Pengelolaan kelas secara non akademik

pemerintah mengenai ukuran kelas khususnya di sekolah dasar kita adalah 40-45 orang peserta didik. 34 Adapun berbagai jenis kelas yang dapat kita amati sebagai berikut: 1 Jenis kelas yang selalu gaduh. Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. 2 Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif. Guru mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan dan kegiatan yang menyenangkan. Akan tetapi, jenis kelas ini juga masih menimbulkan masalah. Banyak siswa yang kurang memberi perhatian di kelas dan tugas-tugas sekolah tidak diselesaikan dengan baik atau tugas tersebut dikerjakan secara acak-acakan. Hal ini dapat terjadi walaupun guru memberi kegiatan akademik yang minimal dan mencoba semaksimal mungkin agar kaegiatan akademik tersebut menyenangkan. 3 Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah menciptakan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman. Ia tampak berhasil menanamkan disiplin karena siswa biasanya patuh. Akan tetapi, suasana kelas menjadi tidak nyaman. Ketenangan yang demikian hanya tampak dipermukaan saja karena ketika guru meninggalkan kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau. 4 Jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya. Guru menghabiskan sebagian besar untuk mengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan kemauannya sendiri tanpa harus dipelototi oleh guru. Sisiwa yang tampak terlibat dalam tugas pekerjaan saling berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan. Akan tetapi, suara tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling mengganggu. Apabila suara timbul dan terasa sedikit 34 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, Bandung: ALFABETA, 2011, cet. 1, h. 23 mengganggu, guru memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi tenang atau kondusif. Siapa pun akan melihat kelas semacam ini begitu hangat dan menghasilkan prestasi yang membanggakan. 35 Empat jenis kelas seperti diatas selalu ditemukan dihampir semua sekolah, terlepas dari jenis status sosial ekonomi orangtua siswa sehingga perbedaan tidak dapat dikaitkan dengan jenis sekolah atau siswanya. Apalagi banyak guru memiliki pola kerja yang sama dari tahun ke tahun. Sebagian sekolah memiliki kondisi yang kronis atas pengelolaan kelasnya, tetapi sebagian yang lain disiplin dan aturan sekolahnya dihormati serta dijunjung tinggi oleh seluruh anggotanya. b Pengaturan tempat duduk Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. 36 Pengaturan posisi tempat duduk siswa di kelas tidaklah netral. Pengaturan sangat berpengaruh bagi para siswa, interaksi antar mereka, dan interaksi antar guru. Hal ini berarti bahwa pengaturan posisi tempat duduk siswa member dampak dalam proses pembelajaran. Pengaturan posisi tempat duduk siswa dari tingkat Taman Kanak-Kanak TK hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA sering dipandang oleh beberapa guru sebagai hal yang remeh, serta tidak berpengaruh dalam kehidupan dan dinamika kelas. Tata letak tempat duduk siswa dalam kelas formal di sekolah pada umumnya berbentuk format kolom dan baris. Keadaannya selalu sama sepanjang tahun. Format tempat duduk siswa sebenarnya mempengaruhi pola interaksi siswa: tinggi rendahnya interaksi siswa juga terkondisikan oleh format tempat duduk; padahal intensitas interaksi antara guru dan siswa, antara iswa dan siswa dapat memengaruhi hasil belajar kelas. 35 Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius, 2011, Cet. 5, h. 41-42 36 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Op. Cit. , h. 44-45 c Kelemahan format Kolom Baris Format Kolom Baris bukannya tidak memiliki keunggulan. Untuk tujuan pendidikan yang lebih mementingkan penanaman disiplin militeristi, format Kolom Baris terasa paling efektif. Dalam dinamika kelas formal dan kegiatan pembelajaran, format Kolom Baris memiliki sejumlah kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut adalah sebagai berikut. 