83
e Memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. f
Mengumpulkan kembali teks cerita setelah siswa selesai menuliskan kata kunci, agar saat mengembangkan cerita siswa tidak terpancang
teks cerita yang asli. g
Membuat kesepakatan awal dengan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung supaya kelas tetap terkondisikan.
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II merupakan tahap penyempurnaan dari siklus I materi yang digunakan masih sama yaitu cerita anak. Berdasarkan hasil refleksi siklus I,
pelakasanaan siklus II terdapat beberapa perubahan, namun tetap pada rencana yang telah ditetapkan, yaitu tindakan dilakukan sesuai dengan jadwal dan
alokasi waktu mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VA. Tindakan dilaksanakan pada tanggal 15, 20 dan 22 Februari 2016 dengan alokasi waktu
yang sama, yaitu enam jam pelajaran atau 210 menit. Siklus II akan dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sama
dengan siklus I, namun ada perbaikan dari teks cerita yang diberikan, yaitu lebih banyak narasi daripada percakapan sehingga siswa tidak bingung
dalam menuliskan kata kunci frase kunci. Selain itu, setelah siswa menuliskan kata kunci frase kunci teks cerita dikumpulkan kembali oleh
84
guru. Hal ini dilakukan supaya siswa dalam mengembangkan cerita tidak terpaku pada teks. Materi yang akan dipelajari pada siklus II ini yaitu cerita
anak dengan judul yang berbeda dari siklus I, yaitu “Kisah Si Beruang
Kecil ”, “Kasuari dan Dara Mahkota, dan Puti Emas”, dan “Danau Emas dan
Prajur it Setianya”. Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah
sebagai berikut. 1
Menyiapakan materi ajar keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu teks cerita
“Kisah Si Beruang Kecil”, “Kasuari dan Dara Mahkota” dan “Puti Emas, Danau Emas dan Prajurit Setianya”.
2 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP bahasa Indonesia
aspek keterampilan berbicara dengan menitikberatkan pada penggunaan model paired storytelling.
3 Setiap siswa secara urut diminta mengajukan pertanyaan untuk
menanggapi cerita siswa lainnya. 4
Menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa lembar observasi guru dan siswa serta pedoman penilaian keterampilan berbicara.
5 Peneliti menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan guru
dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan
1 Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 15 Februari 2016 pada pukul 09.00-10.00 WIB dengan alokasi waktu 2×35 menit. Judul
85
cerita anak pada pertemuan pertama siklus II adalah “Kisah Si Beruang Kecil”.
a Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka. Guru mengkondisikan kelas terlebih dahulu dengan cara berhitung 1-5
dan siswa sudah siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab terkait materi pertemuan
sebelumnya. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pembelajaran, guru terlebih dahulu menjelaskan materi mengenai menentukan gagasan pokok pokok
pikiran pada suatu paragraf. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Kelompok pertama mendapatkan bagian cerita pertama dan
kelompok dua mendapatkan bagian cerita ke dua. Setelah itu, guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan. Siswa diminta membaca teks cerita yang telah diperolehnya.
Setelah itu, siswa menentukan kata kuncifrase kunci pada masing- masing paragraf dan dituliskan pada kertas kecil. Guru membimbing
siswa dalam menuliskan kata kunci. Setelah itu, atas instruksi guru siswa memberntuk kelompok baru dan duduk berpasangan dan
86
meminta siswa untuk mengumpulkan teks cerita di meja guru. Guru menjelaskan langkah selanjutnya setelah siswa duduk berpasangan.
Siswa bersama pasangannya saling membacakan kata kunci yang telah ditulisnya. Siswa mencatat kata kunci yang dibacakan
temannya untuk mengetahi kelanjutan bagian cerita yang belum diketahuinya. Teks cerita ditarik kembali oleh guru, agar saat
mengembangkan cerita siswa tidak terpacu pada teks cerita aslinya. Kemudian, siswa mengembangkan cerita menggunakan kalimat
sendiri berdasarkan kata kunci yang telah ditulisnya seperti pada gambar berikut.
