22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji akan diaklimatisasi selama 14 hari dengan tujuan untuk mengadaptasikan hewan uji dengan lingkungannya yang baru dan mengurangi
stres pada tikus yang dapat mempengaruhi metabolisme dan mengganggu penelitian. Setiap tikus akan diberi makan dan minum. Pada tahap ini akan
dilakukan pengamatan terhadap keadaan umum uji meliputi berat badan dan keadaan fisiknya. Tikus yang akan diikutsertakan dalam percobaan ini adalah
tikus yang sehat dengan ciri-ciri mata jernih, bulu tidak berdiri, warna putih bersih, aktif, tingkah laku normal, dan mengalami peningkatan berat badan.
3.4.2 Penentuan Dosis Bahan Uji Literatur
Penentuan dosis yang digunakan adalah dosis skrining yaitu dosis I 0,9 mgkgbbhari, dosis II 9 mgkgbbhari, dan dosis III 90 mgkgbbhari.
Pengujian efek antihiperlipidemia pada ekstrak etanol buah parijoto baru pertama kali dilakukan sehingga belum ada acuan dosis penggunaan ekstrak ini secara
langsung sebagai antihiperlipidemia.
3.4.3 Penentuan Dosis Simvastatin
Dosis lazim simvastatin pada manusia adalah 10-20 mghari Dipiro, 2009. Dosis simvastatin yang akan digunakan pada percobaan adalah 10 mghari.
Dosis tikus didapatkan dari perkalian dengan faktor konversi dari manusia ke tikus yaitu 0,018 dan faktor farmakokinetik yaitu 10. Dosis untuk tikus adalah 10
mg x 0,018 x 10 = 1,8 mg200 g bb per hari.
3.4.4 Penyiapan Bahan Uji
3.4.4.1 Pembuatan Ekstrak
Buah parijoto yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan pada bulan Oktober 2014 dari Gunung Muria Desa Colo Kecamatan Dewa Kabupaten Kudus.
Selanjutnya dilakukan sortasi untuk dipisahkan dari kotoran-kotoran atau bahan- bahan asing sehingga dapat mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan uji kemudian dicuci dengan air mengalir lalu diangin-anginkan hingga tidak terdapat sisa air.
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Buah segar kemudian ditimbang lalu dihaluskan dengan blender. Setelah diblender kemudian buah yang sudah halus dimaserasi dengan etanol 70 selama
24 jam kemudian maserat disaring, lalu dilakukan remaserasi hingga filtrat jernih. Maserat diuapkan menggunakan evaporator dengan suhu 40
o
C hingga diperoleh ekstrak kental.
3.4.4.2 Skrinning Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol kental. Uji penapisan fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin,
tannin, antrakuinon, dan glukosida. Prosedur masing-masing pengujian adalah sebagai berikut Guevera, 1985 dalam Wachidah, 2013:
1. Identifikasi Alkaloid
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg, lalu ditambahkan 10 mL kloroform diaduk rata. Campuran disaring kedalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan 0,5 mL H
2
SO
4
1 M dan dikocok baik-baik, dibiarkan beberapa saat. Lapisan atas yang jernih dipipet kedalam 2 tabung reaksi kecil. Salah satunya
diberikan pereaksi Dragendorff dan tabung lainnya pereaksi Meyer 2-3 tetes. Reaksi positif apabila menunjukan endapan kuning jingga orange dengan
pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan perekasi Meyer. 2.
Identifikasi Flavonoid Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg, ditambahkan 20 mL etanol dan
dipipet 10 mL larutan ke dalam tabung reaksi lain. Campuran ditambahkan 0,5 mL HCl pekat, 3-4 butir magnesium dan ditambahkan 1 mL amil alkohol. Kocok
kuat-kuat dan biarkan beberapa saat kemudian amati perubahan warna pada masing-masing lapisan pelarut. Apabila terjadi pembentukan atau perubahan
warna menunjukkan reaksi positif terhadap flavonoid dan sianidin. 3.
Identifikasi Saponin Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg, lalu ditambahkan 10 mL air
panas. Selanjutnya dikocok kuat selama 10 detik, akan terbentuk buih yang mantap setinggi 1-10 cm selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 1 tetes HCl 2N
dan diamati.