Perilaku Sosial Buruh Gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta

86 memuaskan terhadap konsumen merupakan salah satu modal untuk mendapatkan lebih banyak pelanggan terhadap pelanggan. Para endong-endong dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan maupun konsumen mempunyai kiat-kiat tersendiri. Antara lain ramah, aktif mencari, menawarkan dan meminta barang gendongan kepada para pedagang atau pembeli lepas konsumen. Hal ini seperti penuturan Ibu “SMR” sebagai berikut: “kiat dalam memberikan pelayanan kepada konsumen ya kita harus ramah, murah senyum, aktif mencari, menawarkan dan meminta barang gendongan sama pedagang, hati-hati mbak” SMR, 170413 Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu “JMN” adapun kiat-kiat yang dilakukan agar mendapatkan banyak pelanggan adalah sebagai berikut: “Sebenarnya caranya mudah mbak, kalau saya harus ramah, murah senyum dengan konsumen, harus cepat, cekatan, jujur, hati-hati dan tidak pilih-pilih barang gendongan dan mau dibayar berapapun” JMN, 150413 Hal lain juga diungkapkan oleh ibu “SNH” selaku pedagang di pasar Giwangan Yogyakarta sebagai berikut: “Saya menjadi pedagang kan sudah lama mbak, jadi untuk membantu membawakan barang dagangan saya selalu menggunakan jasa gendong yang tetap mbak. Ya karena sudah kenal lama jadi saya sudah percaya sama mbok gendong “JMN” orangnya juga ramah, cekatan, cepat, bertanggungjawab, jujur, sangat hati-hati dan gak suka milih-milih barang gendongan mbak.” SNH, 200413 Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar endong-endong telah mengetahui cara-cara pelayanan yang telah dilakukan untuk menarik konsumen maupun pelanggan. Adapun kiat-kiat yang dilakukannya adalah endong-endong harus bersikap ramah, murah senyum, 87 cepat, jujur, cekatan, jujur, hati-hati saat membawa barang gendongan, tidak pilih-pilih barang gendongan, mau dibayar berapapun dan adanya kepercayaan. Pada umumnya endong-endong berusaha bekerja dan memberikan pelayanan sebaik mungkin tanpa mempedulikan upah yang akan diterimanya, walaupun kemudian seringkali mereka kecewa dengan upah yang diperolehnya. Selain itu, perilaku sosial endong-endong yang dinampakkan ketika menawarkan jasa kepada konsumen. Hal ini tampak pada waktu kegiatan tawar menawar barang gendongan dengan konsumen. Ketika menawarkan jasa gendongan, endong-endong akan bergerombol dan berebutan dengan aktif mencari dan menawarkan jasanya. Para endong-endong tidak akan berhenti menawarkan jasanya kepada konsumen dengan terus menerus mengikuti pembeli maupun konsumen sampai mau menggunakan jasanya. Sikap yang ditunjukkan endong-endong adalah dengan ramah tamah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “SMR” :”Melayani konsumen atau pembeli ya harus dengan ramah, murah senyum, bahasanya sopan, tidak milih-milih barang gendongan mbak” SMR, 170413. Dari kegiatan tawar menawar dan mencari barang gendongan ini kadang-kadang menimbulkan suatu sikap yang ditunjukkan oleh endong-endong atas reaksinya berinteraksi dengan konsumen. Misalnya ketika konsumen ditawari jasa gendongan dan tidak mau memakai jasa endong-endong tersebut, maka para endong-endong ada yang menunjukkan sikap kekecewaannya dengan marah-marah atau 88 mengumpat dan wajahnya menjadi tidak bersahabat, tetapi ada juga diam, nerimo tanpa menunjukkan reaksi apapun. a. Perilaku sosial endong-endong