34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pemberian induksi kolesterol dan lemak secara eksogen dipilih karena hewan uji ingin dibuat sebagai model hiperlipidemia seperti yang dialami
penderita hiperlipidemia yaitu pola makan yang tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kolesterol. Selain itu juga
karena bahan-bahan yang diperlukan mudah didapatkan dan harganya lebih murah.
4.1.8 Pelaksanaan Percobaan Antihiperlipidemia
Dalam penelitian, tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal yang hanya diberikan Na CMC, kelompok induksi kolesterol dan lemak,
kelompok dosis dan kelompok simvastatin. Simvastatin digunakan sebagai kontrol pembanding mengacu pada Nurcahayaningtias 2012 dan Purwanti
2012. Percobaan ini dilakukan selama 42 hari 6 minggu disesuaikan dengan dengan tujuan untuk memastikan bahwa hewan percobaan sudah mengalami
hiperlipidemia. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Juheini 2003 yang juga menguji efek antihiperlipidemia selama 42 hari dan mengalami
hiperlipidemia. Lamanya percobaan juga disesuaikan dengan simvastatin yang dapat memberikan efek terapi maksimum dalam 4-6 minggu 28-42 hari terhadap
penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida Ascent, 2012. Induksi kolesterol dan lemak diberikan kepada hewan uji dalam bentuk
emulsi melalui sonde lambung satu hari sekali pada pagi hari. Rentang waktu yang dibutuhkan antara pemberian induksi kolesterol dan lemak dengan
pemberian simvastatin atau ekstrak buah parijoto adalah ± 9 jam. Hal ini dikarenakan ketika diberikan induksi pada pagi hari, sintesis kolesterol
berlangsung 9 jam setelah pemberian induksi Edwards et al., 1972 dalam Santosa et al., 2006.
Pada hari ke-43 dilakukan terminasi pada hewan uji. Bagian abdomen tikus dibedah dan diambil organ hatinya. Organ hati ditimbang lalu direndam
menggunakan formalin. Pada hari ke-44, formalin 10 diganti dengan formalin 10 yang baru dan dimasukkan kedalam botol gelap. Preparasi histologi hati
tikus dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.9 Pengamatan Histologi Hati
Parameter pengamatan histologi hati dilihat adalah degenerasi lemak sel hati di sekitar vena sentral dan sinusoid. Sel hati yang lihat adalah sel yang
normal, sel steatosis sel yang mengalami perlemakan dan sel nekrosis Kaniati, 2012. Preparat dilihat menggunakan perbesaran 10 x 40 dengan 5 lapang
pandang dan dilakukan penilaian dengan cara menghitung jumlah sel yang normal, nekrosis, dan steatosis lalu dijadikan persentase. Sel steatosis adalah sel
yang mengalami perlemakan dengan ditandai dengan inti sel yang terdorong ke pinggir karena adanya lemak. Sel nekrosis adalah sel yang rusak ditandai dengan
sudah tidak adanya inti didalam sel. Hasil penilaian degenerasi lemak sel hati hewan percobaan dapat diamati
pada tabel 4.5. Analisis dilakukan dengan menggunakan one way ANOVA dengan nilai signifikansi p≤0,05.
Tabel 4.5 Penilaian Degenarasi Lemak Sel Hati Hewan Percobaan
Rata-rata Kelompok
Normal Steatosis Nekrosis Normal
39.58 28.03
32.39
Hiperlipid
10.55 50.52
40.38
Simvastatin 23.25
45.21 31.54
Dosis 1
39.42 29.97
30.61
Dosis 2 38.50
35.89 25.61
Dosis 3 47.52
29.54 22.94
SD
13.60 9.33
6.05
Analisis statistik terhadap perbandinan penilaian sel yang normal pada semua kelompok berbeda nyata p≤0,05, sehingga analisis dilanjutkan
menggunakan uji Least Significant Difference LSD. Dari hasil uji LSD, diketahui bahwa data penilaian sel normal berbeda secara nyata p0,05 antara
kelompok hiperlipid dengan kelompok dosis 3. Data penilaian sel normal pada