Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Siklus 1 dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Tindakan dilakukan sesuai dengan jadwal dan alokasi waktu mata pelajaran bahasa Indonesia pada kelas VA. Tindakan dilaksanakan pada tanggal 6, 10, dan 13 Februari 2016 dengan alokasi waktu yang sama, yaitu dua jam pelajaran atau 2×35 menit.

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana tindakan yang akan dilaksanakan yaitu: 1 peneliti menginformasikan model pembelajaran paired storytelling kepada guru kelas VA, 2 membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP bahasa Indonesia aspek keterampilan berbicara dengan menitikberatkan pada penggunaan model paired storytelling kemudian mendiskusikan dengan guru kelas VA, 3 mempersiapkan materi ajar keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang berupa teks cerita anak dengan judul “Penyu Menjadi Pahlawan” dan “Kisah Mawar, Bunga Sepatu dan Kepompong”, dan “Daun Perak”, 4 peneliti menyiapkan nomor presensi siswa yang akan ditempel di bagian depan dan belakang seragam siswa untuk mempermudah kegiatan penelitian, 60 5 menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa lembar observasi guru dan siswa serta pedoman penilaian keterampilan berbicara, 6 peneliti mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembeajaran berlangsung, dan 7 melatih guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Siklus 1 dilaksanakan pada bulan Februari, yaitu pada hari Sabtu 3 Februari 2016, Rabu 10 Februari 2016, dan Sabtu 13 Februari 2016 di SD Negeri Demakijo 1, Sleman, Yogyakarta. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru dan pengamatan dilakukan oleh peneliti. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I berlangsung dalam tiga kali pertemuan dan siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan. Pertemuan siklus I dilaksanakan selama 210 menit atau 6×35 menit. 1 Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Februari 2016 dimulai pukul 09.35-10.45 WIB dengan alokasi waktu 2×35 menit. Materi bahasa Indonesia yang ditekankan adalah cerita anak dengan judul cerita yang diberikan pada pertemuan ini adalah “Penyu Menjadi Pahlawan”. 61 a Kegiatan Awal Pada awal kegiatan pembelajaran guru membuka pelajaran dengan salam, mengkondisikan kelas untuk tenang, dan memastikan kesiapan siswa untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Siswa dibagikan nomor sesuai presensi yang ditempelkan di bagian depan dan belakang seragam. Guru melaksanakan apersepsi yaitu bertanya jawab dengan siswa. Apersepsi dilaksanakan dengan cukup baik dan berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Apersepsi yang diberikan guru seperti: “Anak-anak siapa yang pernah dibacakan dongeng oleh ayah atau ibu sebelum tidur?” ada yang menjawab iya dan ada yang menjawab tidak. “Nah, dongeng apa saja yang pernah kalian dengar?” siswa menjawab Kancil Mencuri Timun, Kisah Buaya dan Kancil, Kancil dan Siput. Setelah itu guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari yaitu cerita anak. “Anak-anak hari ini kita akan belajar mengenai cerita anak dengan judul Penyu Menjadi Pahlawan. Siswa diberikan tugas untuk menceritakan kembali cerita tersebut di depan kelas dengan menggunakan kalimat sendiri. Langkah selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, namun guru lupa belum menyampaikannya. b Kegiatan Inti Pada kegiatan inti pembelajaran, guru membagi kelas menjadi dua kelompok besar lampiran 20 gambar 26. Guru membagikan teks 62 cerita kepada masing-masing kelompok lampiran 20 gambar 27. Kelompok pertama mendapatkan bagian cerita pertama dan kelompok dua mendapatkan bagian cerita kedua. Setelah itu, guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa cukup memperhatikan, namun ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan dengan baik ketika guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan. Siswa masih bingung dengan cerita yang diperolehnya. Guru menjelaskan, bahwa teks cerita dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama diberikan kepada siswa kelompok pertama dan bagian kedua diberikan siswa kelompok kedua. Setelah mendapatkan teks cerita tugas masing-masing siswa adalah membaca dan mencatat kata kunci frase kunci pada masing-masing paragraf. Guru dibantu oleh peneliti dalam membimbing siswa menuliskan kata kunci frase kunci pada setiap paragraf, karena ada beberapa anak yang masih membutuhkan bimbingan lampiran 20 gambar 28 . Guru membentuk kelompok baru, siswa duduk berpasangan sesuai perintah guru. Siswa diminta untuk saling menyampaikan kata kunci yang telah ditulis lampiran 20 gambar 29. Dalam kegiatan ini merupakan kegiatan brainstorming atau tukar pikiran yang dapat membuat siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran dan dapat membangkitkan pengetahuan siswa. Namun pelaksanaan bertukar 63 cerita, siswa bukan saling menceritakan melainkan membaca hasil pekerjaan temannya seperti pada gambar berikut. Gambar 3. Siswa Membaca Kata Kunci Frase Kunci yang Ditulis oleh Temannya Seharusnya siswa mencatat kata kunci frase kunci yang telah dibacakan oleh pasangannya. Kemudian, berdasarkan kata kunci yang ditulisnya, siswa dapat mengembangkan cerita secara utuh dengan menggunakan kalimatnya sendiri tidak terpaku pada teks cerita. Namun pada saat pelaksanaan, siswa hanya mencontek pekerjaan temannya dan belum mengembangkan cerita dengan menggunakan kalimat sendiri melainkan masih terpaku pada teks. Siswa diminta untuk berlatih menceritakan kembali isi cerita yang telah ditulis bersama pasangannya terlebih dahulu sebelum menceritakan di depan kelas lampiran 20, gambar 30. Guru memberikan motivasi kepada siswa supaya tidak malu berbicara di depan kelas. Guru mengawali dengan memberikan contoh cerita dengan judul yang sama, yaitu Penyu Menjadi Pahlawan. Guru 64 menghimbau kepada siswa yang belum bercerita untuk tidak ramai dan mengganggu temannya. Seharusnya guru menyampaikan aspek-aspek yang akan dinilai selama siswa praktik berbicara, namun guru lupa belum menyampaikannya. Untuk melatih keberanian, siswa menceritakan kembali isi cerita karangannya secara berpasangan. Guru memberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil karangan ceritanya secara lisan dengan cara siswa diminta untuk mengangkat tangannya terlebih dahulu. Saat praktik berbicara pertama kalinya, siswa masih membawa teks cerita karangannya. Siswa yang belum maju dapat mempersiapkan diri sambil memperhatikan temannya yang sedang membacakan cerita karangannya. Beberapa siswa memberikan tanggapan berupa pertanyaan kepada siswa yang telah bercerita di depan kelas. Berikut prosedur penilaian keterampilan berbicara dari peneliti, sebagai contoh siswa nomor 21 yang memperoleh nilai pelafalan bunyi 6. Hal tersebut karena siswa nomor 21 pembicaraannya mudah diahami tetapi terkadang terpengaruh bahasa yang tidak baku seperti “nakutin” dan ”mikirin”. Tekanan tepat nemun jeda kurang dan pemilihan kosa kata diksi banyak sehingga memperoleh nilai 7 untuk tekanan dan 8 untuk kosa kata diksi. Struktur kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan siswa berbicara sesuai topik sehingga memperoleh nilai 17. Siswa sudah berani 65 berbicara di depan kelas tanpa gugup, sehingga memperoleh skor 7. Kelancaran dengan skor 7 karena berbicara dengan lancar namun kurang stabil, jedanya hanya sebentar. Siswa bersikap kurang ekspresif, sering melakukan gerak kesampiing kanan dan kiri, sering membaca teks, dan masih terhihat cukup grogi sehingga peneliti memberikan skor 6. Skor yang diperoleh siswa dijumlahkan dan nilai siswa dihitung dengan rumus yang ada. Nilai dari peneliti dan guru dijumlahkan dan dibagi dua, setelah itu dicari nilai rata-rata kelas. Semua siswa menceritakan kembali isi cerita dengan membawa teks, namun beberapa siswa masih terlihat malu dan kurang percaya diri lampiran 20, gambar 31. Setelah beberapa siswa menceritakan kembali isi cerita di depan kelas, guru seharusnya memberikan perbaikan atau masukan, akan tetapi guru belum melakukannya. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan materi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan pertama. c Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir seharusnya siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan pesan moral, namun belum dilakukan karena keterbatasan waktu dan guru menganggap siswa sudah menegtahui pesan moral dari teks cerita “Penyu Menjadi Pahlawan”. Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan salam penutup. 66 2 Pertemuan Kedua Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Februari 2016 pukul 07.00-08.10 WIB dengan alokasi waktu 2×35 menit. Materi bahasa Indonesia yang ditekankan masih sama yaitu cerita anak dengan judul cerita yang dib erikan pada pertemuan ini adalah “Kisah Mawar, Bunga Sepatu dan Kepompong”. a Kegiatan Awal Pada awal kegiatan pembelajaran guru membuka pelajaran dengan salam, mengkondisikan kelas untuk tenang, meminta ketua kelas untuk memimpin doa, menyanyikan lagu nasio nal “Indonesia Raya” dan memastikan kesiapan siswa untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Siswa dibagikan nomor sesuai presensi yang ditempelkan di bagian depan dan belakang seragam. Guru melakukan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab yang meminta mengingat kembali kegiatan yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan jelas. b Kegiatan Inti Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Saat dibagi kondisi kelas sangat kondusif. Setiap anggota kelompok mendapatkan bagian cerita. Kelompok satu mendapatkan bagian cerita yang pertama dan kelompok dua mendapatkan bagian cerita kedua. Cerita 67 pertama dan kedua saling berhubungan, karena bagian cerita kedua merupakan kelanjutan dari cerita pertama. Guru menyampaikan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran. Siswa diminta membaca dan memahami bagian cerita yang diperolehnya. Setelah itu guru memberikan kertas untuk menuliskan kata kunci frase kunci setiap paragraf. Siswa mulai membaca teks cerita yang diberikan oleh guru lampiran 20, gambar 32. Kemudian, siswa menentukan dan menuliskan kata kuncifrase kunci pada setiap paragraf. Setelah selesai menuliskan kata kunci, siswa duduk berpasangan sesuai perintah guru. Siswa saling menyampaikan kata kunci yang telah ditulis dengan cara dibacakan dan mencatatnya. Setelah mendapatkan kata kunci pada bagian yang belum diperolehnya, siswa diminta mengembangkan cerita berdasarkan kata kunci tersebut menggunakan kalimat sendiri seperti pada gambar berikut. Gambar 4. Siswa Mengembangkan Cerita Berdasarkan Kata Kunci Frase Kunci 68 Siswa berlatih menceritakan kembali isi cerita yang telah ditulis bersama pasangannya lampiran 20, gambar 33. Sebelum siswa menceritakan kembali isi cerita, guru menyampaikan aspek-aspek yang akan dinilai selama siswa praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita yang telah ditulis secara jelas. Semua siswa memperhatikan ketika guru memberikan penekanan mengenai aspek penilaian keterampilan berbicara. Saat praktik berbicara secara individu, siswa diperkenankan membawa teks cerita yang telah ditulisnya namun diletakkan di meja guru. Ketika siswa lupa kelanjutan ceritanya, siswa diperbolehkan untuk melihat teks cerita seperti pada gambar berikut. Gambar 5. Siswa Melihat Teks yang Dibawa Ketika Lupa Kelanjutan Cerita Guru memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan hasil karangan ceritanya secara lisan dengan cara siswa diminta untuk mengangkat tangannya terlebih dahulu. 