirasa
kurang. Peserta belum ada yang menggunakan medisosial media social
atau lapak online untuk memasarkan produknya. Ibu BN menyampaikan hal berikut ini:
“untuk periklanan kita sebatas kemasan dan brosur kalau untuk pemasaran lewat media internet kita belum ada yang bisa mas,
maklum semua kan Cuma ikut program kesetaraan mas jadi gak
ada yang bisa” Hal ini didukung oleh Ibu SW:
“Seharusnya promosi lewat internet itu malah murah, tapi ya gimana lagi mas, peserta kan kebanyakan sudah ibu-ibu jadi pada
gak bisa pakai internet” Menurut Ibu WD faktor yang menghambat program adalah
kuantitas SDM yang dimiliki kurang memadai sehingga kegiatan produksi masih dilakukan dengan sederhana dan belum memanfaatkan
teknologi. “Sebenarnya produk kita itu banyak yang minat mas, tapi untuk
menambah jumlah produksi itu kewalahan. Soalnya kita masaknya masih manual.
Gambar 10. Peralatan yang digunakan dalam Produksi Masih Sederhana
Hambatan eksternal yang ditemui adalah kurangnya modal. Beberapa peserta program menjawab bahwa faktor penghambat program
adalah kurangnya modal. Hal ini disampikan ibu YM sebagai berikut: