118 keikutsertaan mereka dalam kegiatan keagamaan yang dapat di aplikasikan
dalam kehidupan kesehariannya. Hal demikian seperti yang diungkapkan oleh Ibu “JMN” sebagai
berikut: “Saya selalu berusaha jujur ketika menawarkan jasa kepada
konsumen, saat menerima upah pun saya juga harus jujur kalau tadi saya sudah gendong berapa kali. Kan kita disuruh harus berperilaku
yang jujur mbak dan ikhlas mbak menerima upah berapapun” Ibu JMN, 150413
Hal serupa juga diungkapkn oleh Ibu “TMR” sebagai berikut : “kalau saya kan kerjanya kan kadang berkelompok ya mbak, kalau
dapat orderan ngeses buah itu, dan hasil upahnya kan seringnya dikasihnya jadi satu sama juragan. Ketika pembagian upah tadi ya
harus jujur harus dibagi sama rata.” Ibu TMR, 100413
Dari pernyataan di atas membuktikan bahwa kegiatan keagamaan yang endong-endong ikuti dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-
hari dan mempunyai dampak yang sangat positif terhadap nilai religiusnya. d.
Dampak Terhadap Fisik Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diperoleh
data sebagai berikut pekerjaan endong-endong yang menuntut kuatnya otot- otot tubuh sering kali membawa dampak pada kesehatan badan. Keluhan
pegal linu, ngethok-ngethok. Napas tersenggal-senggal akibat beban berat yang diangkat, otot terkilir karena tergesa-gesa. Sebagai seorang perempuan
mereka banyak mengangkat beban dengan tumpuan otot perut maka kandungan peh turun posisinya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Ibu “JMN” sebagai berikut :
119 “karena saya sering menggendong barang dagangan yang berat-berat
mbak jadi badan saya sering pegal linu, napas tersenggal-senggal, otot terkilir karena tergesa-gesa, dan saya sering peh nya turun
mbak”. Ibu JMN, 150413 Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu “SMR” sebagai berikut :
“Saya sering ngerasain pegel di daerah punggung, ngethok-ngethok, dan yang paling sering peh nya turun mbak karena kan ngangkat
beban yang sangat berat.” Ibu SMR, 170413
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan menggendong sangat berisiko dan mempunyai dampak yang tidak baik buat
kesehatan tubuh endong-endong.
C. Pembahasan
1. Perilaku Sosial Buruh Gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta
Perilaku sosial adalah tingkahlaku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat
atau perubahan dalam lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkahlaku. George Ritzer, 2011:71-72. Perubahan tingkah laku tersebut
terwujud atas dorongan dari interaksi masyarakat yang sangat kuat untuk menginginkan adanya perubahan.
Perilaku sosial endong-endongdi pasar Giwangan Yogyakarta berhubungan dengan reaksi dan tanggapan pengguna jasa yang berbeda-beda
terhadap orang lain. Reaksi tersebut terjadi di dalam keadaan sosial yang tercipta karena adanya aktivitas ekonomi antara endong-endong dengan
pengguna jasa yakni penjualan jasa barang gendongan. Ada ikatan ketergantungan diantara endong-endong dengan pengguna jasa. Aktivitas
ekonomi berlangsung dalam suasana saling mendukung dan kerjasama.
120 Selain berhubungan dengan pengguna jasa, endong-endong di pasar
Giwangan Yogyakarta juga berhubungan dengan sesama buruh endong- endong yang lainnya. Reaksi yang terjadi di dalam keadaan sosial yang
tercipta karena adanya rasa senasib dan berasal dari wilayah asal yang sama bahkan adanya hubungan kekerabatan.
Berdasarkan hasil penelitian, perilaku sosial endong-endong di Pasar Giwangan Yogyakarta tampak pada perilaku sosial endong-endong terhadap
pelanggan, perilaku sosial endong-endong terhadap sesama endong-endong, perilaku kesehatan diri dan keluarga dan perilaku di dalam aktivitas sosial
endong-endong di masyarakat daerah asal, perilaku sosial terhadap nilai religius,.