1 Format Kolom Baris mendorong guru sebagai pengelola kelas menganut teknik berceramah. 2 Pola komunikasi kelas hanya dua arah, yaitu antara guru dan siswa saja. 3 Multi-interaksi antar siswa kurang hidup. 4 Kehidupan kelas sangat tergantung dan didominasi oleh guru. 5 Rentang pandang serta perhatian guru sangat terbatas kepada para siswa. d Ragam dan format Format posisi tempat duduk siswa sebaiknya dibuat luwes sehingga dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan dan persyaratan pembelajaran. Artinya, tempat duduk siswa dapat dibentuk sesuai dengan rancangan pembelaaran dan jenis teknik pengajaran yang dipilih guru. Format posisi tempat duduk siswa dapat dikembangkan, antara lain Lingkaran Besar, Lingkaran Kecil, Kotak Besar, dan Kotak Kecil. Harus kita akui bahwa ragam rancangan format posisi tempat duduk siswa dapat membuahkan berbagai hasil positif. 1 Kebosanan dan kondisi sehari-hari dapat diperkecil peluangnya. Dengan demikian, kehidupan kelas dapat menjadi lebih dinamis dan bergairah. 2 Keakraban antarsiswa dapat ditumbuhembangkan. 3 Guru akan lebih mudah mengenali kelebihan dan kelemahan siswa apabila ia sering membagi kelas dalam kelompok kecil dan selanjutnya menyatu secara bergilir dengan kelompok kecil tersebut. 4 Dinamika dan kehidupan kelas akan lebih mudah terbentuk. Kelas yang dinamis cenderung kooperatif, terbuka dan lebih mudah membangkitkan penalaran. 5 Karena peran aktif siswa secara kuantitati dan kualitatif cenderung meningkat, maka daya serap siswa menjadi lebih besar. 6 Penggunaan ragam format tempat duduk siswa di kelas mendorong siswa saling mengetahui sifat masing-masing, dan dengan demikian proses sosialisasi akan terbentuk secara alamiah. 7 Cakrawala pandang siswa lebih luas, serta arah pandang siswa bersifat ganda dan menyebar. Dengan demikian, pola komunikasi antar siswa akan memiliki peluang yang lebih banyak. Selain itu, pengelolaan kelas oleh guru dapat lebih hidup, serta tidak tampak formal dan kaku. e Syarat-syarat peragaan Pemilihan salah satu bentuk format tempat duduk siswa sangat dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran yang akan diraih, rancangan pembelajaran yang telah disiapkan, dan jenis bahan ajar yang akan ditekuni siswa. Untuk itu, sejumlah persyaratan perlu diingat. Format apa pun yang dipilih oleh guru haruslah: 1 Memiliki kemudahan untuk mengembangkan dan memantau proses pembelajaran yang sedang berlangsung; 2 Selalu memungkinkan guru memiliki akses untuk berkomunikasi dengan siswa dari waktu ke waktu; 3 Menjaga proses pembelajaran yang sedang berlangsung agar tidak mengganggu proses pembelajaran dari kelas yang berdampingan; 4 Dapat menyesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis siswa; 5 Menjaga asas keadilan bagi setiap siswa. Apabila guru menetapkan salah satu format dalam jumlah lebih dari satu pada satu saat untuk satu tugas kelas, maka prinsip kerja sama lebih diutamakan daripada prinsip kompetensi bebas; 6 Terlebih dahulu dijelaskan dengan serangkaian langkah yang memberi petunjuk bagi setiap siswa: apa dan bagaimana tugas kelompok yang akan dilaksanakan, serta kapan tugas tersebut harus selesai. 37 37 Radno Harsanto, op. cit. , h. 59-66 Keterangan : G : Guru M : Murid GAMBAR 2. 1 FORMAT KOLOM-BARIS GAMBAR 2. 2 JEBAKAN FORMAT KOLOM BARIS TERHADAP RENTANG PANDANG GURU GAMBAR 2. 3 FORMAT U TERBUKA GAMBAR 2. 4 FORMAT U TERTUTUP GAMBAR 2. 5 FORMAT LINGKARAN BESAR GAMBAR 2. 6 FORMAT LINGKARAN KECIL GAMBAR 2. 7 FORMAT KOTAK BESAR GAMBAR 2. 8 FORMAT KOTAK KECIL 4 Ventilasi dan pengaturan cahaya Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung O 2 oksigen, peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan di papan, pada bulletin board, buku bacaan, dan sebagainya. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tapi tidak menyilaukan. 38 Suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. 5 Pengaturan penyimpanan barang-barang Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat yang khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepantingan belajar. 39