terhadap sesama endong-endong di pasar Giwangan Yogyakarta Perilaku sosial endong-endong juga terlihat dalam melakukan aktivitasanya bersama endong-endong lainnya. Endong-endongdalam beraktivitas ada yang berkelompok dan ada yang individualsendirian. Biasanya endong-endong mempunyai lokasi tempat mangkal masing-masing, artinya jika ada lokasi wilayah tertentu yang ramai disitulah dapat ditemukan endong-endong. Sebagian penghuni yang mangkal dalam satu wilayah biasanya mempunyai hubungan kekeluargaan atau hubungan sosial berdasarkan kesamaan daerah asal. Dengan adanya hubungan keluarga ataupun hubungan sosial yang terjadi di suatu wilayah tempat mangkal ini, maka kekompakan antar endong-endong jelas terlihat sehingga “ngobrol” dan “guyonan” bersama di saat-saat menunggu “barang gendongan” merupakan pemandangan yang selalu nampak sehari-hari.Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “TMR” sebagai berikut ini: “Biasanya kalau kerja kan sudah dibagi-bagi mbak punya tempat mangkal sendiri-sendiri. Kelompoknya biasanya ya karena ada hubungan keluarga dan berasal dari daerah yang sama jadikan sudah kenal mbak jadi kalau mau ngobrol sama guyon bareng itu enak dan nyambung mbak sambil menunggu barang gendongan.” TMR, 100413 Pada siang hari antar pukul 13.00 – 16.30 WIB, biasanya endong- endong banyak mendapatkan order. Pada waktu tersebut biasanya terjadi bongkar muat dibagian sayur. Sedangkan menjelang maghrib sudah mulai 89 berkurang. Pada saat tidak ada orderan atau pada saat endong-endong beristirahat ditempat mangkalnya seperti di warung minummakan, masjid atau kios-kios ynag tidak ditempati oleh para pemiliknya. Sambil beristirahat endong-endong minum, bercanda dan membicarakan pengalamannya selama bekerja dengan teman-temannya. Ada juga endong-endong yang beritirahat dengan dengan cara berbaring untuk sekedar ngelok boyok menggeliatkan punggung, ngeliyepsekedar tidur-tiduran, pijetan, bahkan ada yang kerokan diantara endong-endong. Seperti yang dituturkan oleh Ibu “SMR” sebagai berikut: “biasanya kalau istirahat ya bareng-bareng gini mbak, kita bisa bercanda, berbagi pengalaman, istirahat bentar sekedar ngelok boyok menggeliatkan punggung, pijetan, kerokan, meluruskan badan. Nanti kalau badan sudah enak ya kembali beraktifitas lagi mbak.” SMR, 170413 Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu “JMN” sebagai berikut: “kalau pas istirahat kita bisa ketemu sama teman-teman yang lainnya mbak, kita guyonan, ngobrol berbagi pengalaman, pijetan, kerokan, melakukan sholat, ngliyep sekedar tidur-tiduran. JMN, 150413 Pola domisili endong-endong yang bekerja di Pasar Giwangan Yogyakarta sangat bervariatif. Sebagian diantaranya ada yang memilih nglajo, kost dan sebagian endong-endong ada yang memilih tidur di pasar. Karena aktivitas pasar berlangsung 24 jam, maka endong-endong pun mengikuti masa hidupnya di pasar. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kebanyakan endong-endong berasal dari daerah pedesaan yang jauh dari Kota Yogyakarta. 