Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

46 proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja maupun yang tidak disengaja, situasi tempat dan tindakan, dan kendala yang dihadapi. 4. Refleksi Reflecting Refleksi merupakan langkah yang dilakukan peneliti untuk menilai kembali situasi dan kondisi, setelah subjek objek yang diteliti mendapatkan tindakan-tindakan yang dilakukan secara sistematis. Selain itu, refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian, dan telah dicatat dalam observasi. Tahap refleksi merupakan analisis dari tahapan tindakan yang dapat diamati dari tahap observasi yang digunakan sebagai acuan untuk siklus selanjutnya. Apabila pada siklus 1 hasil yang diharapkan belum tercapai, maka akan dilakukan perubahan pada siklus selanjutnya sampai hasil yang ditetapkan terpenuhi. Apabila hasil yang diharapkan terpenuhi maka penelitian keterampilan berbicara siswa kelas VA SD Negeri Demakijo 1 dengan menggunakan model paired storytelling akan diberhentikan.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Terdapat beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan studi dokumenter. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 47 1. Tes Tes adalah salah satu bentuk pengukuran dan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi kompetensi, pengetahuan, keterampilan tentang siswa Burhan Nurgiyantoro, 2010: 105. Selanjutnya, Gronlund 1985 dalam Burhan Nurgiyantoro 2010: 105 juga menjelaskan bahwa tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku. Sejalan dengan pengertian tes menurut Burhan Nurgiyantoro dan Gronlund, Suharsimi Arikunto 2010: 193 juga menjelaskan bahwa tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Menurut Nana Sukmadinata 2010: 223 tes merupakan alat ukur yang digunakan dalam pendidikan untuk mengukur hasil belajar yang dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu. Menurut Soernardi Djiwandono 1996: 1 tes merupakan alat atau rangkaian kegiatan yang digunakan untuk memberikan gambaran mengenai suatu bidang ajaran tertentu. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur dan menilai keterampilan berbicara menggunakan model paired storytelling siswa kelas VA SD Negeri Demakijo 1 pada pembelajaran bahasa Indonesia. 48 2. Observasi Menurut Nana Sukmadinata 2010: 220 observasi atau pemngamatan merupakan cara pengumpulan data dengan jalan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Selanjutnya Sutrisno Dadi Sugiyono, 2012: 203 menjelaskan bahwa observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses bioloogis dan psikologis, yaitu pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi dapat mengetahui gejala yang terjadi selama tahap tindakan dan dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. Supaya observasi dapat berjalan secara efektif, maka harus disertai dengan format observasi. Format observasi dalam penelitian ini ditujukan kepada guru dan siswa. Format observasi untuk guru digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model paired storytelling yang dilakukan oleh guru. Sedangkan format observasi untuk siswa digunakan untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa setelah guru menerapkan model paired storytelling. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang Sugiyono, 2012: 329. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ini sebagai pelengkap dari penggunaan teknik tes dan observasi. Hasil 49 dokumentasi berupa foto dari siklus satu ke siklus berikutnya dapat digunakan untuk melengkapi hasil observasi.

F. Instrumen Penelitian

Dokumen yang terkait

Istikhdaam Usluub Sard Al-Qishshah Bi Al-Muzaawajah (Paired Storytelling) Wa Atsaruhu Fii Ta’lim Mahaarah Al-Kalaam Ladaa Talaamiidz Al-Shaff Al-Tsaanii Bi Madrasah Jam’iyyatul Khair Al-Mutawassithah Al-Islaamiyyah

0 4 107

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA SISWA SD KELAS

22 211 224

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 0 16

PENERAPAN MODEL PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD N III SUKOHARJO KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI LEMPUYANGAN 1.

0 0 146

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN.

0 0 177

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS VB SD NEGERI KEPUTRAN I YOGYAKARTA.

1 3 181

TEKNIK PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR (Eksperimen pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tamansari Karanglewas) - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II PENERAPAN METODE PAIRED STORYTELLING DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara - EFEKTIVITAS METODE CERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (Studi Eksperim

0 2 53