telah terbangun iklim kebersamaan dalam bekerja, sehingga muncul motivasi bersama untuk mengembangkan usaha.
Faktor lain yang mendukung program adalah adanya monitoring rutin dari pengelola PKBM demi bertahan dan berkembangnya usaha.
Adanya kepedulian pengelola dan pendamping terhadap usaha peserta program memberikan arti yang positif, dimana dengan adanya
monitoring akan membuat peserta benar-benar menjalankan program. Dengan adanya pertemuan rutin dapat menjadi wahana sharing peserta
dengan pengelola terkait dengan perkembangan usaha maupun kendala yang mereka hadapi sehingga dapat dicarikan solusi bersama.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mendukung program adalah antusiasme peserta, pengelola PKBM
yang selalu memonitoring dan adanya pendamping pada setiap kelompok usaha yang selalu memotivasi dan mengevaluasi perkembangan usaha.
2. Faktor Penghambat Program
Pelaksanaan program kecakapan hidup tidak terlepas dari beberapa hambatan. Hambatan program yang disebabkan oleh pihak intern yakni
Kurangnya komitmen dari peserta program untuk menjalankan usaha secara rutin. Kegiatan usaha tidak dilakukan setiap hari, namun hanya
pada saat banyak pesanan. Selain itu, Faktor penghambat yang muncul dari dalam diri peserta adalah dari sisi pendidikan atau intelektual
peserta yang rata-rata lulusan SD. Pendidikan yang kurang menyebabkan mindset yang salah dalam memandang kehidupan, terkadang anggota
berpikir yang cenderung pasrah pada nasib dan tak mau berusaha
sehingga hal ini membuat para pendamping kelompok usaha berjuang ekstra untuk harus selalu memotivasi perempuan peserta program. Selain
itu pendidikan yang rendah menyebabkan masih terbatasnya pengetahuan pada sebagian besar perempuan miskin pelaku usaha tentang bagaimana
melakukan pembukuan sehingga pembukuan yang dilakukan pun masih sangat sederhana dan membutuhkan bimbingan yang ekstra. Kemudian
dari segi teknologi dan informasi masih dirasa kurang, tidak adanya pemanfaatan teknologi secara benar dan masyarakat masih sangat
tradisional. Oleh karena itu meskipun bisa dikatakan cukup produktif dalam mengelola, namun pengelolaan dana terhadap usaha tersebut
hanya otodidak Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
yang menghambat program dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor internal dari diri peserta dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
kurangnya komitmen dari beberapa anggota untuk berwirausaha dan SDM yang masih memerlukan pembekalan lebih lanjut, baik
keterampilan memasak maupun keterampilan pembukuan. Faktor eksternal yang menghambat program adalah kurangnya modal.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi Pemberdayaan Perempuan Marginal Melalui Program
Kecakapan Hidup Implementasi pemberdayaan perempuan melalui program kecakapan
hidup di PKBM Taruna Murti dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama yaitu tahap persiapan yang dilakukan untuk menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan mulai dari perencanaan, pendaftaran peserta, serta pemenuhan kelengkapan yang diperlukan. Tahap kedua, yaitu pelaksanaan
program yang diawali dengan pelatihan berwirausaha dan pelatihan memasak. Implementasi Program pada tahap ketiga adalah evaluasi
program. Tahap evaluasi dilaksanakan oleh PKBM minimal satu bulan sekali dengan mengadakan pertemuan rutin setiap tanggal 15.
2. Hasil Pemberdayaan Perempuan Marginal Melalui Program Kecakapan
Hidup Program kecakapan hidup di PKBM Taruna Murti baru pada tahap
pemberian pengetahuan, mengingat omset yang didapat belum terlalu besar, sehingga belum mampu menambah pendapatan keluarga. Hal ini karena
meskipun produknya mudah dipasarkan kegiatan produksinya tidak dilakukan secara rutin sehingga pendapatannya pun tidak banyak. Oleh