Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara

18 selama proses kegiatan berbicara antara pembicara dengan pendengar yang menjadikan kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara

Sugiarta 2007: 29 menjelaskan pencapaian keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia mengenai keterampilan berbicara harus mempertimbangkan beberapa hal berikut untuk mencapai hasil yang maksimal, yaitu: 1 pengucapan, 2 ketepatan dan kelancaran, 3 faktor efektif, 4 usia dan kedewasaan, dan 5 faktor sosial budaya. 1. Pengucapan Setiap kata yang diucapkan oleh pembicara harus jelas dan tepat agar penyimak dapat menangkap maksud serta memahami secara benar maksud dan tujuan yang disanpaikan oleh pembicara. 2. Ketepatan dan Kelancaran Ketepatan dan kelancaran menunjukkan penampilan dan keterampilan dalam berbahasa seseorang, karena ketepatan dan kelancaran merupakan hal yang penting dalam aspek berbahasa, khususnya berbicara. 3. Faktor Efektif Hambatan yang dialami oleh pembicara selama ini adalah munculnya perasaan cemas serta kurang percaya diri untuk mempraktikkan keterampilan berbicara. Perasaan tersebut berkembang menjadi perasaan takut salah, merasa bodoh, dan merasa tidak mampu. Siswa lebih memilih untuk diam dari pada salah berbicara karena mereka tidak mau dikritik. Tugas guru adalah memberikan motivasi kepada siswa dan menciptakan 19 suasana belajar yang hangat dan menyenangkan sehingga siswa menjadi tertarik untuk berbicara. 4. Usia dan Kedewasaan Usia merupakan salah satu faktor keberhasilan atau kegagalan belajar bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa usia seseorang akan mempengaruhi dan membatasi kemampuan mengungkapkan bahasa dengan lancar. 5. Faktor Sosial Budaya Bahasa merupakan bentuk tindakan sosial karena komunikasi terjadi dalam konteks perubahan interpersonal. Nilai-nilai dan kepercayaan menciptakan tradisi dan tatanan sosial yang kemudian diekspresikan ke dalam tindak berbahasa. Jadi, berbahasa dengan sebuah bahasa itu digunakajn dalam sebuah interaksi sosial. Keterampilan berbicara pada siswa perlu dibina agar semakin meningkat. Di sekolah pembinaan keterampilan berbicara dilakukan melalui mata pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk. 1991: 154 berbicara dalam pengajaran bahasa Indonesia terdiri dari dua aspek, yaitu: a aspek kebahasaan, dan b aspek nonkebahasaan. a. Aspek Kebahasaan Pada aspek kebahasaan, terdapat tiga faktor yang menunjang keefektifan berbicara yaitu: 1 pelafalan bunyi; 2 penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme; dan 3 penggunaan kata dan kalimat. 20 1 Pelafalan Bunyi Pelafalan ini perlu ditekankan karena setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dengan bahasa yang berbeda-beda pula. Setiap daerah memiliki ciri khas bahasa yang sulit untuk dihilangkan. Pengurangan ciri tersebut perlu dilakukan untuk membentuk bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2 Penempatan Tekanan, Nada, Jangka, Intonasi, dan Ritme Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara karena merupakan salah satu faktor penentu keefektifan berbicara, apabila tidak sesuai akan membuat jenuh pendengarnya. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara di Sekolah Dasar perlu ditekankan latihan mengucapkan kalimat dengan intonasi wajar, serta penempatan jeda dan tekanan secara tepat. 3 Penggunaan Kata dan Kalimat Penggunaan kata dan kalimat dalam berkomunikasi secara lisan merupakan suatu hal yang penting, oleh karena itu harus dilakukan pembinaan keterampilan berbicara. Guru perlu mengkoreksi penggunaan kata yang diucapkan oleh siswa yang kurang tepat atau kurang sesuai untuk menyatakan makna dalam situasi pemakaian tertentu. Selain kata, kalimat yang digunakan oleh siswa harus diperhatikan. Siswa perlu dilatih menggunakan struktur kalimat yang benar pada berbagai kesempatan dalam proses belajar mengajar. 