Hambatan-Hambatan dalam Pengelolaan Kelas

1 Kurangnya kesatuan antar siswa, karena perbedaan gender jenis kelamin, rasa tidak senang, persaingan tidak sehat. 2 Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok. 3 Reaksi negative terhadap anggota kelompok. 4 Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya. Ialah menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru. 5 Mudah mereaksi negativeterganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya. 6 Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang. 7 Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya. 54

11. Hal-hal yang harus dihindari dalam pengelolaan kelas

Beberapa kekeliruan yang perlu dihindari guru dalam mempraktekkan keterampilan mengelola kelas ialah: a. Campur tangan yang berlebihan: Perbuatan ini ditandai dengan komentar verbal guru yang berlebihan, yang “memaksakan dirinya masuk” atau mencampuri secara tidak dikehendaki dalam kegiatan siswa. b. Kelenyapan: Perbuatan yang menunjukkan adanya kelenyapan dilihat pada tingkah laku guru yang gagal dalam melengkapi suatu intruksi, petunjuk, atau komentar, sehingga penyajiannya menjadi terhenti untuk beberapa saat, yang sifatnya menjadi mengganggu. c. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan: kekeliuan ini timbul bilamana guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri secara tuntas aktivitas sebelumnya. Dapat pula dia menghentikan kegiatan yang 54 Syaiful Bahri Djamaeah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 195 pertama dan memulai kegiatan yang berikutnya, kemudian kembali lagi kepada kegiatan pertama. d. Penyimpangan: Penyimpangan terjadi karena guru sedemikian asyik membicarakan suatu kegiatan yang keluar dari tujuan pelajaran. e. Bertele-tele: Kesalahan ini terjadi karena guru: 1 sedang mengulang- ngulang hal tertentu, 2 memperpanjang keterangan, 3 mengubah suatu teguran yang sederhana menjadi ocehan yang berkepanjangan.\ f. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu: Kekeliruan ini ditandai oleh kegiatan guru yang membagi petunjuk secara terpisah dalam setiap kelompok, yang sebenarnya petunjuk tersebut dapat dapat diberikan secara klasikal. 55

B. Pembelajaran Fiqih

1. Pengertian fiqih Fiqih secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan potensi akal. 56 Paham disini maksudnya adalah paham tentang masalah-masalah agama. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al- Qur’an surat At-Taubah : 122                        “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang. mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. ” 57 55 J.J. Hasibuan, Dip, Ed, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995, cet. 6, halaman, 85-86 56 Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, cet. 4, h. 18 57 Kementrian Agama RI, Syamil Qur’an Bukhara Tajwid dan Terjemah, Bandung: Yayasan Penyelenggara PenerjemahPenafsir Al- Qur’an, 2007, h. 543 Adapun secara terminologi, kata Fiqih adalah “Ilmu halal dan haram, ilmu syariat dan hukum ” sebagaimana dikemukakan oleh Al-Kassani. Namun yang lebih kuat dan populer adalah definisi yang dikemukakan oleh Imam Syaf i’i, sebagaimana dikutip oleh Imam Subki dalam kitab Jam’u al-Jawami. ةَّ ّْصْفَتلا اهتَلدأ ْن ةَّ علا ةَّعْرَّلا اكْحأاب ْعْلا “ilmu yang membahas tentang hukum syara’ yang berhubungan dengan amali perbuatan yang diperoleh melalui dalil-dalil secara terperinci. ” 58 Para pengikut Syafi’i memberi pengertian bahwa Fiqih adalah “ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf yang dikeluarkan di intinbatkan dari dalil-dalil yang jelas tafshili ”. 59 Pengertian seperti tertulis di atas adalah sebagian dari sekian banyak pengertian yang ada. Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Fiqih adalah pengetahuan mengenai hukum-hukum amalan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci. Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajarab, pelatihan, penggunaan pengalaman dan pemahaman. Mata pelajaran Fiqih Madrasah Tsanawiyah meliputi Fiqih ibadah, muamalah, jinayah dan siyasah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup Fiqih mencakup kewujudan keserasian, keselarasan, dan kesimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT. , dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya, maupun lingkungannya hablumminallah wa hablumminannas. 58 Sapiudin Siddiq, Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana, 2011, h. 4-5 59 Hasby A-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam Jilid 1, h. 26 2. Tujuan dan fungsi pembelajaran Fiqih Sebagai bahan pelajaran yang diberikan kepada anak didik dalam proses pembelajaran, mata pelajaran fiqih tentu memiliki sasaran yang ingin dicapai sebagai tujuan. Untuk mengetahui tujuan tersebut, berikut ini akan dikomparasikan antara tujuan fiqih dengan tujuan mata pelajaran fiqih secara spesifik. Menurut Abdul Wahab Khallaf, tujuan fiqih ilmu fiqih adalah “menerapkan hokum-hukum syariat Islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia” 60 . Tujuan ilmu fiqih ini, dapat diketahui bahwa ilmu fiqih menghendaki penerapan hokum syara pada setiap tingkah laku dan ucapan mukallaf dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hokum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli maupun dalil aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi sosial. b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalakan hokum Islam, disiplin dan tanggung jawab social yang tinggi dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Fiqih berfungsi sebagai sumber hukum yang menjadi pendorong dan pembentuk tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum sehingga terbentuk komunitas masyarakat muslim yang memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban agar terciptanya kehidupan yang harmonis dan sejahtera. 60 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet. 8, h. 6 Adapun Fiqih di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk: a. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat b. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam dikalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat. c. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan masyarakat d. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia terhadap peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan terlebih dahulu dalam lingkaran keluarga e. Pengembang mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan social melalui ibadah dan muamalah f. Perbaikan kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari g. Pembekalan peserta didik untuk mendalami fiqih atau hokum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 3. Ruang lingkup pembelajaran fiqih Adapun ruang lingkup masalah fiqih pada garis besarnya di bagi menjadi dua : a. Bidang ibadah, yaitu segala persoalan yang berpautan dengan akhirat, jelasnya segala persoalan yang dikerjakan untuk mendekatkan diri kepada Allah b. Bidang muamalah, yaitu segala persoalan yang berpautan dengan urusan- urusan dunia dan undang-undang 61 Sedangkan mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan agar peserta didik dapat memahami pokok- 61 Hasby As-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, jilid I, h. 43-44