90 b. Perilaku endong-endong terhadap kesehatan dan keluarga Pekerjaan endong-endong yang menuntut kuatnya otot tubuh sering kali membawa dampak pada kesehatan badan secara umum. Keluhan pegal linu, ngethok-ngethok, napas tersenggal-senggal akibat beban berat yang di angkatnya, merupakan hal yang biasa. Untuk saat ini keluhan yang terkait dengan bidang pekerjaan endong-endong antara lain otot-otot terasa sakit dan kaku terutama di bagian kaki, siku dan punggung. Kondisi ini muncul selain akibat mengangkat beban berat bahkan bisa melebihi 1 kwintal juga terjadi jika endong-endong melakukan pekerjaan tanpa perhitungan, dan tergesa- gesa. Akibat yang terjadi adalah otot terkilir. Selain itu karena sebagai seorang perempuan endong-endong banyak mengangkat beban dengan tumpukan otot perut maka kandungan peh turun posisinya. Hal ini menjadi kasus yang umum dialami semua endong-endong. Turunnya letak kandungan ini terjadi akibat sewaktu mengangkat beban berat otot bagian perut tidak diikat dengan stagen secara baik. Kesadaran bahwa modal utama endong-endong yaitu kesehatan membawa dampak bahwa endong-endong akan menjaga kesehatannya menurut kebiasaan yang telah endong-endong jalani sebelumnya. Perilaku kesehatan yang diwujudkan endong-endong adalah selalu membiasakan diri untuk selalu minum jamu jawa. Jamu selain dimaksudkan untuk menjaga kebugaran, pengobatan suatu gejala penyakit, juga diambil manfaatnya untuk menambah kekuatan tubuh atau mengembalikan stamina ynag mengendur. Hal ini dikemukakan oleh Ibu “JMN” sebagai berikut: 91 “untuk menjaga kesehatan saya selalu minum jamu mbak, jamu yang langsung diperas seperti, sawan tahun, cabe puyang, beras kencur, pahitan, galian singset. Kalau kelelahan sama masuk angin saya kerokan sama pijat mbak. Kalau sakitnya lama gak sembuh ya saya baru periksa ke dokter.” JMN, 150413 Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu “SMR” sebagai berikut: “kalau saya untuk menjaga kesehatan selalu minum jamu mbak, jamu yang sering saya minum ada pahitan, galian singset, cabe puyang dan kunir asem. Selain jamu saya juga kerokan sama pijat mbak kalau lagi masuk angin dan kelelahan. Biasanya pehkan sering turun mbak saya pijat ke dukun urut mbak buat mengembalikan ke posisi semula malalui pijatan. Sama yang paling penting istirahat yang cukup.” SMR, 1770413 Oleh karena itu dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku yang dilakukan endong-endong untuk menjaga kesehatan atau perawatan diadalah dengan cara minum jamu yang di peras langsung karena endong-endong meyakini jamu yang diperas langsung dianggap lebih manjur daripada jamu bubuk dari pabrik yang tinggal disedu dengan air sebelum diminum, kerokan, pijat serta istirahat yang cukup agar kekuatan tubuhnya kembali sehat seperti semula. Namun apabila pengobatan pertama tidak membawa hasil endong-endong akan periksa ke puskesmas, atau klinik yang ada di sekitar rumah tinggalnya. Perilaku sosial yang ditunjukkan bagi para pelajo maupun endong- endong yang kost ada semacam kewajiban membawa oleh-oleh setiap pulang ke rumah. Oleh-oleh bagi endong-endong adalah salah satu bukti eksistensinya dalam sehari bekerja biasanya berupa lauk-pauk, sayuran, maupun panganan bagi endong-endong yang masih mempunyai anak-anak. Pembelian oleh-oleh ini tidak mesti dilakukan di pasar, sebagian diantara 92 endong-endong lebih menyukai dan membeli di warung-warung sekitar desanya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ibu “TMR” sebagai berikut: “biasanya saya kalau pulang gak nentu mbak, kadang 3 hari sekali pulang, kadang seminggu sekali pulangnya. Dan biasanya kalau pulang ya harus membawa oleh-oleh buat keluarga di rumah mbak agar keluarga saya