Komponen-Komponen Keterampilan dalam Pengelolaan kelas

a. Sifat masalah Dilihat dari sifatnya, masalah memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1 Perenial Perenial artinya bahwa masalah melekat, masalah akan selalu ada ketika terjadi proses imteraksi. Ketika manusia berinteraksi dalam sebuah kelompok terikat maka dengan segala perbedaan yang dimiliki dan keinginannya akan memungkinkan timbulnya gesekan dan konflik, hal ini memungkinkan karena memang demikian sifatnya. 2 Nurturant Effect Nurturant Effect atau dampak pengiring artinya bahwa ketika dalam sebuah kegiatan muncul masalah dan masalah itu tidak dicarikan penyelesaiannya, maka hal tersebut akan memicu dampak lain sebagai pengikut dari permasalahan tersebut yang mungkin akan besar. Besar kecilnya akan bergantung kepada bobot dar permasalahan itu sendiri. 3 Substansif Permasalahan dapat dipilah dan dilihat dari pokok atau isu yang muncul, artinya bahwa permasalahan itu memiliki kekhasan sesuai dengan substansi dari problematik dalam interaksi yang terjadi. Dalam hal apa permasalahan itu muncul, itulah yang akan memberikan gambaran pada akhirnya untuk guru dalam mencarikan solusinya. Pemahaman terhadap substansi akan mempermudah guru dalam menyelesaikannya. 4 Kontekstual Proses interaksi yang terjadi dalam suatu setting situasi tertentu dengan corak yang beragam. Permasalahan muncul bisa juga diakibatkan oleh setting situasi tertentu, situasiamat mempengaruhi besar kecilnya masalah juga keterkaitan dengan masalah lainnya. 52 52 Tim Dosen Adminitrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: ALFABETA, 2010, cet. 3, halaman 115 b. Jenis masalah yang muncul di kelas Masalah pengelolaan kelas menurut M. Entang dan T. Raka Joni, masalah dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. masalah individu muncul karena dalam inividu ada kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan itu tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang lumrah yang dapat diterima masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan perkataan lain individu itu akan berbuat tidak baik. Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang tidak baik itu oleh Rudol Dreikurs dan Pearl Cassel yang dikutip oleh M. Entang dan T. Raka Joni digolongkan menjadi empat yaitu: 1 Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain 2 Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan 3 Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain 4 Peragaan ketidak mampuan Dari empat cara yang dilakukan individu tersebut mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering Nampak pada anak usia sekolah yaitu: 1 Pola aktif konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk menjadi super star di kelasnya dan mempunyai daya usaha untuk membantu guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati. 2 Pola aktif destruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan memberontak. 3 Pola pasif konstruktif yaitu pola yang menunjuk kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian. 4 Pola pasif destruktif yaitu pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan dank eras kepala. Sedangkan masalah kelompok, menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany mengemukakan tujuh kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas yaitu: 1 Kelas kurang kohesif, karena alas an jenis kelamin, suku, tingkah laku, sosio ekonimi dan sebagainya. 2 Kelas mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek teman kelasnya yang menyanyi dengan suara sumbang. 3 Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca perpustakaan. 4 Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok. 5 Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap. 6 Semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil. 7 Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti perubahan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain. Dari dua macam masalah tersebut, setiap macam masalah memerlukan penanganan yang berbeda. Selanjutnya, sasaran penanganan masalah individual adalah individu yang bersangkutan. Sebaliknya di dalam masalah kelompok maka tindakan oretif harus ditujukan kepada kelompok. Diagnosis yang keliru akan mengakibatkan terjadinya tindakan korektif yang keliru pula. 53 Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah: 53 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, Bandung: UPI Press, 2006, halaman 56-57