107
Tabel 12. Peningkatan Nilai Tes Berbicara Siswa Menggunakan Model Paired Storytelling dari Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
No Nama
Nilai Rata-rata KKM
Pratindakan Siklus I
Siklus II Naik
Tetap 1
ICBP 50
65 73,83
- √
2 HAG
51 72
78,83 √
- 3
RRP 50
66,5 76,67
√ -
4 AK
53 69,33
74,33 -
√ 5
APA 51
69,5 77
√ -
6 AM
53 71,17
76,17 √
- 7
BDPW 53
73,83 82,67
√ -
8 DI
52 67
73 -
√ 9
DAA 52
71,83 77,67
√ -
10 ENDS
54 77
81 √
- 11
FNP 54
75,67 78
√ -
12 IET
76 79,67
84,33 √
- 13
KA 52
77,33 78,67
√ -
14 MWAK
75 82
89,33 √
- 15
SPA 52
75,33 78,83
√ -
16 VMR
53 74,83
79 √
- 17
AS 51
66,67 76,17
√ -
18 CSA
75 79,67
84,33 √
- 19
DDA 53
72,5 75
√ -
20 DO
53 68,67
76 √
- 21
DSP 76
82,5 88,33
√ -
22 FDF
75 79,33
83,83 √
- 23
NGW 75
80,5 84,67
√ -
24 RF
54 70,83
77,33 √
- 25
SM 56
75,67 81,17
√ -
26 SIA
58 77,33
80 √
- 27
TAD 53
76,17 78,67
√ -
28 AEH
54 71,17
77 √
- 29
SAN 54
72,17 78,67
√ -
30 ADP
54 76,17
83,17 √
-
Total Nilai 1722
2217,34 2383,67
27 3
Rata-rata 57,40
73,91 79,46
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran Keterampian Berbicara
Siklus 1
Berdasarkan observasi proses pembelajaran keterampilan berbicara terkait dengan kegiatan siswa, terdapat peningkatan jika dibandingkan
dengan sebelum tindakan dilaksanakan. Peningkatan proses pembelajaran terlihat pada siswa yang lebih semangat dan antusias dalam mengikuti
108
pembelajaran, selain itu siswa aktif dalam melakukan tanya jawab dengan guru. Siswa menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan cerita. Namun di
samping itu, terdapat beberapa hal yang harus dimaksimalkan, antara lain minimnya siswa yang menanggapi atau memberikan pendapat siswa lain
yang sedang melaksanakan praktik berbicara. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa melakukan komunikasi dengan perpaduan bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia. Siswa masih terlihat malu dan kurang percaya diri, hal ini terlihat saat siswa diminta praktik menceritakan kembali isi cerita di
depan kelas masih sering membaca teks yang telah ditulisnya. Berdasarkan hasil analisis proses pembelajaran keterampilan berbicara
berupa lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada siklus I mengalami peningkatan, persentase menunjukkan pada angka 72,73 dan 72,78
dengan kategori “Baik”. Kondisi tersebut membuat proses pembelajaran keterampilan berbicara masih perlu ditingkatkan, mengingat kriteria
keberhasilan yang mengharuskan persentase kegiatan guru dan siswa mencapai angka 75-
100 atau masuk dalam kategori “Sangat Baik”. Keterampilan berbicara siswa pada siklus I terbukti meningkat setelah
diterapkannya model paired storytelling. Peningkatan keterampilan berbicara pada siklus I sebesar 16,51, yang kondisi awal 57,40 meningkat
menjadi 73,91. Persentase ketuntasan keterampilan berbicara dengan menggunakan model paired storytelling pada siklus I meningkat sebesar 8
siswa atau 26,67, yang kondisi awal 6 siswa atau 20, meningkat menjadi 14 siswa atau menjadi 46,67.
109
Pada siklus I terdapat siswa yang belum tuntas karena belum mencapai indikator keberhasilan sebanyak 16 siswa atau 53,33 belum
tuntas mencapai KKM. Beberapa penyebab yang mendasari masih tingginya persentase siswa yang belum memenuhi KKM, yaitu : a 8 siswa memiliki
kemampuan berkonsentrasi yang rendah dan perhatiannya mudah teralihkan, b 4 siswa sering mencari perhatian dari guru dan peneliti dengan
ramai sendiri, dan c 4 siswa kurang memiliki keberanian dan rasa percaya diri untuk melakukan praktik berbicara.
Hasil observasi kegiatan siswa tidak terlepas dari kegiatan guru dalam menerapkan model paired storytelling pada pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya keterampilan berbicara. Pada siklus I kegiatan guru mengalami peningkatan secara bertahap. Peningkatan yang terjadi antara lain cara guru
dalam menyampaikan
apersepsi, tujuan
pembelajaran, menggali
pengetahuan dan rasa ingin tahu siswa terkait materi pembelajaran. Hal yang telah dilakukan tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa 2011: 86,
untuk memulai pelajaran guru hendaknya mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan, agar siswa
memperoleh gambaran mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari. membiasakan siswa untuk berkomunikasi dengan diskusi kelompok, dan
pemberian reward berupa pujian atau tepuk tangan. Terdapat beberapa kendala yang dialami guru dalam menerapkan langkah-langkah model
pembelajaran paired storytelling. Kendala pertama disebabkan karena guru belum terbiasa dalam penerapan model pembelajaran baru. Guru masih
110
terlihat kaku, karena guru terbawa cara mengajar sebelum pelaksanaan tindakan. Menurut Anita Lie 1994:3 sebelum bahan pelajaran diberikan,
guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dengan cara menuliskan di papan tulis atau menanyakan kepada siswa. Namun
langkah tersebut belum dilakukan oleh guru. Kegiatan pengenalan topik merupakan kegiatan brainstorming untuk mengaktifkan pengetahuan siswa.
Kurangnya manajemen waktu juga menjadi hambatan. Alokasi waktu pembelajaran terihat tidak mencukupi dengan agenda kegiatan yang
dilakukan. Hasilnya terkadang guru lupa untuk membacakan bagian cerita versi asli secara keseluruhan, memberikan masukan atau koreksi terhadap
penampilan praktik berbicara siswa, dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran karena ini merupakan langkah akhir pembelajaran dan guru
cenderung berpikir bahwa siswa sudah memahami materi yang telah dipelajari. Hal ini mengakibatkan hanya siswa-siswa tertentu saja yang
paham dan dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hal tersebutlah yang membuat penerapan model paired storytelling masih perlu diperbaiki
pada siklus selanjutnya.
2. Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran Keterampilan Berbicara