senang dan oleh-oleh ini juga sebagai bukti hasil kerja saya di pasar mbak.” TMR, 100413 Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu “SDH” sebagai berikut: “nek wangsul saking peken geh kudu mbetakake oleh-oleh mbak kagem keluarga kulo ten ndalem. Nopo maleh kulo gadhah putu tasih alit-alit. Geh biasane oleh-oleh sing dibeto niku wonten lauk, sayuran nopo panganan-panganan niku mbak. kalau pulang dari pasar ya saya harus membawakan oleh-oleh buat keluarga saya dirumah mbak. Apalagi saya punya cucu yang masih kecil-kecil. Biasanya oleh-oleh yang dibawa ada lauk, sayuran sama panganan. SDH, 100413 c. Perilaku sosial endong-endong dalam aktivitas sosial di masyarakat Perilaku sosial endong-endong di pasar Giwangan Yogyakarta juga tampak dalam aktivitas sosialnya yang dilakukan di dalam kehidupan ber masyarakat. Endong-endong yang dalam kesehariannya bekerja dan hidup di pasar serta bekerja 6-10 jam bahkan rata-rata ada yang hampir 24 jam setiap hari, relatif tidak memiliki waktu luang diluar waktu yang leluasa. Sebagian besar memanfaatkan waktu luang di luar waktu kerja untuk beristirahat, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik, dan membatu pekerjaan suami. Dari keterbatasan waktu ini menyebabkan keterlibatan sosial terutama interaksi sosial endong-endong di tempat tinggal mereka tidak begitu menonjol di masyarakat, sehingga mereka lebih banyak menjadi penerima dari berbagai keputusan di lingkungan masyarakatnya. Namun demikian sebagaimana anggota masyarakat lainnya, mereka tetap mempunyai 93 keterikatan sosial dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masyarakat asalnya. Kegiatan tersebut seperti perkawinan, kematian, sunatan, slametan, rewangan, dasawisma, PKK. Kegiatan yang bersifat ritual keagamaan seperti pengajian agama atau yasinan. Dan kegiatan yang mempunyai unsur ekonomi, seperti kegiatan arisan. Berdasarkan hasil penelitian pada endong-endongdi pasar Giwangan Yogyakarta menyatakan bahwa kehidupan pekerja perempuan tidak dapat lepas dari lingkungan sosial yang ada di dusun mereka. Pekerja perempuan adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia yang lain. Sebagai makhluk sosial mereka juga harus berinteraksi dengan makhluk sosial yang lainnya. Kegiatan sosial yang terbentuk dalam kehidupan para endong-endong. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kebersamaan serta agar silaturahmi tetap terjalin. Kegiatan sosial tersebut terwujud dalam beberapa kegiatan, yaitu : 1 Kegiatan Arisan Kegiatan arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang dalam jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan, kemudian dilakukan pengundian. Kegiatan ini rutin diikuti endong-endong setiap hari Minggu. Biasanya diadakan di tempat sekretaris desa. Kegiatannya diadakan sore hari. 2 Kegiatan Keagamaan Kegiatan keagamaan yang berhubungan dengan kerohanian juga tidak terlepas dari kehidupan pekerja endong-endong. Kegiatan keagamaan 94 yang mereka ikuti antara lain pengajian rutin, yasinan, dan berjanjen. Pengajian rutin ini dilaksanakan setiap seminggu sekali yaitu setiap hari rabu malam. Ada juga pengajian rutin yang dilaksanakan setiap 35 hari sekali yaitu hari Jum’at Pon dan Jum’at Pahing. Kegiatan pengajian rutin ini biasanya dilaksanakan malam hari setelah isyak di masjid. Kegiatan yasinan dilaksanakan setiap seminggu sekali yaitu malam