39 tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Menurut Kimbal Young, interaksi sosial dapat berlangsung antara
Kimbal Young dalam Abu Ahmadi, 2004: 112 1
orang-perorangan dengan kelompok atau kelompok dengan orang- perorangan
2 kelompok dengan kelompok
3 orang-perorangan
d. Proses Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain Soejono Soekanto, 2010: 57-58 1 imitasi, 2 sugesti,
3 identifikasi, 4 simpati. Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor minimal yang
menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak dengan sendiri-sendiri secara terpisah maupun
dalam keadaan tergabung.
4. Tinjauan Mengenai Buruh Gendong Perempuan di Pasar Giwangan
a. Pengertian Buruh Gendong endong-endong
Dalam UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat sedangkan
40 pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain. Berbeda dengan penjual jasa angkat barang secara mikul yang
biasanya dilakukan laki-laki dan disebut manol, endong-endong adalah sebutan bagi kaum perempuan penjual jasa angkat barang secara
menggendong di Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan Yogyakarta. Kedua-duanya sama penjual jasa angkat barang yakni berupa buah-buahan
dan sayur-sayuran, dan yang membedakan mereka kecuali jenis kelamin adalah penampilan, peralatan dan cara angkatnya. Sedangkan Pasar
Giwangan adalah salah satu Pasar induk buah dan sayur yang berada di Yogyakarta.
Dengan demikian dapat diperoleh pengertian buruh gendong adalah buruh gendong perempuan atau biasa disebut endong-endong yang bekerja
dalam penjualan jasa angkut dagangan , barang dagangan yang dibawa adalah sayuran dan buah-buahan dan tempatnya di pasar Giwangan
Yogyakarta.
b. Aktivitas Buruh Gendong
Sekitar pukul satu siang para buruh gendong perempuan sudah berdatangan di Pasar Giwangan Yogyakarta, mereka lantas berganti
pakaian serta melampirkan jarit pada bahunya sebagai pelengkap pakaian kerja mereka. Selain menggunakan jarit, mereka juga menggunakan
srumbung, serta dilengkapi pula dengan sebuah bakul yang bergaris tengah sekitar 60 cm.
41 Adapun asal darah buruh gendong yang terdapat di Pasar
Giwangan Yogyakarta berasal dari Kulonprogo, Bantul, Gunung Kidul, Boyolali, Sukoharjo dan bahkan ada yang berasal dari Klaten. Buruh
Gendong yang rumahnya jauh mereka lebih memilih mondok kos untuk mengirit biaya transport, dengan tinggal di rumah kos sekitar Pasar yang
terletak di sebelah utara Pasar Giwangan. Sedangkan yang rumahnya dekat, biasa disebut dengan pelajo. Pelajo adalah mereka yang berangkat
dari rumah ke tempat bekerjanya setiap hari. Pelajo yang jauh mempunyai beberapa alasan antara lain, mereka masih mempunyai anak-anak yang
masih kecil, masih mempunyai tanggungan orang tua yang sudah renta rumah yang harus diurus, mengurus sawah. Dan ada beberapa alasan dari
mereka yang memilih tinggal di Pasar karena mereka merasa lebih bisa menghemat biaya bahkan tidak mengeluarkan biaya.
Dalam melakukan aktivitasnya para buruh gendong perempuan ada yang bekerja sendiri, berkelompok dan ada yang bekerja dengan pedagang
juragan. Untuk yang bekerja dalam kelompok, masing-masing kelompok jumlahnya tidak menentu, ada tujuh orang, sembilan orang bahkan ada
yang lebih dari sepuluh orang. Usia bagi buruh gendong nampaknya bukan menjadi halangan
untuk tetap bekerja serta menghasilkan uang. Walaupun sudah tua mereka akan tetap menggendong di Pasar.
42 Tabel 2 Buruh Gendong Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase
1 20-40 Tahun
55 orang 50
2 41-60 Tahun
32 orang 34,58
3 61-73 Tahun
20 orang 12,7
4 73 Tahun ke atas
3 orang 2,72
Total 110 orang 100
Sumber : Dokumentasi Yasanti Sebagian besar buruh gendong yang aktif berumur 40-60 tahun,
selebihnya berumur 20-40 tahun dan umur 61-73 tahun. Sedangkan beban yang diangkat rata-rata 80-100 kg, dalam sehari mereka bisa menggendong
barang 5 sampai 6 kali. Bila diklasifikasikan sesuai dengan aktivitas perempuan dalam
seharinya, perempuan memiliki lima macam golongan kegiatan yaitu : 1 Kegiatan sehari-hari berkaitan dengan rumah tangga; 2 kegiatan mencari
nafkah pada industri rumah tangga; 3 kegiatan mencari nafkah pada kesempatan lain; 4 kegiatan sosial dan masyarakat; 5 kegiatan
individual dan istirahat. Irwan Abdullah, 2003 : 231 . Banyaknya peran yang ditanggung oleh ibu istri yang bekerja
dengan sendirinya akan menimbulkan berbagai dampak peranan ganda. Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif
maupun positif. Dampak negatif adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat yang negatif sedangkan dampak positif adalah