24 budaya itu terperinci lagi kedalam apa yang disebut norma-norma dan
norma-norma inilah yang merupakan tata kelakuan dan pedoman yang sesungguhnya untuk sebagian besar tindakan-tindakan manusia dalam
masyarakat. Bentuk yang nyata dari norma-norma itu bermacam-macam; ada yang berbentuk undang-undang, peraturan-peraturan, ketetapan-
ketetapan, aturan-aturan adat, aturan-aturan sopan-santun pergaulan dan sebagainya, masing-masing dengan fungsi–fungsinya sendiri guna mengatur
kehidupan kemasyarakatan.
norma-norma sikap
pola-pola cara berpikir
pola-pola tindakan
perilaku sosial Gambar 1. Sistem Nilai Budaya
Menurut Didin Budiman 2011 perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu kecenderungan perilaku peran
antara lain memliki sifat, 1 sifat pemberani dan pengecut secara sosial, 2 sifat berkuasa dan sifat patuh, 3 sifat inisiatif secara sosial dan pasif, 4
sifat mandiri dan tergantung. Perilaku sosial yang ditampilkan merupakan Sistem nilai budaya
Sikap
25 cerminan dari perlakuan dan pembentukan lingkungan disekitarnya, dan
perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu dalam hubungan sosialnya adalah 1 dapat diteriman atau ditolak oleh orang lain, 2 suka bergaul dan
tidak suka bergaul, 3 simpatik atau tidak simpatik, 4 sifat ramah dan tidak ramah. Sedangkan dari seggi kecenderungan perilaku ekspresif individu
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 1 suka bersaing tidak kooperatif dan kerjasama, 2 sifat agresif dan tidak agresif, 3 sifat kalem atau tenang, 4
sifat suka pamer atau menonjolkan diri. Melihat pendapat tersebut nyata bahwa berbagai bentuk dan jenis
perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang
lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok akan akan terlihat jelas diantara
anggota kelompok yang lainnya. Berdasarkan deskripsi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku sosial individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja, dan masyarakat. Apabila
lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan individu secara positif, maka seseorang akan dapat mencapai
perkembangan sosial secara matang. Namun sebaliknya apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan yang kasar dari keluarga,
lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat yang tidak baik, maka perilaku sosial individu cenderung menampilkan perilaku yang menyimpang.
26 Begitu pula halnya yang terjadi pada buruh gendong endong-
endong. Perilaku sosial yang ditampilkan merupakan cerminan dari perlakuan dan pembentukan lingkungan di sekitarnya. Dalam arti bahwa
perilaku sosial yang ditampilkan oleh buruh gendong endong-endong dipengaruhi oleh lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di dalam
keluarga, tempat kerja, dan masyarakat.
g. Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Menurut Baron dan Byrne dalam Didin Budiman: 2011
berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :
1 Perilaku dan karakteristik orang lain
Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku
seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter
sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. 2
Proses kognitif Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan
pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya.
3 Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang.
27 4
Tatar Budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin
akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda.
2. Tinjauan Mengenai Proses Sosial
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya
pola-pola kehidupan yang sudah ada. Soerjono Soekanto, 2010: 54 Proses sosial menurut J. Dwi Narwoko Bagong Suyanto 2011: 55
adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan
perilaku dalam kehidupan masyarakat. Melihat pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses sosial
adalah proses hubungan timbal balik antar manusia yang berlangsung dalam suatu jangka waktu hingga menunujukkan pola-pola pengulangan hubungan
perilaku didalam kehidupan masyarakat. Secara garis besar, proses sosial bisa dibedakan ke dalam dua jenis,
yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses sosial yang disosiatif.
28 a.
Pola Asosiatif 1
Kerja Sama Cooperation Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antara orang-
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan
terhadap kelompoknya in-group dan kelompok lainnya out-group. Ada lima bentuk kerja sama, yaitu :
a kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong
b bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih c
kooptasi cooptation, yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
d koalisi coalition, yakni kombinasi antara dua organisasi atau
lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. e
Join Ventura, kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu. 2
Akomodasi Accomodation Akomodasi merupakan suatu proses dimana orang perorangan
atau kelompok-kelompok manusia yang mulanya bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.
Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu :
29 a
untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
b mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara
waktutemporer. c
untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok- kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-
faktor sosial psikologis dan kebudayaan. d
mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah
Akomodasi sebagai proses sosial dapat berlangsung dalam beberapa bentuk. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
a coercion pemaksaan, adalah suatu bentuk akomodasi yang
prosesnya dilakukan oleh karena adanya paksaan. b
compromise kompromi adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada c
arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai kompromi dengan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua
belah pihak. d
mediation menggunakan pihak ketiga yang netral e
concilliation adalah usaha untuk mempertemukan keinginan- keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya
persetujuan bersama.