jumat. Kegiatan yasinan dilaksanakan malam hari dari pukul 20.00-21.30. Sedangkan berjanjen dilaksanakan setiap 35 hari sekali setiap hari Ahad Pon. Biasanya dilaksanakan dari pukul 20.00-23.00. Hal yang telah dijabarkan di atas sesuai dengan apa yang telah diungkapkan oleh pekerja perempuan dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut: “Kegiatan sosial di kampung ada arisan, pengajian rutin setiap 35 hari sekali jatuhnya hari jumat pon sama sama jumat pahing, yasinan, pengajian rutin seminggu sekali juga ada mbak setiap malam kamis jam 20.00-21.30”. Ibu TMR, 100413 “Untuk kegiatan-kegiatan kampung seperti PKK, Dasawisma, arisan, pengajian ya saya berangkat mbak kan biasanya diadakannya pas malam hari. Kegiatan yasinan dilaksanakan setiap seminggu sekali yaitu malam jumat. Kegiatan yasinan dilaksanakan malam hari dari pukul 20.00-21.30. Berjanjen dilaksanakan setiap 35 hari sekali setiap hari Ahad Pon. Biasanya dilaksanakan dari pukul 20.00-23.00”. Ibu JMN, 150413 3 Kegiatan Keorganisasian Jenis organisasi yang ada diikuti oleh pekerja perempuan antara lain PKK, Dasawisma, Posyandu. PKK adalah kegiatan yang mengandung unsur ekonomik dalam rangka untuk mensejahterakan keluarga. Dasawisma 95 adalah perkumpulan ibu-ibu yang lebih banyak berisi tentang musyawarah serta penyuluhan-penyuluhan dari pemerintah. Arisan juga terdapat dalam kegiatan PKK dan Dasawisma tersebut. Posyandu adalah pos pelayanan terpadu yang melayani masalah yang berhubungan dengan balita seperti timbangan bayi, pemberian imunisasi, penyuluhan ASI, dan sebagainya. Jabatan endong-endong dalam organisasi kemasyarakatan sebagian besar adalah sebagai anggota saja. Tetapi ada juga endong-endong yang menjabat sebagai kader posyandu dalam masyarakat. 4 Kegiatan Perkawinan Suatu peristiwa yang tidak heran lagi ketika seorang warga masyarakat mempunyai hajat perkawinan dan dalam pelaksanaannya melibatkan banyak warga masyarakat, tetangga dan juga sanak saudaranya. Aktivitas tolong menolong saat peristiwa perkawinan terlihat saat menjelang acara resepsi perkawinan. Biasanya aktivitas tolong menolong seperti ini disebut warga dengan istilah rewang. Dalam peristiwa perkawinan memiliki tahap pelaksanaan yang dianggap penting yaitu saat akad nikah. Menjelang akad nikah berlangsung, jauh-jauh hari biasanya ibu-ibu mendapatkan undangan. Dari undangan ini membuat ibu-ibu datang ke acara resepsi untuk menyumbang. Sumbangan ini adalah salah satu bentuk tolong- menolong yang bertujuan untuk meringankan beban yang punya hajat. 5 Kegiatan Kematian Kematian adalah peristiwa yang pasti dialami oleh setiap manusia. Peristiwa ini juga banyak melibatkan warga masyarakat. Bagi tetangga 96 sekitar dan saudara tanpa dimintapun pasti datang ke tempat keluarga yang terkena musibah tersebut untuk memberikan bantuan baik secara materiil atau spiritual. Hadirnya orang-orang ke tempat keluarga yang terkena musibah kematian biasanya disebut dengan takziyah. Tolong menolong yang terjadi di sini biasanya bersifat meringankan beban kesedihan keluarga yang ditinggalkan. Apabila kegiatan sosial seperti perkawinan ataupun kematian ini dilaksanakan pas hari-hari dimana endong-endong bekerja, biasanya endong-endong meninggalkan pekerjaanya sementara waktu untuk mengikuti kegiatan sosial tersebut. Mereka berangkat setengah hari lalu pulang, kalau tidak endong-endong terpaksa untuk libur sementara waktu. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh endong-endong, sebagai berikut: “kalau ada hajatan atau takziah saya berangkat setengah hari nanti mbak, kalau bantu-bantu di tempat hajatan tergantung, kalau saudara biasanya saya libur sampai satu minggu tetapi kalau cuma tetangganya ya paling libur satu hari”. Ibu JMN, 150413 “kalau rewang-rewang gitu kalau tetangga dekat yang punya hajat saya pulang berangkat rewang. kalau ada hajatan, kalau jauh ya saya cuman ijin sehari buat rewang sama nyumbang” Ibu TMR, 100413 “Kulo tumut kegiatan rumiyen nek sampun rampung kulo bali ten pasar gendong mbak” Ibu “SDH” saya ikut kegiatan dulu, kalau sudah selesai kembali kerja gendong mbak. SDH, 100413 Hal ini berati dalam perilaku sosial endong-endong dengan masyarakat asalnya dapat diwujudkan sebagai berikut, masih sangat kental rasa kerukunan, kekeluargaan dan budaya saling tolong menolong di antara 97 sesama anggota masyarakat, karena pada dasarnya mereka adalah makhluk sosial yang hidup bersama anggota masyarakat, karena pada dasarnya endong-endong adalah makhluk sosial yang hidup bersama dan saling membutuhkan satu sama lain. d. Perilaku Sosial Endong-endong Terhadap Religius Kegiatan keagamaan yang berhubungan dengan kerohanian juga tidak terlepas dari kehidupan pekerja endong-endong. Kegiatan keagamaan yang mereka ikuti antara lain pengajian rutin, yasinan, dan berjanjen. Pengajian rutin ini dilaksanakan setiap seminggu sekali yaitu setiap hari rabu malam. Ada juga pengajian rutin yang dilaksanakan setiap 35 hari sekali yaitu hari Jum’at Pon dan Jum’at Pahing. Kegiatan pengajian rutin ini biasanya dilaksanakan malam hari setelah isyak di masjid. Kegiatan yasinan dilaksanakan setiap seminggu sekali yaitu malam jumat. Kegiatan yasinan dilaksanakan malam hari dari pukul 20.00-21.30. Sedangkan berjanjen dilaksanakan setiap 35 hari sekali setiap hari Ahad Pon. Biasanya dilaksanakan dari pukul 20.00-23.00.Dan setiap hari jumat ikut belajar iqra si pasar Giwangan yang di adakan oleh Yasanti. Hal yang telah dijabarkan di atas sesuai dengan apa yang telah diungkapkan oleh pekerja perempuan dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut: “Kegiatan sosial di kampung ada arisan, pengajian rutin setiap 35 hari sekali jatuhnya hari jumat pon sama sama jumat pahing, yasinan, pengajian rutin seminggu sekali juga ada mbak setiap malam kamis jam 20.00-21.30 . Selain itu saya juga ikut belajar iqra di pasar mbak setiap hari jumat”. Ibu TMR, 100413 98 “Untuk kegiatan-kegiatan kampung seperti PKK, Dasawisma, arisan, pengajian ya saya berangkat mbak kan biasanya diadakannya pas malam hari. Kegiatan yasinan dilaksanakan setiap seminggu sekali yaitu malam jumat. Kegiatan yasinan dilaksanakan malam hari dari pukul 20.00-21.30. Berjanjen dilaksanakan setiap 35 hari sekali setiap hari Ahad Pon. Biasanya dilaksanakan dari pukul 20.00-23.00”. Ibu JMN, 150413 Ketika waktu sholat tiba, sebagian endong-endong pun tidak ketinggalan untuk melaksanakan sholat lima waktu di pasar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “JMN” sebagai berikut : “Alhamdulillah mbak meskipun kerja di pasar saya juga tetap melaksanakan sholat lima waktu di musholla, ya kalau pas waktu sholat ya saya langsung ke musholla nanti berhenti gendongnya. Kalau pas ramadhan saya juga tetep puasa mbak” Ibu