Gambar 12. Siswa Mengembangkan Cerita Berdasarkan Kata Kunci Siswa diminta untuk menyiapkan diri dengan berlatih
menceritakan kembali isi cerita yang ditulis bersama pasangannya terlebih dahulu sebelum berbicara di depan kelas. Guru memberikan
motivasi kepada siswa supaya tidak malu berbicara di depan kelas. Guru menghimbau kepada siswa yang belum bercerita untuk tidak
87
ramai dan mengganggu temannya. Berikut adalah gambar siswa yang sedang berlatih menceritakan kembali isi cerita bersama pasangannya.
Gambar 13. Siswa Berlatih Menceritakan Kembali Isi Cerita Bersama Pasangannya
Guru menekankan kembali pada siswa terkait aspek-aspek yang
akan dinilai selama praktik berbicara. Semua siswa memperhatikan ketika guru memberikan penekanan mengenai aspek penilaian
keterampilan berbicara. Keberanian siswa mulai terlihat pada siklus II pertemuan pertama ini.
Praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita pertemuan pertama siklus II siswa terlihat sangat siap, hal ini
dibuktikan dengan sebagian besar siswa tampil menceritakan kembali isi cerita yang ditulis tanpa membawa teks dengan lancar, penekanan
kata tepat, ekspresif, pelafalan bunyi, dan kelancaran sudah baik seperti pada gambar di bawah ini.
88
Gambar 14. Siswa Melaksanakan Praktik Berbicara Menceritakan Kembali Isi Cerita
Siswa sudah menceritakan kembali isi cerita secara runtut sesuai teks cerita yang asli. Siswa yang belum maju dapat mempersiapkan
diri sambil memperhatikan temannya yang sedang berbicara di depan kelas. Setiap siswa secara bergantian memberikan tanggapan berupa
pertanyaan kepada siswa yang telah bercerita di depan kelas. Guru selalu memberikan penguatan pada siswa setelah melaksanakan
praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita di depan kelas dengan tepuk tangan. Di akhir praktik menceritakan
kembali isi cerita guru memberi koreksi terhadap penampilan siswa. c
Kegiatan Penutup Siswa dengan bimbingan guru guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran dan memberikan pesan moral berupa jangan menjadi seorang yang mudah menyerah, seperti dalam cerita Kisah Si Beruang
Kecil. Guru menutup pelajaran dengan salam penutup.
89
2 Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Februari 2016 pukul 09.35-10.45 WIB dengan alokasi waktu 2×35 menit.
Materi yang diberikan sama dengan pertemuan pertama pada siklus II yaitu menceritakan kembali isi cerita
anak dengan judul “Kasuari dan Dara Mahkota”.
a Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka. Guru mengkondisikan kelas terlebih dahulu dengan cara berhitung 1-5
dan siswa sudah siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab terkait materi pertemuan
sebelumnya. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan cara dituliskan di papan tulis sehingga
semua siswa dapat membacanya. b
Kegiatan Inti Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Kelompok
pertama mendapatkan bagian cerita pertama dan kelompok dua mendapatkan bagian cerita ke dua. Setelah itu, guru menjelaskan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa diminta membaca teks cerita yang telah diperolehnya.
Setelah itu, siswa menentukan kata kuncifrase kunci pada masing- masing paragraf dan dituliskan pada kertas kecil. Guru membimbing
siswa dalam menuliskan kata kunci. Setelah itu, atas instruksi guru
90
siswa memberntuk kelompok baru dan duduk berpasangan. Guru menjelaskan langkah selanjutnya setelah siswa duduk berpasangan
seperti pada gambar berikut.
