65 a.
Alamat : Jalan Imogiri No 212 Yogyakarta
b. Luas Tanah
: 13.032 M c.
Luas Bangunan : 9.774 M
d. Luas lahan dasaran
: 4.360 M e.
Kelas Pasar : I, II, III
f. Jumlah pedagang
: 1.391 Pedagang g.
Fasilitas : 1
Tempat Parkir : 3
2 Kamar MandiWC
: 4 3
Kantor Pengelola : 2
4 MasjidMushola
: 2
5 Tempat Bongkar Muat
: 3
2. Deskripsi Lembaga Yayasan Annisa Swasti
a Sejarah Berdirinya Yasanti
Yasanti adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berkiprah pada lapisan bawah grass root. Darilapisan ini, Yasanti
memilih kelompok perempuan sebagai kelompok dampingan dan salah satunya kelompok buruh gendong perempuan. Yasanti berdiri dan
tercatat sebagai badan hukum Akta Notaris Umar Syambudi, SH Nomor 5228 September 1082 dan terdaftar di Pengadilan Negeri Yogyakarta
pada hari senin tanggal 25 November dengan nomor 183824. Yasanti dapat dikategorikan sebuah yayasan yang bersifat nirlaba
yaitu organisasi yang sifatnya independen. Jauh dari campur tangan
66 politik, bersifat sukarela, tidak mencari keuntungan dan selalu konsisten
dalam mendampingi perempuan termasuk buruh gendong yang berada di Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan Yogyakarta.
Nama Yasanti adalah kepanjangan dari Yayasan Annisa Swasti yang mempunyai arti “Yayasan Perempuan Mandiri”. Yasanti lahir
berawal dari kenyataan pahit yang terungkap melalui sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswi yang mana mereka melihat
dan menelaah dunia perempuan yang dalam relaitas kesehariannya berada dalam lingkar peminggiran, subordinat, terdiskriminasi, krisis
terhadap pengalaman nilai-nilai agama, dilecehkan bahkan menjadi objek kekerasan.
Beranjak dari sebuah kegelisahan membuat hati mereka terpanggil untuk membantu para buruh gendong perempuan, maka dari
itulah melahirkan ide mendirikan sebuah lembaga yang nantinya bisa membantu para perempuan agarbisa maju serta dapat meningkatkan
kualitas hidup baik secara, keagamaan, sosial, politik, dan ekonomi. Mahasiswi yang mempelopori berdirinya Yasanti berjumlah 6 orang
perempuan, dan 6 dari mereka hingga saat ini menjadi pengurus Yasanti. Mereka itu adalahSusilowati, Sri Kusyuniati, Kumoro Dewi, Noor
Djannah Djohantini, Budi Wahyuni dan Siti Muslimah Widyastuti. Melalui pergulatan pemikiran yang tidak sederhana, Yasanti
menebarkan kiprahnya pada masyarakat lapisan bawah yang dipandang terkena imbas laju perubahan kehidupan. Dari lapisan ini Yasanti
67 menemukan pilihannya pada kelompok perempuan sebagai kelompok
dampingannya, dan pilihan ini tentu didasari oleh keprihatinan atas realitas peminggiran kaum perempuan. Kelompok dampingan Yasanti
berdiri dari kelompok remaja putus sekolah, kelompok buruh industri di Ungaran dan Sukoharjo, kelompok perempuan pramuniaga dan
kelompok buruh gendong perempuan muslimah di pasar beringharjo atau biasa disebut endong-endong.
Yasanti sendiri memulai penelitian terhadap buruh gendong perempuan muslimah pasar Beringharjo sejak tahun 1989, dan pada
tahun 1995 mulailah Yasanti secara intens menggalang solidaritas buruh gendong perempuan di pasar Beringharjo melalui serangkaian kegiatan-
kegiatan seperti: pengorganisasian yang meliputi penguatan ekonomi, menggalang kesatuan, pelayanan kesehatan, kesadaran gender, serta hak-
hak akan politik, sosial, budaya dan keagamaan. Yasanti hadir dengan tujuan agar dapat melakukan penguatan
menuju kemandirian para perempuan khususnya buruh gendong dan pekerja perempuan. Penguatan dalam arti dapat meningkatkan kualitas
hidup kaum perempuan baik secara agama, sosial, politik, dan ekonomi, meningkatkan kehidupan sosial perempuan dengan melibatkan mereka
secara langsung yang bertujuan agar tumbuhnya kesadaran untuk memperkuat dirinya sendiri baik secara ekonomi, kesehatan reproduksi,
organisasi serta kebebasannya, juga dalam bidang keagamaannya.