42
Suwarsih Madya, 2009: 9 untuk dapat meningkatkan kualitas dalam penelitian tindakan kelas, guru dapat melakukan kolaborasi atau kerjasama
dengan teman sejawat. Teman sejawat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah mahasiswa. Peran mahasiswa dalam penelitian ini adalah sebagai
observer, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Suharsimi Arikunto, dkk. 2009: 17 menjelaskan bahwa dalam
penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Joni Kasihani Kasbolah, 1999: 25 pendekatan kolaboratif diterapkan
untuk menciptakan adanya hubungan kerja kesejawatan. Dalam penelitian tindakan kelas ini guru dan mahasiswa melakukan penelitan tindakan kelas
secara kolaboratif dengan meneliti bersama apa yang dikerjakan dan belajar bersama dari apa yang dikerjakan. Dalam hal ini, guru bukan satu-satunya
peneliti tetapi terdapat orang lain yang terlibat dan mereka merupakan suatu tim yang sama posisinya.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA saat pelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri Demakijo 1 Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada
semester II tahun ajaran 20142015. Lokasi SD Negeri Demakijo 1 berada di Jalan Godean, KM 5,5 Guyangan, Nogotirto, Sleman, Yogyakarta.
Jumlah siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 adalah 30 anak yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 18 dan siswa perempuan sebanyak 12.
43
Hasil belajar siswa tersebut pada pelajaran Bahasa Indonesia keterampilan pada keterampilan berbicara memiliki rata-rata 60.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan keterampilan berbicara siswa kelas VA SD Negeri Demakijo 1 masih rendah. Siswa cenderung malu,
kurang serius, tidak percaya diri dan takut dalam mengeluarkan pendapat. Hal tersebut membuat guru merasa tidak puas dengan nilai yang diperoleh siswa.
Guru mengharapkan siswa memiliki keterampilan berbicara yang lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk memotivasi
keberanian siswa untuk berbicara. Berdasarkan keadaan tersebut, melalui penggunaan model paired storytelling diharapkan keterampilan berbicara
siswa dapat meningkat. Tabel 1. Profil Kelas sebelum Tindakan
Kelas Jumlah Siswa
Nilai Rerata Awal
Laki-laki Perempuan
V A 18
12 60
C. Subjek Penelitian Dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri Demakijo 1 Sleman sebanyak 30 siswa yang terdiri atas 18 siswa laki-laki
dan 12 siswa perempuan, peneliti 1 orang, dan guru kelas 1 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu keterampilan berbicara siswa kelas VA.
D. Model Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui model pembelajaran paired storytelling. Dalam penelitian ini
rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart Sukardi,
44
2013: 5 mengemukakan empat komponen penelitian tindakan dalam suatu sistem spiral yang saling terkait seperti gambar berikut.
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kemmis dan Taggart
Berdasarkan gambar tahapan diatas, masing-masing siklus terdiri dari empat komponen, yaitu: 1 perencanaan planning, 2 tindakan acting, 3
observasi observing, dan 4 refleksi reflecting. 1.
Perencanaan Planning Merupakan rangkaian rancangan tindakan sistematis untuk
meningkatkan apa yang hendak terjadi. Penelitian melakukan langkah- langkah adalah sebagai berikut.
a. Menentukan masalah di lapangan.
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan langsung di kelas VA ketika pembelajaran berlangsung dan diskusi dengan guru kelas.
b. Merencanakan langkah pembelajaran berbicara pada siklus 1.
Perencanaan mengenai langkah-langkah pembelajaran yang dibuat
45
masih bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaan.
c. Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model paired storytelling untuk mengukur hasil belajar bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara..
2. Tindakan Acting
Tindakan dalam penelitian merupakan tindakan praktik dan terencana dalam memecahkan masalah. Tindakan ini dipandu oleh
perencanaan yang telah dibuat, bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam proses pelaksanaannya. Pada penelitian ini
yang dijadikan tolak ukur pelaksanaan penelitian adalah model pembelajaran, yaitu berbicara dengan model paired storytelling. Kriteria
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. a.
Siswa mencatat kata kunci frase kunci yang ada pada cerita dan disampaikan kepada pasangannya.
b. Siswa dapat menyiapkan diri untuk bercerita.
c. Siswa dapat bercerita di depan kelas.
d. Siswa menyimak kelompok lain yang sedang bercerita.
3. Observasi Observing
Pengamatan yang dilakukan terhadap tindakan-tindakan yang telah diberikan. Observasi memiliki peran penting dalam penelitian yaitu
melihat dan mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek yang diteliti. Hal yang dicatat dalam kegiatan pengamatan, yaitu
46
proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja maupun yang tidak disengaja, situasi tempat dan tindakan, dan kendala yang dihadapi.
4. Refleksi Reflecting
Refleksi merupakan langkah yang dilakukan peneliti untuk menilai kembali situasi dan kondisi, setelah subjek objek yang diteliti
mendapatkan tindakan-tindakan yang dilakukan secara sistematis. Selain itu, refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali
tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian, dan telah dicatat dalam observasi. Tahap refleksi merupakan analisis dari tahapan tindakan
yang dapat diamati dari tahap observasi yang digunakan sebagai acuan untuk siklus selanjutnya. Apabila pada siklus 1 hasil yang diharapkan
belum tercapai, maka akan dilakukan perubahan pada siklus selanjutnya sampai hasil yang ditetapkan terpenuhi. Apabila hasil yang diharapkan
terpenuhi maka penelitian keterampilan berbicara siswa kelas VA SD Negeri Demakijo 1 dengan menggunakan model paired storytelling akan
diberhentikan.
E. Metode Pengumpulan Data