69 c Kegiatan Penutup Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan pesan moral berupa janganlah menjadi sombong dan harus saling tolong menolong terhadap sesama makhluk hidup seperti dalam cerita Kisah Mawar, Bunga Sepatu dan Kepompong. Guru menutup pelajaran dengan salam penutup. 3 Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 Februari 2016 pukul 09.35-10.45 WIB dengan alokasi waktu 2×35 menit. Materi bahasa Indonesia yang ditekankan masih sama yaitu cerita anak dengan judul cerita yang diberikan pada pertemuan ini adalah “Daun Perak ”. a Kegiatan Awal Pada awal kegiatan pembelajaran guru membuka pelajaran dengan salam, mengkondisikan kelas untuk tenang, dan membagikan nomor presensi yang ditempelkan di bagian depan dan belakang seragam siswa. Guru melakukan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab yang meminta mengingat kembali kegiatan yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan jelas. b Kegiatan Inti Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Setiap anggota kelompok mendapatkan bagian cerita. Kelompok satu mendapatkan 70 bagian cerita yang pertama dan kelompok dua mendapatkan bagian cerita kedua. Cerita pertama dan kedua saling berhubungan, karena bagian cerita kedua merupakan kelanjutan dari cerita pertama. Guru menyampaikan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran. Siswa diminta membaca dan memahami bagian cerita yang diperolehnya. Setelah itu guru memberikan kertas dan memberi perintah siswa untuk menuliskan kata kunci frase kunci setiap paragraf. Setelah selesai menuliskan kata kunci, siswa duduk berpasangan sesuai perintah guru. Siswa saling menyampaikan kata kunci dan mengembangkan cerita berdasarkan kata kunci tersebut menggunakan kalimat sendiri seperti pada gambar berikut. Gambar 6. Siswa Mengembangkan Cerita Berdasarkan Kata Kunci Frase Kunci Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum melaksanakan praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita di 71 depan kelas. Siswa berlatih menceritakan kembali isi cerita yang telah ditulis bersama pasangannya seperti pada gambar berikut. Gambar 7. Siswa Berlatih Menceritakan Kembali Isi Cerita Bersama Pasangannya Sebelum siswa maju menceritakan kembali isi cerita, guru menyampaikan aspek-aspek yang akan dinilai selama siswa praktik berbicara secara jelas. Semua siswa memperhatikan ketika guru memberikan penekanan mengenai aspek penilaian keterampilan berbicara. Saat praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita yang ditulis secara individu, siswa diperkenankan membawa teks cerita yang telah ditulisnya namun diletakkan di meja guru. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan hasil karangan ceritanya secara lisan dengan cara siswa diminta untuk mengangkat tangannya terlebih dahulu. Saat praktik menceritakan kembali isi cerita ketiga kalinya, siswa mulai terlihat berani, cukup ekspresif, penekanan kata, pelafalan bunyi, dan kelancaran sudah cukup baik. Sebagian besar siswa sudah menceritakan kembali isi cerita secara runtut sesuai teks cerita yang asli. Siswa yang belum 72 maju dapat mempersiapkan diri sambil memperhatikan temannya yang sedang berbicara di depan kelas. Beberapa siswa memberikan tanggapan berupa pertanyaan kepada siswa yang telah bercerita di depan kelas. c Kegiatan Penutup Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan pesan moral berupa harus saling tolong menolong terhadap sesama makhluk hidup seperti dalam cerita Daun Perak. Guru menutup pelajaran dengan salam penutup.

