46 membayar  pajak,  menjaga  ketertiban  dan  keamanan  masyarakat,
mampu menyesuaiakan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat.
D.  Penelitian Terdahulu
1.  Hasil  penelitian  tentang “Penerimaan  Diri  pada  Laki-laki  Dewasa
Penyandang  Disabilitas  Fisik  karena  Kecelakaan ”  oleh  Arry  Avrilya
Purnaningtyas  2013  ditemukan  hasil  bahwa  subjek  dalam  menerima diri  yang  memiliki  kondisi  berbeda  pasca  kecelakaan  ternyata  lebih
dipengaruhi  oleh  situasi  pribadi  dimasa  kecil.  Masa  kecil  yang  bahagia dan  harmonis  dalam  keluarga  telah  menjadikan  subjek  sebagai  pribadi
yang  stabil  sehingga  ketika  mengalami  kecelakaan,  subjek  mempunyai modal  internal  yang  kokoh  untuk  mendorongnya  segera  pulih  dari
keguncangan pasca kecelakaan. 2.
Penelitian  tentang  “Penerimaan  Diri  pada  Narapidana  Wanita”  oleh Fauziya Ardilla dan Ike Herdiana 2013 ditemukan hasil penerimaan diri
pada narapidana wanita bergantung pada faktor yang menjadi pendukung diri  yang  positif,  dukungan  keluarga  terdekat  yang  diberikan  secara
konsisten,  adanya  sikap  menyenangkan  dari  lingkungan  baru, kemampuan social skill yang baik.
3. Penelitian tentang “Penerimaan Diri Ibu yang Memiliki Anak Tunanetra”
oleh  Levianti  Melati  2013  ditemukan  hasil  penelitian  bahwa  ketiga subjek telah berada dalam kondisi penerimaan diri. Dengan menanamkan
harapan  pada  anak-anaknya  dan  mulai  menjalani  hari-hari  dengan  lebih bersemangat  tanpa  memungkiri  ada  perasaan  negatif  yang  terkadang
47 masih  sering  muncul,  ketiga  subjek  dapat  menerima  diri  dengan  baik.
Dalam proses penerimaan diri yang dilewati oleh ketiga subjek, terdapat banyak  faktor  yang  mempengaruhi  terjadinya  penerimaan  diri  maupun
terhambatnya penerimaan diri. Faktor-faktor  yang mempengaruhi proses berjalannya penerimaan  diri tersebut  seperti adanya pemahaman tentang
diri  sendiri  yang  baik,  adanya  hal-hal  realistik  yang  terpikirkan,  tidak adanya  hambatan  dalam  lingkungan,  sikap-sikap  anggota  keluarga  yang
menyenangkan,  tidak  adanya  gangguan  emosional  yang  berat,  pengaruh keberhasilan  yang  dialami,  identifikasi  dengan  orang  yang  memiliki
penerimaan  diri  yang  baik,  adanya  perspektif  diri  yang  luas,  pola  asuh dimasa kecil yang baik.
4.  Penelitian  tentang “Mindfulness and Self-Acceptance” oleh Carson dan
Langer  2006  berdasarkan  artikel  dari  hasil  penelitian  ekplorasi  teori kesadaran  untuk  diterapkan  pada  masalah  penerimaan  diri  telah
ditemukan ada beberapa prinsip dasar teori kesadaran yang berlaku untuk penerimaan  diri,  yaitu:  the  importance  of  authenticity,  the  tyranny  of
evaluation,  the  mindfulness  of  mistakes,  the  mindlessness  of  social comparison,  the  trap  of  rigid  categories,  and  the  choice  of  self
acceptance. Selain itu diambil kesimpulan bahwa penerimaan diri adalah keputusan sadar bahwa ketika individu mengambil tanggung jawab untuk
kehidupan  diri  sendiri  dan  menyadari  bahwa  memiliki  kendali  dalam menciptakan keputusan dalam pribadi. Ketika individu melihat dunia dan
48 diri sendiri dengan penuh kesadaran, individu mampu menerima diri apa
adanya. 5.
Hasil  penelitian  tentang  “Gambaran  Penerimaan  Diri  pada  Penderita Psoriasis” oleh Aida Izzati dan Olivia Tjandra Waluya 2012 ditemukan
hasil  bahwa  sebagai  penderita  psoriasis  dua  dari  tiga  subjek  pada penelitian  ini  memiliki  penerimaan  diri  yang  baik  karena  subjek  dapat
menerima  diri  dengan  baik,  adanya  dukungan  dari  keluarga,  memiliki pemahaman  diri  yang  baik,  sadar  akan  kelebihan  dan  kekurangannya,
memiliki  harapan  yang  optimis  untuk  sembuh,  adanya  kenangan  akan keberhasilan,  perspektif  diri  yang  baik,  konsep  diri  yang  stabil.