Gambar 15. Guru Menjelaskan Langkah Kegiatan Pembelajaran Setelah Siswa Menuliskan Kata Kunci
Siswa bersama pasangannya saling membacakan kata kunci yang telah ditulisnya. Siswa mencatat kata kunci yang dibacakan
temannya untuk mengetahi kelanjutan bagian cerita yang belum diketahuinya. Teks cerita ditarik kembali oleh guru, agar saat
mengembangkan cerita siswa tidak terpacu pada teks cerita aslinya. Kemudian, siswa mengembangkan cerita menggunakan kalimat
sendiri berdasarkan kata kunci yang telah ditulisnya seperti pada gambar berikut.
91
Gambar 16. Siswa Mengembangkan Cerita Berdasarkan Kata Kunci Siswa diminta untuk menyiapkan diri dengan berlatih
menceritakan kembali isi cerita bersama pasangannya terlebih dahulu sebelum berbicara di depan kelas. Guru menghimbau kepada siswa
yang belum melaksanakan praktik menceritakan kembali isi cerita untuk tidak ramai dan mengganggu temannya.
Guru menekankan kembali pada siswa terkait aspek-aspek yang akan dinilai selama praktik berbicara. Semua siswa memperhatikan
ketika guru memberikan penekanan mengenai aspek penilaian keterampilan berbicara. Keberanian siswa mulai terlihat pada siklus II
pertemuan kedua ini. Siswa berani mengangkat tangan sebagai tanda kesiapan untuk menceritakan kembali isi cerita yang ditulisnya secara
lisan di depan kelas. Praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita
pertemuan kedua siklus II siswa terlihat sangat siap, hal ini dibuktikan dengan sebagian besar siswa bercerita tanpa membawa teks dengan
lancar, penekanan kata tepat, ekspresif, pelafalan bunyi, dan
92
kelancaran sudah baik. Siswa sudah menceritakan kembali isi cerita secara runtut sesuai teks cerita yang asli. Setiap siswa secara
bergantian memberikan tanggapan berupa pertanyaan kepada siswa yang telah bercerita di depan kelas. Guru selalu memberikan pengutan
pada siswa setelah melakukan praktik berbicara di depan kelas.
Gambar 17. Guru Memberikan Penguatan setelah Siswa Melakukan Praktik Berbicara
c Kegiatan Penutup
Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan pesan moral berupa jangan menjadi seorang yang mudah
menyerah, seperti dalam cerita Kasuari dan Dara Mahkota. Sebelum menyimpulkan kegiatan pembelajaran, guru bersama siswa melakukan
kegiatan tanya jawab. Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa dapat dilihat pada gambar berikut.
93
Gambar 18. Siswa dan Guru Sedang Melakukan Tanya Jawab Setelah itu guru memberikan koreksi terhadap penampilan siswa
membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran. Guru menutup pelajaran dengan salam penutup.
3 Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 22 Februari 2016 pukul 09.00-10.10 WIB dengan alokasi waktu 2×35 menit.
Materi yang diberikan sama dengan pertemuan pertama pada siklus II yaitu menceritakan kembali
cerita anak dengan judul “Putri Emas, Danau Emas, dan Prajurit Setianya
”. a
Kegiatan Awal Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka.