6. Pendekatan dalam Pengelolaan kelas

Di dalam melakukan pengelolaan kelas dijumpai adanya berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru, yang antara lain pendekatan kekuasaan, ancaman, kebebasan, resep, pengajaran, perubahan tingkah laku, emosi dan hubungan sosial, proses kelompok, elektis, atau pluralistik. Berbagai pendekatan ini muncul karena pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan peserta 38 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 150 39 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Op. Cit. , h. 44-45 didik sebagaimana tersebut di atas, merupakan faktor utama yang terkait langsung dengan pengelolaan kelas. Hal ini terjadi, karena pengelolaan kelas yang dilakukan dengan berbagai pendekatan apapun, pada intinya ditujukan untuk meningkatkan kegairahan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, baik secara individual maupun secara berkelompok. Di dalam pengelolaan kelas terdapat hubungan, perintah, interaksi dan lainnya antara guru dan murid, dan antara murid dan antara masyarakat dan guru. Pengelolaan kelas dengan berbagai macam pendekatan tesebut lebih lanjut dapat dikemukakan sebagai berikut. 40 a. Pendekatan kekuasaan Pendekatan kekuasaan diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi dsiplin dalam kelas. Kedisiplinan tersebut menuntut adanya suatu kekuatan yang dapat menekan anak didik untuk menaatinya. Pengelolaan kelas dengan pendekatan ini pada dasarnya dinilai kurang baik dan sedapat mungkin untuk tidak digunakan. Namun pada situasi tertentu, pendekatan ini dapat digunakan apabila keadaan menghendakinya. 41 b. Pendekatan ancaman Pendekatan ancaman atau intimidasi adalah suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik yang dilakukan dengan cara memberikan ancaman, seperti melarang, mengejek, menyindir, memaksa, dan sebagainya. Pendekatan ini pada dasarnya sama dengan pendekatan otoriter dan kekuasaan sebagaimana diatas. Di era reformasi dan demokratisai seperti sekarang ini, pendekatan yang bersifat kekuasaan dan ancaman sudah ditinggalkan, karena dianggap melanggar hak-hak asasi manusia. Namun demikian, kondisi kelas yang tidak normal terkadang juga muncul. Dalam keadaan yang demikian itu, secara terpaksa, pendekatan 40 Abuddin Nata, Persfektif Islam tentang Stategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, h. 342 41 Ibid,. , h. 343 pengelolaan kelas dengan cara ancaman dapat dipertimbangkan. Pendekatan ini segera ditinggalkan atau tidak digunakan lagi, apabila keadaan sudah kembali normal. c. Pendekatan kebebasan Pendekatan kebebasan keadaannya berbeda dengan pendekatan kekuasaan dan ancaman sebagaimana tersebut di atas. Peran dan fungsi guru dalam pengelolaan kelas dengan pendekatan kebebasan ini adalah mengupayakan terciptanya kebebasan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu, kapan dan di mana saja. Namun demkian, pendekatan kebebasan ini dinilai sebagai pendekatan yang dapat mengganggu kewibawaan pendidik, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengabaikan kedisiplinan, sehingga tidak banyak guru yang mau menggunakan pendekatan ini. 42 d. Pendekatan resep Pendekatan resep cook book ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus ada dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. e. Pendekatan pengajaran Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik. 42 Ibid. , h. 343-344 f. Pendekatan perubahan tingkah laku Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. g. Pendekatan emosi dan hubungan sosial Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial socio-emotional climate approach di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling penyuluhan. Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelasmerupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. h. Pendekatan kelompok Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, di mana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. i. Pendekatan elektis Pendekatan elektis electic approach ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif waliguru kelas dalam memilih berbagai pendeatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi lain mungkin harus mengombinasikannya. Pendekatan elektis juga disebut pendekatan pluralistic, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set rumpun kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. 43

7. Prinsip-prinsip Pengelolaan kelas

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan diuraikan berikut ini. a. Hangat dan antusias Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas. b. Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan menarik perhatian dan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. c. Bervariasi Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. d. Keluwesan Keluwesan pengajaran untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. 43 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit. , h. 180-183