c. Observasi

Guru dan peneliti melakukan observasi secara kolaboratif pada siklus I saat siswa sedang melaksanakan praktik keterampilan berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita yang telah ditulis. Peneliti melakukan observasi pada siklus I selama kegiatan pembelajaran, yaitu dari awal hingga akhir kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Guru memberikan penilaian saat siswa melaksanakan praktik keterampilan berbicara karena guru berperan sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran. Peran guru mempengaruhi pelaksanaan secara keseluruhan dalam siklus 1. 1 Observasi Guru Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai rencana dan berdasarkan RPP yang telah disusun meskipun belum terlaksana secara optimal. Pada waktu pembagian kelompok, guru 73 memberikan petunjuk dengan jelas dan mengatur posisi duduk siswa sehingga siswa tidak kebingungan dan tenang saat bergabung dengan kelompoknya. Guru belum sepenuhnya menegur siswa yang ramai ketika guru memberikan petunjuk pembagian cerita yang diterima setiap kelompok. Ini menyebabkan suasana kelas menjadi kurang kondusif. Hal ini dapat diketahui berdasarkan data observasi yang peneliti amati pada siklus I selama tiga pertemuan, memperoleh persentase kegiatan guru sebesar 72,78 dengan predikat baik sesuai dengan kriteria persentase menurut Suharsimi Arikunto 2010: 269 apabila hasil persentase antara 51-75 dikatakan baik. Pada pertemuan pertama, guru dalam menyampaikan langkah pembelajaran kurang jelas dan belum menyampaikan tujuan pembelajaran. Data tersebut diperoleh berdasarakan butir hasil pengamatan pada lembar observasi kegiatan guru. Pelaksanaan pembelajaran dari pertemuan pertama sampai ke tiga pada siklus I ini semakin membaik. Hal tersebut terlihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan panduan lembar observasi dan memperoleh hasil perubahan ke arah yang lebih baik. Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun, namun guru dalam mengajar menggunakan model paired storytelling masih terlihat kaku. Guru terbawa dengan cara mengajar sebagaimana biasanya sebelum dilakukan tindakan seperti pada gambar di bawah ini. 74 Gambar 8. Guru Terlihat Kaku dalam Menerakan Model Pembelajaran Paired Storytelling Saat proses menuliskan kata kunci frase kunci dan mengembangkan menjadi cerita, sebagian besar siswa bertanya sehingga kondisi kelas kurang terkondisikan. Untuk mengatasi kondisi tersebut, peneliti membantu guru dalam membimbing siswa menuliskan kata kunci dan mengembangkannya menjadi cerita. Saat siswa berlatih bercerita guru sudah membimbing beberapa kelompok dengan baik. Namun sebaiknya perhatian guru tertuju pada semua kelompok. Berdasarkan hasil observasi, guru sudah memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan kepada siswa dengan baik. Pada pertemuan 1 komponen yang belum muncul adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan koreksi kepada siswa setelah siswa melaksanakan praktik berbicara di depan kelas, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan perasaan setelah bercerita, dan menyimpulkan cerita yang telah disampaikan. 75 Pada pertemuan 2 guru sudah menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran dengan baik. Langkah-langkah kegiatan yang disampaikan oleh guru sudah jelas sehingga siswa tidak merasa bingung. Guru membimbing siswa dengan baik dalam menuliskan kata kunci dan berlatih menceritakan kembali bersama pasangannya Namun pada pertemuan kedua, guru dalam menyampaikan cerita pada awal kegiatan kurang jelas dan memberikan pertanyaan belum merata hanya kepada beberapa siswa yang aktif selama kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan 3, guru sudah lebih baik dalam mengajar. Komponen yang dinilai masih kurang sudah diperbaiki oleh guru dengan baik. Guru memberikan pertanyaan secara merata kepada semua siswa dan memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan oleh guru dan membimbing siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, seperti menuliskan kata kunci, berlatih menceritakan kembali isi cerita bersama pasangannya, dan menyimpulkan isi cerita. Setelah siswa melaksanakan praktik berbicara, guru memberikan masukan sehingga siswa termotivasi untuk memperbaiki penempilan saat melaksanakan praktik berbicara. Setiap