Teori Belajar Ausubel Teori Belajar

anak akan semakin meningkat dalam upaya menemukan, menyelidiki, dan melakukan pemecahan masalah.

2.1.2.3 Teori Belajar Ausubel

Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna meaningful learning. Menurut Dahar sebagaimana dikutip oleh Rifai‟i dan Anni 2012: 210, belajar bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Suatu pembelajaran dikatakan dapat menimbulkan belajar bermakna jika memenuhi prasyarat yaitu: 1 materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial; dan 2 anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna. Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ia membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Selain itu juga untuk membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Menurut Ausubel dalam Hudojo, 2003: 84, bahan pelajaran haruslah “bermakna” meaningful, artinya bahan pelajaran itu haruslah dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada sedemikian hingga konsep-konsep baru benar-benar terserap. Dengan belajar bermakna siswa menjadi kuat ingatannya dan transfer belajar mudah tercapai. Terdapat empat prinsip dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel yaitu sebagai berikut Rifa‟i Anni, 2012: 210-211 1. Pengatur Awal Advance Organizer, dalam hal ini hal yang perlu dilakukan pendidik adalah mengarahkan dan membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. 2. Diferensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan pendidik adalah menyusun konsep dengan mengajarkan konsep-konsep tersebut dari inklusif kemudian kurang inklusif dan yang paling inklusif, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus. 3. Belajar Superordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep-konsep tersebut telah dipelajari sebelumnya. 4. Penyesuaian Integratif, dalam hal ini materi disusun sedemikian rupa sehingga menggerakkan hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah. Dalam penelitian ini, teori Ausubel sangat mendukung terkait berpikir kreatif karena dalam teori ini terdapat belajar bermakna yang merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Seperti halnya dalam berpikir kreatif di mana ide-ide yang sebelumnya telah dimiliki digabungkan untuk memperoleh gagasan baru.

2.1.3 Pembelajaran Matematika

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN MELALUI PEMBELAJARAN MODEL 4K DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII

9 49 262

PEMBELAJARAN MODEL TABA BERBANTUAN GSP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

3 47 516

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PEMBELAJARAN MODEL 4K MATERI GEOMETRI KELAS VIII DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA

21 118 377

ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP KELAS VII DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

5 45 493

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Analisis Kemampuan Koneksi Matematika Siswa pada Materi Teorema Pythagoras Ditinjau dari Gaya Kognitif di Kelas VIII SMP Negeri 1 Jatiroto Tahun Ajaran

0 6 15

KARAKTERISTIK BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII SMP N 1 KRAGAN DALAM MEMECAHKAN DAN MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI PERBANDINGAN DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF | Argarini | 5301 11523 1 SM

0 0 12

PROFIL BERPIKIR KREATIF SISWA SMP KARUNA DIPA PALU DALAM PEMECAHAN MASALAH ALJABAR DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

0 1 14

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMECAHAN SOAL CERITA MATERI KESEBANGUNAN DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TAWANGASARI TAHUN AJARAN 20162017

0 1 24

DESKRIPSI KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO DITINJAU DARI GAYA BERPIKIR

0 0 17

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUMBIR

0 0 16