Guru mengkondisikan kelas terlebih dahulu dengan cara berhitung 1-5 dan siswa sudah siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru
melakukan apersepsi dengan tanya jawab terkait materi pertemuan sebelumnya. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
94
b Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pembelajaran, guru terlebih dahulu meminta siswa mencari pokok pikiran pada paragraf yang terdapat di buku
paket. Guru membagi kelas menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama mendapatkan bagian cerita pertama dan kelompok dua
mendapatkan bagian cerita ke dua. Setelah itu, guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Siswa diminta membaca teks cerita yang telah diperolehnya. Setelah itu, siswa menentukan kata kuncifrase kunci pada masing-
masing paragraf dan dituliskan pada kertas kecil. Guru membimbing siswa dalam menuliskan kata kunci. Setelah itu, atas instruksi guru
siswa memberntuk kelompok baru dan duduk berpasangan. Siswa bersama pasangannya saling membacakan atau
menceritakan kata kunci yang telah ditulisnya. Siswa mencatat kata kunci yang dibacakan temannya untuk mengetahi kelanjutan bagian
cerita yang belum diketahuinya. Teks cerita ditarik kembali oleh guru, agar saat mengembangkan cerita siswa tidak terpacu pada teks cerita
aslinya. Kemudian, siswa mengembangkan cerita menggunakan kalimat sendiri. Siswa diminta untuk menyiapkan diri dengan berlatih
menceritakan kembali isi cerita yang telah ditulis bersama pasangannya terlebih dahulu sebelum berbicara di depan kelas. Guru
memberikan motivasi kepada siswa supaya tidak malu berbicara di depan kelas. Guru menghimbau kepada siswa yang belum
95
melaksanakan praktik menceritakan kembali isi cerita yang ditulisnya untuk tidak ramai dan mengganggu temannya.
Guru menekankan kembali pada siswa terkait aspek-aspek yang akan dinilai selama praktik berbicara. Semua siswa memperhatikan
ketika guru memberikan penekanan mengenai aspek penilaian keterampilan berbicara. Keberanian siswa terlihat pada siklus II
pertemuan ketiga seperti pada gambar berikut.
Gambar 19. Siswa Mengangkat Tangan Terlebih Dahulu untuk Maju Menceritakan Kembali Isi Cerita
Praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita
yang ditulisnya pada pertemuan ketiga siklus II siswa terlihat sangat siap, hal ini dibuktikan dengan sebagian besar siswa bercerita tanpa
membawa teks dengan lancar, penekanan kata tepat, ekspresif, pelafalan bunyi, dan kelancaran sudah baik seperti pada gambar di
bawah ini.
96
Gambar 20. Siswa Melaksanakan Praktik Berbicara Siswa sudah menceritakan kembali isi cerita secara runtut sesuai
teks cerita yang asli. Siswa yang belum maju dapat mempersiapkan diri sambil memperhatikan temannya yang sedang melaksanakan
praktik menceritakan kembali isi cerita di depan kelas. Setiap siswa secara bergantian memberikan tanggapan. Guru selalu memberikan
penguatan pada siswa setelah melakukan praktik berbicara dalam bentuk menceritakan kembali isi cerita di depan kelas. Diakhir praktik
keterampilan berbicara guru memberi koreksi terhadap penampilan siswa.
c Kegiatan Penutup
Guru memberikan koreksi terhadap praktik berbicara yang telah dilakukan oleh siswa. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan
kegiatan pembelajaran dan memberikan pesan moral berupa jangan terlalu larut dalam kesedihan, seperti dalam cerita Putri Emas, Danau
Emas dan Prajurit Setianya. Guru menutup pelajaran dengan salam penutup.
97
c. Observasi
Setelah diterpkannya tindakan pembelajaran dengan menggunakan model paired storytelling dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
keterampilan berbicara pada siklus II, peneliti dan guru melakukan pengamatan dan evaluasi pelaksanaan tindakan tersebut. Hasil observasi
proses pembelajaran keterampilan berbicara adalah sebagai berikut. a
Observasi Guru Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya keterampilan berbicara dengan menggunakan model paired storytelling dengan lebih baik. Pertemuan pertama, guru melakukan
apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik. Guru menggali pengetahuan dan pemahaman siswa secara medalam dengan
menggunakan bahasa yang komunikatif. Selain itu, guru dapat mengkondisikan kelas dengan baik sehingga kelas sangan kondusif
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas dan dituliskan di papan tulis seperti pada
gambar berikut.
