24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Identifikasi Tanin
Identifikasi tannin menggunakan metode feri klorida dengan cara menimbang ekstrak sebanyak 10 mg, kemudian ditambahkan 20 ml air panas dan
5 tetes larutan NaCl 10. Campuran dibagi menjadi 2 tabung reaksi, salah satunya sebagai kontrol negatif dan lainnya ditambahkan larutan FeCl3 1
sebanyak 3 tetes. Perubahan warna diamati, dimana jika warna yang terbentuk biru atau biru-hitam menandakan tannin terhidrolisa. Sedangkan kondensasi
tannin akan memberikan warna biru-hijau dan dibandingkan dengan kontrol. 5.
Identifikasi Senyawa Glikosida Indentifikasi senyawa glikosida menggunakan metode Keller-Killiani
dengan cara menimbang ekstrak sebanyak 10 mg lalu ditambahkan 3 ml pereaksi FeCl3 kemudian diaduk dan dipindahkan campuran ke dalam tabung reaksi.
Diteteskan 1 ml larutan asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Biarkan campuran beberapa lama sehingga terbentuk warna dari merah kecoklatan, yang
mungkin berubah menjadi biru atau lembayung. Perubahan tersebut menunjukkan reaksi positif terhadap 2-deoksi-gula.
6. Identifikasi Terpenoid
Sebanyak 0,5 g ekstrak ditimbang kemudian ditambahakan 2 ml klorofom. Sebanyak 3 ml H
2
SO
4
ditambahkan dengan hati-hati untuk membentuk lapisan. Perubahan warna menjadi coklat kemerahan pada antar lapisan mengindikasikan
adanya terpenoid.
3.4.4.3 Uji Kadar Air
Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui sisa kandungan air di dalam ekstrak. Sebanyak 1 g ekstrak etanol 70 dimasukkan ke dalam cawan porselen
yang telah ditara secara terpisah kemudian dikeringkan dalam oven 105
o
C selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan kemudian ditimbang lagi pada 1
jam berikutnya sampai perbedaan antara penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 Depkes RI, 2000.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.4.4 Uji Antioksidan Kualitatif Conforti et al., 2008 dalam Wachidah,
2013
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode penangkal radikal bebas DPPH.
3.4.4.4.1 Pembuatan Larutan Uji
Ekstrak dibuat dengan konsentrasi 100 ppm kemudian dilarutkan dengan etanol 70 hingga 5 mL.
3.4.4.4.2 Pembuatan Larutan Vitamin C
Vitamin C dibuat dengan konsentrasi 50 ppm lalu dilarutkan dengan etanol 70 hingga 10 ml.
3.4.4.4.3 Pembuatan Larutan DPPH 0,5 mM
DPPH ditimbang sebanyak 2 mg kemudian dilarutkan dengan etanol 70.
3.4.4.4.4 Pengujian Kualitatif Aktivitas Antioksidan
Larutan uji diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan 1 mL laruran DPPH 0,5 mM dan ditambahkan etanol 70 sebanyak 3 mL, didiamkan selama
30 menit untuk kontrol negatif, larutan sampel diganti dengan etanol 70. Setelah 30 menit, amati perubahan warna yang terjadi.
3.4.4.5 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol 70 Parijoto
Ekstrak etanol 70 bauh parijoto sesuai dengan dosis yang telah ditentukan disuspensikan dengan Na CMC 0,5. Pembuatan suspensi ini dimulai
dengan dosis tertinggi yaitu 90 mg ekstrak kental200 g bb dosis I. Dosis II dan dosis III diperoleh dengan cara mengencerkan dosis I. Suspensi yang sudah
dibuat nantinya kan diberikan peroral ke hewan uji dengan volume yang disesuaikan dengan berat badan Lampiran 2.
3.4.4.6 Pembuatan Suspensi Simvastatin
Pada uji efek antihiperlipidemia tetapi menggunakan ekstrak yang berbeda, Simvastatin akan disuspensikan dengan konsentrasi 0,18 bv dalam
larutan Na CMC 0,5. Tiap 3 ml suspensi simvastatin, mengandung 1,8 mg
simvastatin Lampiran 2 Purwanti, 2012.