Sedangkan  satu  subjek  tidak  dapat  menerima  diri  dengan  baik  karena psoriasis  yang  diderita  terjadi  pada  masa  remaja,  subjek  sedang
memasuki  masa  kritis  atau  masa  pencarian  jati  diri.  Selain  itu  subjek tidak  memahami  diri  dengan  baik,  tidak  adanya  kenangan  akan
keberhasilan, adanya perubahan konsep diri membuat subjek sulit untuk menerima diri.
6. Hasil  penelitian  tentang  “Meningkatkan  Penerimaan  Diri  Self
Acceptance Siswa Kelas VIII Melalui Konseling Realita di SMP Negeri 1  Bantarbolang  Kabupaten
Pemalang  Tahun  Ajaran  20122013”  oleh Akbar  Heriyadi  2013  diperoleh  hasil  bahwa  self  acceptance  siswa
sebelum  mendapat  konseling  individu  realita  termasuk  rendah  dengan prosentase  48.  Setelah  dilakukan  konseling  mengalami  peningkatan
64  dengan  demikian  terjadi  peningkatan  sebesar  16  dalam  hal
49 keyakinan  menghadapi  segala  tantangan  dalam  menghadapi  kehidupan,
menerima  kekurangan  yang  ada  pada  diri,  menerima  kritik  dan  lebih merasa kehadirannya diterima oleh orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa
konseling individu realita dapat meningkatkan self acceptance. E.  Kerangka Berfikir
Individu  yang  lahir  pada  awal  mula  memiliki  indra  penglihatan  dan dapat  berfungsi  secara  normal  dalam  perjalanan  kehidupan  mengalami
gangguan  penglihatan  yang  menyebabkan  tidak  berfungsinya  indra penglihatan  secara  normal  tentu  mengakibatkan  individu  tersebut  harus
melakukan penyesuaian. Terlebih lagi jika indra penglihatan mengalami buta total. Indra penglihatan merupakan salah satu indra yang penting dalam tubuh
manusia.  Indra  tersebut  memiliki  fungsi  untuk  melihat  keadaan  disekitar, selain  itu  membatu  untuk  mobilitas.  Istilah  umum  yang  digunakan  untuk
kondisi  individu  yang  mengalamai  gangguan  pada  indra  penglihatan  adalah tunanetra.  Berdasarkan  tingkat  gangguannya  tunanetra  dibagi  menjadi  buta
total dan yang masih mempunyai sisa penglihatan. Individu  yang  mengalami  tunanetra  total  tentu  memerlukan
penyesuaian  diri  dan  penyesuaian  sosial  dengan  kondisi  yang  dialami. Namun,  sebelum  melakukan  penyesuaian  diri  dan  penyesuaian  sosial,
individu  yang  mengalamai  tunanetra  total  harus  bisa  menerima  dirinya. Menerima diri dengan keadaan masa lalu yang dapat melihat. Menerima diri
bahwa  tidak  dapat  melihat  lagi  untuk  selamanya.  Menerima  diri  dengan
50 kualitas  baik  dan  kualitas  buruk  dalam  diri  saat  ini.  Menerima  diri  secara
positif dengan keadaan yang tunanetra total. Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan  oleh  Ryff  dan  Singer
2008:  20,  teori  rentang  hidup  menekankan  pentingnya  penerimaan  diri, termasuk  kehidupan  seseorang  dimasa  lalu.  Pembahasan  teori  rentang  hidup
manusia  menjelaskan  tahap  perkembangan  dalam  kehidupan  manusia, dimulai  dari  masa  pranatal,  masa  neonatal,  masa  bayi,  masa  awal  kanak-
kanak, masa akhir kanak-kanak, masa puber, masa remaja, masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan yang terakhir masa usia lanjut. Dari sekian banyak
masa  dalam  rentang  hidup  manusia  terdapat  masa  dimana  memerlukan banyak  penyesuaian  baik  pribadi  maupun  sosial,  yakni  adalah  masa  dewasa
dini.  Seperti  yang  disampaikan  oleh  Hurlock  2014:  246  masa  dewasa  dini merupakan  periode  penyesuaian  diri  terhadap  pola-pola  kehidupan  baru  dan
harapan-harapan sosial baru. Menurut Berk 2012: 4 bagi kebanyakan orang, masa  dewasa  awal  melibatkan  seperangkat  tugas:  meninggalkan  rumah,
menyelesikan  pendidikan,  memulai  kerja  penuh-waktu,  mandiri  secara ekonomi, memiliki jalinan intim  seksual  dan  emosional  jangka panjang,  dan
memulai  sebuah  keluarga.  Masa  inilah  yang  penuh  dengan  keputusan- keputusan  penting  yang  bila  dibandingkan  dengan  periode  hidup  lainnya