98
Gambar 21. Guru Menuliskan Tujuan Pembelajaran di Papan Tulis Guru dibantu peneliti dalam membimbing siswa menuliskan kata
kunci frase kunci, membacakan kata kunci frase kunci yang telah ditulis kepada pasangannya, mengembangkan cerita dari kata kuncifrase kunci,
dan berlatih menceritakan kembali isi cerita bersama dengan pasangannya. Suasana kelas terlihat lebih tenang dan mudah untuk
dikondisikan sehingga membuat siswa yang bercerita menjadi lebih fokus. Selain itu, guru juga telah melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai RPP meskipun bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan urutan kegiatan. kegiatan guru dalam membimbing siswa dapat dilihat
pada gambar berikut.
99
Gambar 22. Guru Membimbing Siswa Menuliskan Kata Kunci Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa untuk
bertanya secara urut, sehingga tidak hanya 4 siswa yang mendominasi kegiatan tanya jawab. Selain itu, guru sudah memberikan waktu yang
cukup kepada siswa untuk menjawab pertanyaan guru, mengungkapkan ide, dan pendapat. Guru selalu memberikan penguatan atau reward
berupa tepuk tangan setelah siswa melaksanakan praktik menceritakan kembali isi cerita yang ditulisnya. Pada pertemuan kedua, guru
melaksanakan pembelajaran
keterampilan berbicara
dengan menggunakan model paired storytelling dengan lebih baik. Guru
menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran dengan baik, memberikan intruksi pembagian kelompok dan pengaturan tempat duduk
siswa dengan baik sehingga saat siswa pindah tempat duduk suasana kelas tetap kondusif. Selain itu, guru sudah membimbing siswa
menuliskan kata kunci, berlatih menceritakan kembali isi cerita secara berpasangan,
dan menyimpulkan
cerita. Pada
akhir kegiatan
pembelajaran, guru sudah memberikan komentar terhadap penampilan
100
siswa, sehingga pada pertemuan selanjutnya siswa termotivasi untuk tampil lebih baik.
Pada pertemuan ketiga, guru dapat tampil lebih baik lagi. Hal ini dibuktikan dengan guru terbiasa membimbing seluruh siswa menuliskan
kata kunci dan berlatih menceritakan kembali isi cerita. Selain itu, guru juga membimbing siswa untuk menyimpulkan cerita yang dibahas hari
itu. Berdasarkan hasil pengematan yang dilakukan peneliti selama
tiga pertemuan pada siklus II ini, diperoleh persentase aktivitas guru sebesar 88,33 dengan predikat sangat baik
. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terjadi perubahan peningkatan kegiatan guru dalam
proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. b
Observasi Siswa Kegiatan pembelajaran berjalan lebih baik dari pertemuan-siklus
I. Pertemuan pertama siklus II, siswa lebih mudah dikondisikan dan antusiasme siswa meningkat saat melakukan tanya jawab dengan guru
terkait pembelajaran dengan menggunakan model paired storytelling. Siswa menanggapi pernyataan-pernyataan dari guru dan mengikuti
pembelajaran keterampilan berbicara dengan baik. Berikut adalah aktivitas siswa saat bertanya jawab dengan guru terkait cerita yang akan
dibahas.
101
Gambar 23. Antusiasme Siswa Melakukan Tanya Jawab dengan Guru Sebagian besar siswa mengaku senang dan tidak merasa bosan
belajar dalam kelompok dan dapat bertanya pada teman sekelompoknya apabila ada yang belum jelas. Siswa lebih berani dalam mengungkapkan
pendapat dan tidak kesulitan menemukan kata kunci frase kunci yang terdapat pada cerita. Siswa yang mengalami kesulitan tidak malu untuk
bertanya kepada teman satu kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok saling membantu dan bekerjasama untuk melengkapi bagian
cerita yang belum dibaca dengan cara mendengarkan kata kunci frase kunci yang dibacakan oleh pasangannya. Berikut adalah kegiatan siswa
saat membacakan kata kunci frase kunci pada pasangannya.
102
Gambar 24. Siswa Membacakan Kata Kunci Frase Kunci Pada Pasangannya Siswa menuliskan kata kunci bagian cerita yang belum dibaca.