21 b. Aspek Nonkebahasaan Terdapat tujuh faktor penunjang keefektifan berbicara pada aspek nonkebahasaan, yaitu: 1 kenyaringan suara; 2 kelancaran; 3 penguasaan topik; 4 sikap yang tenang, wajar dan tidak kaku; 5 gerak gerik dan mimik yang tepat; 6 penalaran; dan 7 santun berbicara. 1 Kenyaringan Suara Kenyaringan suara harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar semua pendengar dapat mendengar dengan jelas. Pada ruangan yang luas terbuka jangan sampai berbicara dengan suara yang lemah, begitupula sebaliknya. Dalam ruangan yang sempit, sebaiknya berbicara dengan suara yang tidak terlalu nyaring berteriak-teriak. Oleh karena itu, kenyaringan suaraperlu diperhatikan, karena merupakan faktor yang sangat menunjang keefektifan dalam kegiatan berbicara. 2 Kelancaran Kelancaran dalam berbicara merupakan faktor yang tidak kalah penting, karena kelancaran berbicara akan memudahkan pendengar dalam menangkap isi pesan yang disampaikan. Berbicara dengan terputus-putus; diselingi bunyi bunyi tertentu seperti e..., em ..., apa itu ...; dan berbicara terlalu cepat dapat mengganggu pemaknaan isi pesan oleh pendengar. Sebaiknya dalam kegiatan berbicara sebaiknya lancar sewajarnya, sehingga tidak mengganggu pesan yang akan disampaikan kepada pendengar. 22 3 Penguasaan Topik Kegiatan berbicara sebaiknya terlebih dahulu menguasai topik pembicaraan atau tema yang akan dibicarakan. Penguasaan topik pembicaraan berarti memahami pokok pembicaraan. Jika sudah menguasai pokok tema yang akan disampaikan, maka kegiatan berbicara akan berjalan dengan lancar dan menambah keberanian dalam berbicara. 4 Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku Sikap yang baik dalam kegiatan berbicara yaitu bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku serta pandangan diarahkan kepada lawan bicara agar pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Selain itu, sikap yang tenang dari pembicara akan membuaka jalan pikiran, sehingga kegiatan berbicara akan lancar. Apabila sikap pembicara terlalu aktif, dan dibuat-buat akan membuat pendengar merasa bosan. 5 Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat Gerak-gerik dan mimik dalam kegiatan berbicara berfungsi untuk memperjelas atau menghidupkan pembicaraan. Gerak-gerik dan mimik yang tepat dan tidak berlebihan dapat menunjang keefektifan berbicara. 6 Penalaran Pembicara hendaknya memperhatikan unsur penalaran, yaitu pemikiran atau cara berpikir yang logis untuk mengambil kesimpulan. Hal itu menunjukkan dalam kegiatan berbicara seseorang terdapat urutan dan 23 runtutan pokok-pokok pikiran dengan menggunakan kalimat yang padu sehingga akan menimbulkan kelogisan dan kejelasan arti. 7 Santun Berbicara Dalam kegiatan berbicara, menghargai pendapat orang lain merupakan wujud dari santun berbicara. Selain itu dalam mengemukakan pendapat, wujud santun berbicara dapat ditunjukkan dengan mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak mencelanya.

C. Model Pembelajaran Paired Storytelling

Dokumen yang terkait

Istikhdaam Usluub Sard Al-Qishshah Bi Al-Muzaawajah (Paired Storytelling) Wa Atsaruhu Fii Ta’lim Mahaarah Al-Kalaam Ladaa Talaamiidz Al-Shaff Al-Tsaanii Bi Madrasah Jam’iyyatul Khair Al-Mutawassithah Al-Islaamiyyah

0 4 107

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA SISWA SD KELAS

22 211 224

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 0 16

PENERAPAN MODEL PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD N III SUKOHARJO KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI LEMPUYANGAN 1.

0 0 146

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN.

0 0 177

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS VB SD NEGERI KEPUTRAN I YOGYAKARTA.

1 3 181

TEKNIK PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR (Eksperimen pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tamansari Karanglewas) - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II PENERAPAN METODE PAIRED STORYTELLING DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara - EFEKTIVITAS METODE CERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (Studi Eksperim

0 2 53