JMN, 150413 Hal serupa juga di kemukakan oleh Ibu “SDH” sebagai berikut : “nek sampun wedale sholat mireng adzan geh langsung mlampah wonten musholla mbak, leren gendongi barang sholat rumiyen. Nek ramadhan geh kulo siam mbak, eman-eman nek mboten saget siam. kalau sudah waktunya sholat, dengar suara adzan ya langsung jalan ke musholla mbak, berhenti gendong barang sholat dulu. Kalau pas bulan ramadhan saya juga puasa mbak, sayang kalau gak bisa puasa Ibu SDH, 100413 Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku religius endong-endong diwujudkan dalam kegiatan keagamaan yang di ikuti oleh endong-endong, seperti pengajian rutin, yasinan, berjanjen, mujadahan. Selain itu mereka juga mengikuti pembelajaran iqra yang diadakan oleh Yasanti di pasar. Menjalankan ibadah puasa ramadhan. Ketika waktu sholat tiba, sebagian dari endong-endong bergegas menuju musholla yang terdapat di pasar Giwangan. Ini jelas tergambar bahwa adanya implikasi terhadap pengalaman nilai-nilai keagamaan khusunya dalam menjalankan sholat lima 99 waktu.Dalam menganalisis perilaku sosial endong-endong di pasar Giwangan Yogyakarta ini dengan menggunakan teori sosiologi perilaku sosial. Teori sosiologi perilaku membahas hubungan antara manusia dengan perilaku manusia dengan tingkah laku lingkungannya dan menekankan pada imbalan yang mendorong perilaku. Interaksi endong-endong dengan lingkungannya terwujud dalam bidang pelayanan jasa. BF. Skinner membedakan perilaku menjadi dua, yaitu perilaku alami innate behaviour dan operan operant behaviour. Bimo Walgito, 2007:71. Perilaku para endong-endong di pasar Giwangan termasuk perilaku operan operant behaviour dan perilaku alami innate behaviour. a. Perilaku operan operant behaviour karena perilaku-perilaku di atas dibentuk melalui proses belajar. Seorang endong-endong tidak serta merta langsung dapat mengetahui bagaimana cara menggendong barang dagangan, bagaimana cara mencari barang dagangan dari pelanggan maupun konsumen, cepat, cekatan, hati-hati, rapi tidak milih-milih barang dagangan, Hal tersebut diperoleh dari proses interaksinya dengan orang lain. Imbalan yang mendorong untuk gendong barang dagangan adalah pemenuhan kebutuhan hidupnya, dimana hal ini dapat diperoleh melalui perilakunya sebagai endong-endong. b. Perilaku alami innate behaviour karena perilaku yang diwujudkan endong-endongbaik dengan komunitas pasar, keluarganya serta masyarakat daerah asalnya di atas dibentuk secara alami yang dibawa sejak lahir. Perilaku sosial yang ditampilkan yaitu berupa sikap ramah- 100 tamah, kadang marah, lebih tenang, mengalah, nerimo, toleransi endong- endong yang tinggi, solidaritas antar sesama endong-endong yang tinggi, saling menjaga perasaan, saling menjaga keguyuban dengan saling tolong menolong seperti pijetan, kerokan. Dan meskipun endong-endong bekerja di dalam akivitasnya dengan masyarakat tetap berjalan dengan baik, endong-endong tetap mempunyai keterikatan sosial dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masyarakat asalnya. Kegiatan tersebut seperti perkawinan, kematian, sunatan, slametan, rewangan, dasawisma, PKK. Kegiatan yang bersifat ritual keagamaan seperti pengajian agama atau yasinan. Dan kegiatan yang mempunyai unsur ekonomik, seperti kegiatan arisan.Hal tersebut diperolehnya dari interaksi dengan orang lain tanpa memikirkan akan adanya imbalan.

