32 buta total atau hilang penglihatan sebagian dapat berasal dari faktor
internal dan faktor eksternal.
3. Klasifikasi Tunanetra
Menurut C. Fitriyah, dan S.A. Rahayu 2013: 46-60 dalam jurnal penelitian psikologi konsep diri pada remaja tunanetra di Yayasan
Pendidikan Anak Buta YPAB Surabaya dikatakan bahwa jumlah penderita tunanetra di Indonesia tertinggi di kawasan ASEAN. Pederita
tunanetra diperkirakan
berjumlah 3
juta, jumlah
tersebut merepresentasikan 1,5 persen dari jumlah penduduk 200 juta manusia.
Sedangkan untuk jenis klasifikasinya bermacam-macam. Menurut Faye Rogow, 1988: 34 mengklasifikasikan tunanetra atas dasar fungsi
penglihatan ke dalam lima kategori:
a. Kelompok yang memiliki penglihatan agak normal tetapi membutuhkan koreksi lensa dan alat bantu membaca.
b. Kelompok yang ketajaman penglihatannya kurang atau sedang yang memerlukan pencahayaan dan alat bantu penglihatan khusus.
c. Kelompok yang memiliki penglihatan pusat rendah, lantang penglihatan sedang, ketidakmampuan memperoleh pengalaman
akibat kerusakan penglihatan. d. Kelompok yang memiliki fungsi penglihatan buruk, kemampuan
lantang pandang rendah, penglihatan pusat buruk, dan perlu alat bantu untuk membaca yang kuat.
e. Kelompok yang tergolong buta total.
33 Sedangkan
menurut Anastasia
Widdjajantin 1996:
7 pengkalsifikasian tunanetra di kelompokkan berdasarkan:
a. Berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan Snellen Tes 1 66 m
– 616 m atau 2020 feet – 2050 feet. 2 620 m
– 660 m atau 2070 feet 20200 feet. 3 660 lebih atau 20200 lebih.
4 Individu yang memiliki visus 0 sering disebut buta. b. Berdasarka saat terjadinya kebutaan
1 Tunanetra sebelum dan sejak lahir. 2 Tunanetra batita.
3 Tunanetra balita. 4 Tunanetra pada usia sekolah.
5 Tunanetra remaja. 6 Tunanetra dewasa.
c. Berdasarkan tingkat kelemahan visual 1 Tidak ada kelemahan visual normal.
2 Kelemahan visual ringan. 3 Kelemahan visual sedang.
4 Kelamahan visual parah. 5 Kelemahan visual sangat parah.
6 Kelemahan visual yang mendekati buta total. 7 Kelemahan visual total.
34 d. Berdasarkan ketidakmampuan dalam melihat
1 Ketidakmampuan melihat taraf ringan. 2 Ketidakmampuan penglihatan taraf sedang.
3 Ketidakmampuan penglihatan pada taraf parah. Berdasarakan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
klasifikasi tunanetra berdasarkan fungsi penglihatan, tingkat ketajaman penglihatan, saat terjadinya kebutaan, tingkat kelemahan visual dan
ketidakmampuan dalam melihat.
4. Karakteristik Tunanetra