Berdasarkan analisis hasil tes berpikir kreatif B-23 dan analisis data wawancara B-23 dapat disimpulkan bahwa B-23 memenuhi aspek kelancaran dan
keluwesan. Tabel 4.20 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif B-23
Subjek Penelitian
Kelancaran Keluwesan
Keaslian Elaborasi
B-23 √
√ ─
─
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Data Kuantitatif
Berdasarkan hasil analisis data awal kemampuan berpikir kreatif diperoleh bahwa kedua kelompok sampel berdistribusi normal, mempunyai varians
homogen, dan tidak ada perbedaan rata-rata diantara kedua kelompok. Hal ini berarti bahwa sampel berasal dari keadaan atau kondisi yang sama.
Hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa diukur menggunakan hasil tes akhir. Berdasarkan analisis data akhir diperoleh bahwa pada kelas ekperimen
terdapat 29 dari 32 siswa medapat nilai . Berdasarkan hasil uji hipotesis 1
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasan klasikal berdasarkan KKM, yaitu siswa yang memperoleh
nilai mencapai lebih dari 75. Pada kelas kontrol siswa yang memproleh
nilai kurang dari 75 dari keseluruhan jumlah siswa pada kelas kontrol,
artinya kelas kontrol belum mencapai ketuntasan secara klasikal. Pada uji hipotesis 2 diperoleh bahwa rata-rata hasil tes kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata hasil tes
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol. Rata-rata kelas eksperimen adalah 81,63 sedangkan rata-rata kelas kontrol adalah 74,31. Hal ini berarti rata-
rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pacitan pada materi bangun ruang sisi datar menggunakan model pembelajaran SAVI dengan
pendekatan saintifik lebih baik daripada rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pacitan pada materi bangun ruang sisi datar
menggunakan pembelajaran konvensional. Menurut peneliti hal-hal pada uraian di atas disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya 1 kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan dengan kegiatan belajar secara individu, kelompok, dan pembelajaran secara
bersama-sama di dalam kelas. Sehingga siswa yang tidak bisa belajar secara individu dapat bertanya kepada temannya ketika diskusi kelompok, serta apabila
dalam diskusi kelompok tidak ditemukan penyelesaian maka siswa dapat berdiskusi satu kelas ketika berlangsung presentasi; 2 kegiatan pembelajaran
pada kelas eksperimen diawali dengan melihat video edukatif, diskusi, mendengarkan dan menanggapi presentasi setiap kelompok, mencatat kembali apa
yang telah dipelajari, serta mengerjakan kuis di akhir pembelajaran. Sehingga siswa lebih antusias karena mendapatkan pembelajaran yang berbeda dari
biasanya; 3 kurangnya antusiasme siswa pada kelas kontrol karena strategi pembelajaran pada yang dilakukan seperti biasanya sehingga mereka cenderung
untuk tidak memperhatikan materi yang disampaikan. Akibat tidak
memperhatikan, beberapa siswa tidak mencatat jawaban dari soal berpikir kreatif yang sudah dikerjakan di papan tulis. Hal ini turut mempengaruhi hasil tes
berpikir kreatif; 4 pada kelas eksperimen, siswa cenderung telah mampu menentukan strategi yang harus dilakukan untuk mengerjakan soal, sehingga
mereka dapat memilih strategi yang tepat untuk menyelesaikan soal. Dan siswa juga telah mampu memilih berbagai alternatif jawaban yang beragam dalam
penyelesaian masalah; dan 5 pada kelas kontrol, terdapat beberapa siswa yang tidak dapat menentukan strategi yang harus dilakukan untuk menyelesaikan soal.
Siswa pada kelas kontrol juga cenderung menjawab soal dengan jawaban yang kurang beragam.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Suherman, sebagaimana dikutip Carito 2013, dengan memperhatikan konsep belajar menggunakan
pendekatan SAVI, siswa mempunyai peran aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta kreativitas pembelajaran
akan berlangsung secara optimal jika aktivitas intelektual dan semua alat indra digabungkan dalam suatu kinerja pembelajaran.
4.2.2 Pembahasan Data Kualitatif