2. Proses Sosial Buruh Gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta

Berdasarkan hasil observasi di objek penelitian yaitu di pasar Giwangan Yogyakarta, proses sosial sosial buruh gendong baik dengan sesama buruh gendong maupun dengan pedagang juragan sudah terjalin dengan baik. Hal ini tampak pada kehidupan sehari-hari para buruh gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta. Adapun proses sosial buruh gendong endong-endong antara lain sebagai berikut : a. Kontak Sosial Kontak sosial merupakan perilaku individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si perilaku dan si penerima membalas aksi itu dengan reaksi. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung 101 dan tidak langsung. Kontak sosial secara langsung adalah kontak sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialog antara kedua belah pihak, sedangkan kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantara. Kontak sosial yang terjadi antar sesama buruh gendong dan pedagang juragan di pasar Giwangan Yogyakarta pada umumnya terjadi secara langsung dimana para buruh gendong dan pedagang juragan melakukan kontak sosial dengan cara bertegur sapa, saling menanyakan kabar, tawar- menawar upah gendongan, menawarkan jasa gendongan, mengobrol dan bercanda di saat buruh gendong beristirahat. b. Komunikasi Komunikasi terjadi apabila seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak badan atau sikap, perasan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Komunikasi yang terjalin antar sesama buruh gendong dan pedagang juragan di pasar Giwangan Yogyakarta menggunakan bahasa jawa ngoko apabila berkomunikasi dengan orang sebaya dan menggunakan bahasa jawa krama apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan dengan para pedagang juragan karena mereka menghormati para pedagang atau pengguna jasa gendongan. 102 Berdasarkan hasil observasi diatas menunjukkan bahwa kontak sosial dan komunikasi merupakan kunci utama dalam interaksi sosial karena kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat dari proses terjadinya interaksi sosial.

3. Interaksi Sosial Yang Dilakukan Buruh Gendong di Pasar Giwangan

Yogyakarta Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial. Dimana interaksi sosial sebagai awal permulaan proses sosial adalah saling mempengaruhi yang melibatkan suatu sistem nilai atau sikap yang pada akhirnya akan membentuk pola yang berwujud sikap atau tindakan dari individu pada masyarakat tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja sebagai buruh gendong masih berstatus sebagai ibu rumah tangga dan memiliki peran ganda yaitu sebagai perempuan yang bekerja dan juga sebagai ibu rumah tangga. Sebagai orang yang hidup di lingkungan masyarakat mereka juga masih memiliki peran dalam masyarakat. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi buruh gendong di sini bekerja terutama untuk membantu suami mencari nafkah dan menambah penghasilan. Selain itu mereka bekerja karena paksaan atau tuntutan yang mengharuskan mereka bekerja yang disebabkan mereka harus menjadi tulang punggung untuk keluarga. Menurut Herbert Blumer, manusia mengetahui sesuatu, menilai sesuatu, memberi makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu. Margaret M Poloma, 2004:261. Dengan demikian seseorang itu 103 tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga dengan dirinya sendiri. Makna dalam kehidupan para endong-endong misalnya cara agar mendapatkan barang gendongan. Endong-endong sibuk mencari gendongan masing-masing dengan aktif menawarkan jasa, mengejar kendaraan yang membawa dagangan, bahkan berdesak-desakan memperebutkan barang gendongan, ini adalah proses interaksi dengan diri sendiri. Mereka akan belajar dengan sesama endong-endong lainnya dengan menggunakan simbol dan isyarat. Simbol yang mereka gunakan dalam berinteraksi dengan sesama endong-endong dan pedagang adalah bahasa. Antar sesama endong-endong dan endong-endong dengan pedagang atau pengguna jasa menggunakan Bahasa Jawa dalam berinteraksi. Dan simbol ini berada dalam proses yang kontinue. Makna tersebut akan disempurnakan ketika proses interaksi sosial berlangsung, yaitu kerjasama antar endong-endong dan dengan pedagang yang terjadi ketika melayani pengguna jasa atau saat bekerja menggendong. Pola interaksi dalam kegiatan atau bekerja di Pasar Giwangan Yogyakarta terbentuk karena adanya kepentingan ekonomi dan proses ini terbentuk tidak dengan spontan, namun didahului oleh adanya interaksi personal oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang sama, sehingga terjadi integrasi. Pola interaksi antar endong-endong di Pasar Giwangan Yogyakarta melibatkan endong-endong, pedagang pasar, pedagang eceran atau pembeli. Namun karena pekerjaan sebagai buruh gendong ini sangat menyita waktu, dimana ketika bekerja endong-endong ini harus aktif menawarkan jasa gendong kepada pedagang maupun pembeli di pasar,