5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kelabu. Bunga majemuk, di ketiak daun, sempurna, berkelamin ganda, kelopak 5 helai, ujung runcing, pangkal berlekatan, panjang 3-8 mm, warna ungu tua,
benang sari 2 kali lipat jumlah mahkota, kepala sari berupa kuncup membengkok, warna merah keunguan, kepala putik duduk di atas bakal buah, kepala putik bulat,
ungu, mahkota lepas, 5 helai, bentuk kuku, panjang 5-8 mm, warna merah muda. Buah buni, bulat, bagian ujung berbenjol bekas pelekatan kelopak, diameter 5-8
mm, warna merah keunguan. Biji bulat, berjumlah banyak, kecil, putih. Akar serabut, putih kotor Anonim, 2014 dalam Niswah, 2014.
2.1.3 Tempat Tumbuh
Parijoto merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di lereng –lereng gunung
atau di hutan-hutan dan terkadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh baik pada tanah yang berhumus tinggi dan lembab, pada ketinggian 800 m sampai
2.300 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbunga pada bulan November- Januari dan waktu panen yang tepat bulan Maret-Mei Anonim, 2014 dalam
Niswah, 2014.
2.1.4 Kandungan Kimia
Hasil penelitian Wachidah 2013 menunjukkan buah parijoto
mengandung tannin, saponin, flavonoid dan glikosida. Pada tanaman Melastoma malabathricum yang memiliki famili yang sama dengan buah parijoto juga
mengandung senyawa tanin, saponin dan flavonoid, dan terbukti memiliki efek antihiperlipidemia dan antidiabetes Balamurugan, 2013.
2.1.5 Khasiat
Buah parijoto Medinilla speciosa Blume digunakan secara empiris untuk menyembuhkan sariawan, diare, serta obat untuk penyakit kolesterol
Anonim,2014. Buah parijoto ini telah diuji memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antibakteri pada penelitian Wachidah 2013 dan Niswah 2014.
2.2 Ekstraksi 2.2.1 Definisi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengesktraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan Depkes RI, 2000. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak meliputi:
a. Faktor biologi Faktor-faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah identitas jenis
spesies, lokasi tumbuhan asal, periode pemanenan hasil tumbuhan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan.
b. Faktor kimia Faktor-faktor kimia yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah:
1 Faktor internal : jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif- kuantitatif seyawa aktif, dan kadar total rata-rata senyawa aktif.
2 Metode eksternal: metode ekstraksi, perbandingan ukuran alat ekstraksi diameter dan tinggi alat ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan,pelarut
yang digunakan, kandungan logam berat, dan kandungan pestisida.
2.2.2 Metode Ekstraksi menggunakan pelarut
Ekstraksi menggunakan pelarut dibagi menjadi dua, yaitu ekstraksi dengan cara dingin dan cara panas. Menurut Departemen Kesehatan 2000 ekstraksi cara
dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
a. Maserasi Maserasi adalah proses pengesktrakan simplisia dengan menggunakan
beberapa pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada teperatur ruangan kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip
metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
b. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya