21 e. Konsep diri yang stabil
Bila individu melihat dirinya dengan satu cara pada satu saat dan cara lain pada saat yang lain kadang-kadang menguntungkan dan kadang-
kadang tidak, individu menjadi ambivalen tentang dirinya. Untuk mencapai kestabilan seperti halnya dengan konsep diri yang
menguntungkan, orang yang berarti dalam hidupnya harus menganggap individu secara menguntungkan sebagian besar waktu.
Pandangan individu membentuk dasar bayangan cermin individu tentang dirinya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang dapat meningkatkan penerimaan diri adalah aspirasi realistis,
keberhasilan, wawasan diri, wawasan sosial, konsep diri yang stabil.
5. Pentingnya Penerimaan Diri
Penerimaan diri merupakan hal yang penting bagi setiap individu karena dapat memberikan pengaruh dalam menjalani kehidupan. Menurut
Johnson 2009: 64 juga menyampaikan pentingnya penerimaan diri, yaitu: a. The more self-accepting you are, the greater your self-disclosure
tends to be. The greater your self-disclosure, the more others accept you-and the more others accept you, the more you accept yourself.
b. Considerable evidence abounds that self-acceptance and acceptance of others are related. If you thin well of yourself, you tend to think well
of others,
22 c. The more self-accepting you are, the more you tend to assume that
others will like you, an expectation that often becomes a self-fulfilling prophecy.
Penjelasan yang disampaikan oleh Johnson menerangkan bahwa penerimaan diri itu penting karena pertama, semakin besar penerimaan diri
maka keterbukaan diri cenderung besar. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada sikap orang lain, karena semakin terbukanya seseorang
terhadap orang lain maka orang lain semakin menerima diri. Kedua, adanya keterkaitan antara penerimaan diri dan penerimaan dari orang lain,
jadi semakin mampu untuk menerima diri maka penerimaan dari orang lain juga semakin baik. Ketiga, semakin menerima diri, maka diri sendiri
cenderung menganggap orang lain menyukai diri sendiri.
6. Cara Meningkatkan Penerimaan Diri
Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik tentu melakukan cara untuk dapat meningkatkan penerimaan diri. Menurut
Johnson 2009: 63 ada lima cara untuk meningkatkan penerimaan diri, yaitu:
a. You can make conclusions about yourself on the basis of how you think other people see you. If other people like you, you tend to like
yourself. This is called reflected self-acceptance. b. You can believe that you are intrinsically and unconditionally
acceptable. This is called basic self-acceptance.
23 c. You can base your conclusions abaout your self-worth on how well
you meet external standards and expectations. This is know as
conditional self-acceptance.
It is characterized by “if-then” logic. “If I meet the external standards and expectations placed on me by other
people, then I am of value. If do not, then I an worthless. d. You can estimate how positively your attributes compare with those of
your peers. This is called self-evaluation. e. You can judge how your real self compares with your ideal self, that
is, the correspondence between what you think you are and what you think you should be. This in known as real-ideal comparison.
Cara meningkatkan penerimaan diri tersebut terdiri dari lima cara yaitu penerimaan diri pantulan, penerimaan diri dasar, penerimaan diri
bersyarat, evaluasi diri, dan pembandingan antara yang real dan yang ideal. Kelima cara meningkatkan penerimaan diri tersebut juga
disampaikan oleh A. Supratiknya 2009: 86 ada lima cara untuk membuat kesimpulan tentang harga atau nilai di mata diri sendiri
maupun orang lain: a. Penerimaan diri pantulan atau reflected self-acceptance, yaitu
membuat kesimpulan tentang diri berdasarkan penangkapan tentang bagaimana orang lain memandang. Bila pendangan orang lain
menyukai seorang individu, maka individu tersebut akan menyukai diri sendiri.
24 b. Penerimaan diri dasar atau basic self-acceptance, yaitu keyakinan
bahwa diri sendiri diterima secara intrinsik dan tanpa syarat. c. Penerimaan diri bersyarat atau conditional self-acceptance, yaitu
penerimaan diri didasarkan pada seberapa baik diri sendiri memenuhi aneka tuntutan-harapan dari pihak di luar diri sendiri.
d. Evaluasi diri atau self-evaluation, yaitu estimasi atau penilaian diri sendiri tentang seberapa positif berbagai atribut yang diri sendiri
miliki dibandingkan dengan atribut-atribut yang dimiliki oleh orang- orang lain yang sebaya dengan diri sendiri.
e. Pembandingan antara yang real dan yang ideal atau real-ideal comparison, yaitu penilaian tentang diri sendiri yang sebenarnya
dibandingkan dengan diri sendiri yang dicita-citakan. Artinya, kesesuaian antara pandangan diri sendiri tentang yang sesungguhnya
dan pandangan tentang diri sendiri yang seharusnya. Cara untuk membuat kesimpulan tentang harga atau nilai kita di
mata diri kita sendiri maupun orang lain yang disampaikan oleh A. Supratiknya memiliki kesamaan dengan yang disampaikan oleh Jhonson,
yaitu penerimaan diri pantulan atau reflected self-acceptance, penerimaan diri dasar atau basic self-acceptance, penerimaan diri
bersyarat atau conditional self-acceptance, evaluasi diri atau self- evaluation, pembandingan antara yang real dan yang ideal atau real-ideal
comparison.
25
B. Tunanetra 1. Pengertian Tunanetra