Setelah siswa mengetahui kelanjutan cerita berdasarkan kata kunci tersebut, masing-masing siswa mengembangkan teks secara individu.
Siswa latihan bercerita dengan pasangannya masing-masing dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru yaitu ±5 menit. Setelah semuanya
sudah siap untuk dilakukan penilaian praktik berbicara, siswa secara bergiliran maju menceritakan kembali isi cerita yang ditulisnya dengan
cara mengangkat tangan terlebih dahulu. Dalam hal ini, siswa terlihat lebih berani dan percaya diri saat melakukan praktik berbicara secara
individu. Siswa aktif dalam menanggapi cerita temannya. Pertemuan kedua, masih terdapat 9 siswa yang belum
menggunakan bahasa Indonesia yang baku yang jelas, melainkan menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, terdapat 13 siswa yang tidak
memperhatikan siswa lain yang melaksanakan praktik menceritakan kembali isi cerita, di antara mereka ada yang sibuk melamun dan
berbicara dengan teman di samping kanan, kiri, depan, dan belakangnya.
103
Pertemuan ketiga, siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara dengan lebih baik.
Jumlah siswa yang berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa berkurang. Selain itu, sebagian besar siswa sudah memperhatikan siswa lain yang
melaksanakan praktik keterampilan berbicara dengan baik. Siswa lebih berani melaksanakan praktik berbicara menceritakan kembali isi cerita
dengan penuh kesungguhan dan melakukan tanya jawab. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa dapat menuliskan kata kunci
frase kunci yang terdapat pada teks cerita dengan baik dan mengembangkan cerita dengan urut sesuai dengan teks cerita yang asli.
Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik, semangat mengikutui pelajaran, dan antusias saat diminta berlatih menceritakan
kembali isi cerita bersama pasangannya. Selama praktik menceritakan kembali isi cerita, pilihan kata diksi
yang digunakan sudah beragam dan pengucapannya sudah benar. Siswa melafalkan kata dengan tepat, menggunakan bahasa baku sehingga cerita
terdengar jelas. Siswa mampu menceritakan kembali isi cerita secara runtut dan sesuai dengan teks cerita yang sebenarnya. Sebagian besar
siswa sudah berani, berbicara dengan lancar, dan tidak terputus-putus. Sikap siswa terlitat semakin ekspresif, tenang, dan tidak grogi saat
bercerita di depan siswa lain.
104
d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus II, maka dapat diperoleh hasil refleksi sebagai berikut.
1 Guru harus lebih terampil untuk menkondisikan siswa sehingga kelas
menjadi kondusif selama kegiatan pembelajaran. 2
Terdapat empat siswa yang mengganggu temannya, sehingga mengganggu konsentrasi siswa yang lainnya.
3 Saat pelaksanaan pembelajaran, siswa dapat berbicara dengan baik
sehingga tidak ada kendala yang cukup berarti. 4
Kelas menjadi lebih mudah dikondisikan setelah guru dan siswa membuat kesepakatan berupa pemberian reward dan punishment selama
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya ketermpilan berbicara berlangsung.
5 Siswa terlihat lebih berani, percaya diri, dan aktif dibandingkan dengan
siklus sebelumnya. 6
Tekanan, pelafalan bunyi, kosa kata diksi, struktur kalimat, kelancaran, penguasaan topik, keberanian, dan sikap mengalami peningkatan dari
siklus sebelumnya. 7
Pembelajaran keterampilan berbicara dalam bentuk kegiatan menceritakan kembali isi cerita yang ditulis pada mata pelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan model paired storytelling sudah dilaksanakan secara optimal dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan pada penelitian. Sebesar
105
90 siswa telah mencapai KKM dan rata-rata kelas telah mencapai 79,46. Dengan demikian, tidak perlu diadakan siklus selanjutnya.