menawarkan potensi bagi kesempurnaan hidup. Mahasiswa  sebagai  individu  yang  masuk  dalam  masa  dewasa  dini
hendaknya  sudah  mampu  menerima  diri.  Sesuai  dengan  yang  disampaikan oleh Allport Feist dan Feist, 2008 : 329 individu yang dewasa menerima diri
51 apa  adanya.  Pada  penjelasan  Allport  tersebut  menerangkan  bahwa  individu
dapat  dikatakan  dewasa  apabila  sudah  mampu  menerima  diri  apa  adanya, tidak  ada  sebuah  kepalsuan  dalam  diri  atau  menutupi  sesuatu  hal  yang  ada
dalam  diri.  Menerima  diri  dengan  segala  kekurangan  dan  kelebihan  yang dimiliki,  menerima  diri  dengan  kehidupan  masa  lalu.  Dalam  hal  ini  sebagai
seorang  mahasiswa  yang  telah  masuk  pada  usia  dewasa  dini  harus  mampu melaksanakan  tugas-tugas  perkembanga  dengan  segala  hal  penyesuaian  diri
dan  penyesuaian  sosial  yang  ada.  Semakin  baik  seorang  individu  dapat menerima  diri  semakin  baik  penyesuaian  diri  dan  penyesuaian  sosialnya
Hurlock,  2011:  257-258.  Jadi  penyesuaian  diri  dan  penyesuaian  sosial sebagai  tugas  perkembangan  masa  dewasa  dini  yang  harus  dihadapi  oleh
mahasiswa adalah sebuah jalan yang mau atau tidak mau pasti akan dijalani. Jika dalam hal  menerima diri mahasiswa sebagai  individu  yang berada pada
masa  dewasa  dini  tidak  mampu  maka  penyesuaian  diri  dan  penyesuai  sosial yang  menjadi  tugas  perkembangan  tentu  akan  mengalami  hambatan.
Mahasiswa  yang  normal  secara  fisik,  seluruh  indra  dapat  berfungsi  secara normal  kadang  masih  mengalami  hambatan  untuk  dapat  menerima  diri.
Terlebih  jika mahasiswa tersebut  adalah seorang  tunanetra total seperti  yang dialamai oleh AH, BP, dan GR. Sebagai penyandang tunanetra total, AH, BP,
dan  GR  tentu  memiliki  kekurangan  dalam  hal  keberfungsian  indra penglihatan yang tidak dapat berfungsi lagi.
Keadaan  yang  dialami  oleh  AH,  BP,  dan  GR  bukanlah  sesuatu  yang dapat diterima dengan mudah. Perjalanan hidup ketiga subjek  yang dihadapi
52 memberikan berbagai pengalaman bagaimana cara untuk dapat menerima diri
dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Tentu segala hal yang terjadi pada  manusia  semua  datang  dari  Allah  SWT.  Menerima  segala  takdir  yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT bukan hal yang mudah tetapi bukan juga hal yang mustahil.  Allah SWT memberikan manusia kekurangan dan kelebihan,
termasuk kepada AH, BP, dan GR. Seperti  yang telah dijelaskan pada awal  AH, BP, dan GR mengalami
tunanetra  total  banyak  permasalahan  yang  di  alami.  Mulai  permasalahan dengan  diri  sendiri,  merasa  berbeda  dengan  lingkungan,  rendah  diri,  iri
kepada  orang  lain,  tidak  percaya  diri,  ingin  pergi  jauh  dan  tidak  bertemu siapa-siapa  lagi,  hidupnya  tidak  diterima  lingkungan,  tidak  berarti  dalam
hidup,  tidak  berani  untuk  berjalan,  sering  di  ledek  oleh  teman-teman,  hanya bisa  merepotkan  orang  lain,  tidak  ada  gunanya  untuk  hidup,  hingga  sampai
berfikiran untuk mengakhiri hidup. Berbagai  macam  permasalahan  yang  ketiga  subjek  alami  pada  waktu
awal  mengalami  tunanetra  total  merupakan  sebuah  penjelasan  bahwa sebenarnya  ketiga  subjek  belum  bisa  menerima  diri  pada  awal  mengalami
ketunanetraan. Penerimaan diri yang baik tentunya akan mendorong AH, BP, dan  GR  untuk  dapat  berdamai  dengan  masalah  yang  ketiga  subjek  hadapi.
Apakah  perdamaian  itu  sesaat  atau  selamanya?  hanya  ketiga  subjek  yang dapat  menentukan.  Bagaimana  penerimaan  diri  ketiga  subjek  sekarang?
Apakah  sudah  dapat  menerima  diri  dengan  baik  atau  sebaliknya?  atau
53 terkadang masih terpikir permasalahan yang pernah ketiga subjek alami dulu
saat awal mengalami ketunanetraan?
F.  Pertanyaan Penelitian