selesai pelaksaaan kegiatan pembelajaran, guru berdiskusi dan bekerjasama dengan peneliti, sehingga guru mampu tampil lebih baik. 2 Observasi Siswa 76 Selain melakukan observasi terhadap guru, peneliti juga melakukan observasi terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model paired storytelling. Pada pertemuan 1 berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, sebagian besar siswa memperhatikan dengan baik saat guru memberikan penjelasan terkait kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, duduk sesuai kelompok, menemukan dan menuliskan kata kunci pada bagian teks cerita yang diperolehnya, semangat berlatih menceritakan kembali isi cerita bersama pasangannya, dan dapat menyimpulkan cerita yang telah dibaca. Komponen yang masih perlu diperbaiki pada pertemuan pertama, yaitu: a penyampaian kata kunci bukan ditukarkan, melainkan saling disampaikan dengan cara salah satu siswa membaca dan padangannya mendengarkan, b sebagian besar siswa berbicara belum menggunakan bahasa baku dan terkadang menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa, c siswa belum sepenuhnya memperhatikan siswa lain yang sedang melaksanakan praktik menceritakan kembali isi cerita, terdapat siswa yang asyik bermain koin dan berbicara dengan siswa lain yang berada di samping kanan, kiri, depan, dan belakang, dan d beberapa siswa terlihat malu-malu, kurang percaya diri, dan takut salah saat melaksanakan praktik menceritakan kembali isi cerita di depan kelas. 77 Pertemuan 2, aspek yang masih perlu diperbaiki yaitu bahasa yang digunakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Beberapa siswa berbicara menggunakan bahasa Jawa dan terdapat empat siswa yang mengganggu siswa lain sehingga siswa yang diganggu kurang berkonsentrasi mengikuti pelajaran dan tidak memperhatikan siswa lain yang sedang melaksanakan praktik berbicara menceritakan kembali isi cerita. Pada pertemuan 3, jumlah siswa yang berbicara menggunakan bahasa Jawa berkurang dan untuk mengatasi permasalahan pada pertemuan kedua, guru memisahkan tempat duduk empat siswa tersebut. Selama kegiatan pembelajaran siklus I, siswa mampu dikondisikan baik oleh guru. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Pada awalnya siswa merasa bingung karena cerita yang diperolehnya hanya setengah bagian. Setelah guru memberikan intruksi, siswa terlihat semangat hal ini dibuktikan dengan kesiapan dan kesigapan siswa saat diminta menuliskan kata kunci, berpasangan dan saling menyampaikan bagian cerita yang diperolehnya. 78 G a m b a r 9. Siswa Membaca Bagian Cerita yang Diperolehnya Untuk Menentukan Kata Kunci Frase Kunci Saat siswa lain sedang berbicara di depan kelas, beberapa siswa cukup sulit dikondisikan sehingga suasana kelas menjadi kurang kondusif. Masih banyak siswa yang berbicara sendiri dengan siswa lain, melamun, bermain dengan uang koin dan sebagainya. Di siklus 1, siswa terlihat kurang percaya diri karena kegiatan praktik berbicara jarang dilakukan oleh guru seperti pada gambar berikut. Gambar 10. Siswa Tidak Memperhatikan Siswa Lain yang Menceritakan Kembali Isi Cerita di Depan Kelas 79 Keseriusan siswa dalam menghafalkan cerita karangannya masih kurang, hal ini terbukti saat siswa diminta maju berbicara masih kurang lancar dan masih sering membaca teks cerita seperti pada gambar di atas. Selain itu, aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan siswa dalam berbicara masih dikesampingkan. Di antaranya, ketepatan tekanan dan pelafalan bunyi masih belum tepat, kosa kata diksi kurang bervariasi, kelancaran berbicara masih kurang sehingga siswa terlihat kurang menguasai topik, sikap sebagian besar siswa masih tegang. Siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model paired storytelling , hal itu terlihat dari permintaan siswa agar besok peneliti melaksanakan penelitian kembali di kelas terebut. Siswa terlihat senang meskipun kurang percaya diri saat melaksanakan praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita di depan kelas. Salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh guru adalah memberikan motivasi dan dukungan kepada siswa agar berani tampil praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita di depan kelas. Degan begitu, siswa akan lebih yakin dengan kemampuannya sendiri. 80

d. Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus I

1 Refleksi Penggunaan model paired storytelling dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I. Namun masih terdapat kekurangan yang terjadi di siklus I, di antaranya: a guru belum mengkondisikan siswa yang ramai sehingga kelas kurang kondusif, b guru masih kaku dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan model paired storytelling karena masih terbawa gaya mengajar sebelumnya, c suasana kelas kurang kondusif dan terjadi keributan saat masing-masing siswa dibagi kelompok dan menuliskan kata kunci frase kunci, d siswa asyik berbicara, melamun, dan bermain koin saat ada siswa lain yang sedang menceritakan kembali isi cerita di depan kelas, e siswa masih merasa malu dan kurang percaya diri untuk melaksanakan praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita, f rata-rata hasil tes berbicara siswa dengan menggunakan model paired storytelling pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, yakni hanya 73,91 sehingga tindakan akan dilanjutkan ke siklus II. Penggunaan model paired storytelling dapat meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara dan keterampilan berbicara pada siswa kelas VA SD Negeri Demakijo 1. 81 Peningkatan keterampilan berbicara pada siklus I sebesar 16,51, yang kondisi awal 57,40, meningkat menjadi 73,91. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 dan gambar 11 di bawah ini. Tabel 8. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I Kelas Nilai Siswa Pra Tindakan Siklus I VA 57,40 73,91 Tabel 8 di atas merupakan nilai rerata pada tindakan siklus I. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 166. Peningkatan nilai rerata dari pratindakan sampai tindakan siklus I dapat divisualisasikan dalam diagram berikut. Gambar 11. Diagram Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Pra Tindakan dan Siklus I Persentase ketuntasan keterampilan berbicara dengan menggunakan model paired storytelling pada siklus I meningkat sebesar 8 siswa atau 26,67, yang kondisi awal siswa 6 atau 20, meningkat menjadi 14 siswa atau 46,67. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini belum terpenuhi yaitu 75 dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan 73,91 57,4 10 20 30 40 50 60 70 80 Siklus I Prasiklus Pra Tindakan Siklus I 82 pembelajaran yang telah mencapai KKM keterampilan berbicara sebesar 75. Sementara itu, siswa yang tuntas KKM keterampilan berbicara pada siklus I sebesar 46,67. Dengan demikian siklus I dapat dikatakan belum berhasil, sehingga peneliti dan guru sepakat melanjutkan penelitian tindakan pada siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Kriteria Keberhasilan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I No. Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase 1 75-100 Terampil 14 46,67 2 50-74,99 Cukup Terampil 16 53,33 3 25-49,99 Kurang Terampil - - 4 0-24,99 Tidak Terampil - - 2 Revisi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Berdasarkan permasalahan yang muncul pada siklus I, guru dan peneliti merencanakan langkah yang akan diterapkan pada siklus II sebagai berikut. a Keterampilan guru dalam mengelola kelas perlu ditingkatkan karena masih terdapat siswa yang ramai dan tidak konsentrasi saat guru menjelaskan materi. b Teks cerita sebaiknya lebih banyak narasi daripada percakapan, karena siswa bingung dalam menuliskan kata kunci frase kunci. c Mengubah kegiatan pembelajaran sehingga siswa tidak hanya mencontoh cerita yang ditulis oleh temannya. d Guru menyebar pertanyaan agar siswa dapat menjawab pertanyaan secara bergiliran. 83 e Memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. f Mengumpulkan kembali teks cerita setelah siswa selesai menuliskan kata kunci, agar saat mengembangkan cerita siswa tidak terpancang teks cerita yang asli. g Membuat kesepakatan awal dengan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung supaya kelas tetap terkondisikan.

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Dokumen yang terkait

Istikhdaam Usluub Sard Al-Qishshah Bi Al-Muzaawajah (Paired Storytelling) Wa Atsaruhu Fii Ta’lim Mahaarah Al-Kalaam Ladaa Talaamiidz Al-Shaff Al-Tsaanii Bi Madrasah Jam’iyyatul Khair Al-Mutawassithah Al-Islaamiyyah

0 4 107

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA SISWA SD KELAS

22 211 224

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 0 16

PENERAPAN MODEL PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD N III SUKOHARJO KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI LEMPUYANGAN 1.

0 0 146

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN.

0 0 177

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS VB SD NEGERI KEPUTRAN I YOGYAKARTA.

1 3 181

TEKNIK PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR (Eksperimen pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tamansari Karanglewas) - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II PENERAPAN METODE PAIRED STORYTELLING DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara - EFEKTIVITAS METODE CERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (Studi Eksperim

0 2 53