Penggunaan model paired storytelling dapat meningkatkan proses pembelajaran keterampilan belajar siswa kelas VA SD Negeri Demakijo 1.
Pada siklus II peningkatan proses pembelajaran keterampilan berbicara terlihat dari siswa yang sudah berani bertanya dan menyatakan pendapat,
dan meningkatnya rasa percaya diri siswa saat berbicara di depan kelas. Sedangkan aktivitas guru juga mengalami peningkatan berupa penyampaian
pembelajaran menjadi lebih luwes dan menguasai langkah-langkah penerapan model Paired Storytelling, dan pengaturan waktu yang lebih
baik. Peningkatan terjadi pula pada aspek keterampilan berbicara siklus II sebesar 5,55, yang kondisi awal 73,91, meningkat menjadi 79,46. Secara
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 dan gambar 25 di bawah ini. Tabel 10. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II
Kelas Nilai Rerata
Pra Tindakan Siklus I
Siklus II VA
57,40 73,91
79,46 Tabel 10 di atas merupakan nilai rerata pada tindakan siklus II. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 170.
106
Gambar 25. Grafik Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II Persentase ketuntasan keterampilan berbicara dengan menggunakan
model paired storytelling pada siklus II meningkat sebesar 13 siswa atau 43,33, kondisi awal 14 siswa atau 46,67, meningkat menjadi 27 siswa
atau 90. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan tindakan telah mencapai target yang ditentukan yaitu 75. Berdasarkan hal-hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas telah cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan
tabel kriteria keberhasilan keterampilan berbicara siklus II dan peningkatan nilai tes berbicara siswa menggunakan model Paired Storytelling dari
pratindakan, siklus I, dan siklus II. Tabel 11. Kategori Nilai Praktik Berbicara Siswa Siklus II
No. Nilai
Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 75-100
Terampil 27
90 2
50-74,99 Cukup Terampil
3 10
3 25-49,99
Kurang Terampil -
- 4
0-24,99 Tidak Terampil
- -
79,46 73,91
57,4
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Siklus II Siklus I
Pra Tindakan
Pra Tindakan Siklus I
Siklus II
107
Tabel 12. Peningkatan Nilai Tes Berbicara Siswa Menggunakan Model Paired Storytelling dari Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
No Nama
Nilai Rata-rata KKM
Pratindakan Siklus I
Siklus II Naik
Tetap 1
ICBP 50
65 73,83
- √
2 HAG
51 72
78,83 √
- 3
RRP 50
66,5 76,67
√ -
4 AK
53 69,33
74,33 -
√ 5
APA 51
69,5 77
√ -
6 AM
53 71,17
76,17 √
- 7
BDPW 53
73,83 82,67
√ -
8 DI
52 67
73 -
√ 9
DAA 52
71,83 77,67
√ -
10 ENDS
54 77
81 √
- 11
FNP 54
75,67 78
√ -
12 IET
76 79,67
84,33 √
- 13
KA 52
77,33 78,67
√ -
14 MWAK
75 82
89,33 √
- 15
SPA 52
75,33 78,83
√ -
16 VMR
53 74,83
79 √
- 17
AS 51
66,67 76,17
√ -
18 CSA
75 79,67
84,33 √
- 19
DDA 53
72,5 75
√ -
20 DO
53 68,67
76 √
- 21
DSP 76
82,5 88,33
√ -
22 FDF
75 79,33
83,83 √
- 23
NGW 75
80,5 84,67
√ -
24 RF
54 70,83
77,33 √
- 25
SM 56
75,67 81,17
√ -
26 SIA
58 77,33
80 √
- 27
TAD 53
76,17 78,67
√ -
28 AEH
54 71,17
77 √
- 29
SAN 54
72,17 78,67
√ -
30 ADP
54 76,17
83,17 √
-
Total Nilai 1722
2217,34 2383,67
27 3
Rata-rata 57,40
73,91 79,46
B. Pembahasan Hasil Penelitian