Dalam menganalisis perilaku sosial endong-endong di pasar Giwangan Yogyakarta ini dengan menggunakan teori sosiologi perilaku
sosial. Teori sosiologi perilaku membahas hubungan antara manusia dengan perilaku manusia dengan tingkah laku lingkungannya dan menekankan pada
imbalan yang mendorong perilaku. Interaksi endong-endong dengan lingkungannya terwujud dalam bidang pelayanan jasa. BF. Skinner
membedakan perilaku menjadi dua, yaitu perilaku alami innate behaviour dan operan operant behaviour. Bimo Walgito, 2007:71. Perilaku para
endong-endong di pasar Giwangan termasuk perilaku operan operant behaviour dan perilaku alami innate behaviour.
a. Perilaku operan operant behaviour karena perilaku-perilaku di atas
dibentuk melalui proses belajar. Seorang endong-endong tidak serta
121 merta langsung dapat mengetahui bagaimana cara menggendong barang
dagangan, bagaimana cara mencari barang dagangan dari pelanggan maupun konsumen, cepat, cekatan, hati-hati, rapi tidak milih-milih
barang dagangan. Hal tersebut diperoleh dari proses interaksinya dengan orang lain. Imbalan yang mendorong untuk gendong barang dagangan
adalah pemenuhan kebutuhan hidupnya, dimana hal ini dapat diperoleh melalui perilakunya sebagai endong-endong.
b. Perilaku alami innate behaviour karena perilaku yang diwujudkan
endong-endong baik dengan komunitas pasar, keluarganya serta masyarakat daerah asalnya di atas dibentuk secara alami yang dibawa
sejak lahir. Perilaku sosial yang ditampilkan yaitu berupa sikap ramah- tamah, kadang marah, lebih tenang, mengalah, nerimo, toleransi endong-
endong yang tinggi, solidaritas antar sesama endong-endong yang tinggi, saling menjaga perasaan, saling menjaga keguyuban dengan saling tolong
menolong seperti pijetan, kerokan. Dan meskipun endong-endong bekerja di dalam akivitasnya dengan masyarakat tetap berjalan dengan
baik, endong-endong tetap mempunyai keterikatan sosial dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masyarakat asalnya.
Kegiatan tersebut seperti perkawinan, kematian, sunatan, slametan, rewangan, dasawisma, PKK. Kegiatan yang bersifat ritual keagamaan
seperti pengajian agama atau yasinan. Dan kegiatan yang mempunyai unsur ekonomik, seperti kegiatan arisan. Hal tersebut diperolehnya dari
interaksi dengan orang lain tanpa memikirkan akan adanya imbalan.
122 Adapun tabel hasil penelitian mengenai perilaku sosial buruh gendong
di Pasar Giwangan Yogyakarta adalah sebagai berikut: Tabel 6 Hasil Penelitian Perilaku Sosial Buruh Gendong
Perilaku Sosial Individu
Kelompok
Perilaku Operan Operant Behaviour
• Seorang
endong- endong
tidak serta merta langsung dapat
mengetahui bagaimana cara menggendong
barang dagangan, bagaimana cara
mencari barang dagangan dari
pelanggan maupun konsumen
• Endong-endong harus
cepat, cekatan, hati-hati rapi, tidak milih-milih
barang dagangan.
• Perilaku kesehatan
yang diwujudkan endong-endong adalah
selalu membiasakan diri untuk minum jamu
jawa, kerokan, pijat.
• Perilaku religius
endong-endong diwujudkan dalam
kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin,
yasinan, berjanjen, mujadahan,
menjalankan ibadah puasa ramadhan.
• Persaingan dalam
mendapatkan barang gendongan antar
sesama buruh gendong dan manol.
• Konflik yang terjadi
merupakan kelanjutan dari persaingan dalam
• Adanya kerjasama
baik antar sesama buruh gendong,
maupun endong-
endong dengan pedagang.
• Dengan adanya
hubungan sosial maka kekompakan
antar endong-
endong jelas terlihat sehingga “ngobrol”
dan “guyonan” bersama disaat
menunggu barang gendongan.
• Bentuk akomodasi
yang dilakukan adalah adalah
dengan arbitration, yaitu dilakukan oleh
pihak ketiga yang dipilih oleh kedua
pihak dengan cara dicarikan solusi atau
jalan keluar dengan dibantu oleh
pengurus dari Yasanti.
• Asimilasi, proses
asimilasi sebagai hasil tindak lanjut
dari proses akomodasi endong-
endong
dan pedagang di pasar
Giwangan Yogyakarta sudah