Gaya Belajar Prestasi Belajar

mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni: 1 Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. 2 Faktor ekstern, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain di bawah ini: 1 Faktor Intern Siswa Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: a Yang bersifat kognitif ranah cipta, seperti rendahnya kapasitas intelektualintelegensi siswa. b Yang bersifat afektif ranah rasa, seperti labilnya emosi dan sikap. c Yang bersifat psikomotor ranah karsa, seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar mata dan telinga. 2 Faktor Ekstern Siswa a Lingkungan keluarga, contohnya ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. b Lingkungan perkampunganmasyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh slum area dan teman sepermainan peer group yang nakal. c Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat- alat belajar yang berkualitas rendah. 20 20 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet. 11, h. 184.

f. Alternatif Pemecahan Kesulitan belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut: a. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa. b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. c. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching pengajaran perbaikan. Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah selanjutnya yakni melaksanakan program perbaikan. 21

g. Pengertian Prestasi Belajar

Seseorang melaakukan proses belajar karena memiliki tujuan untuk mendapatkana suatu prestasi dan prosen itu tak semudah seperti yang dibayangkan. Karena untuk mencapai prestasi yanag gemilang, memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan kemudian ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan pengajar. 22 Prestasi belajar merupakan realisasi atau perkara dari kecakapan- kecakapan potensial atau kapasitas yang di miliki seseorang. Prestasi belajar menurut para ahli, seperti menurut Siti Pratini dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan” mengartikan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melakukan 21 Syah, op. cit., h. 175. 22 Kamus Besar Bahasa Indonesa, 2005, h. 895. kegiatan belajar. 23 Saifudin Azwar dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Psikologi Intelegensi” mengatakan prestasi belajar merupakan dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan. 24 Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian prestasi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh peserta didik sebagai hasil belajarnya yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Hal ini biasanya berupa angka-angka, huruf, serta tindakan yang dicapai masing-masing peserta didik dalam waktu tertentu.

h. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa siswamahasiswa sangatlah sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible tak dapat diraba. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data prestasi belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator penunjuk adanya prestasi tertentu dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Untuk mengungkap prestasi belajar pada ketiga ranah afektif, kognitif dan psikomotor 23 Muhammad Syahrul, Wawasan Pendidikan, 2016, http:www.wawasanpendidikan.com201509pengertian-prestasi-belajar-menurut- ahli.html?m=1 24 Asnan, Prestasi Belajar, 2016, digilib.uinsby.ac.id. diperlukan patokan-patpkan atau indikatorindikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu, karena pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar yang sangat diperlukan ketika seseorang perlu untuk menggunakan alat dan kiat evaluasi. 25

i. Batas Minimal Prestasi Belajar

Setelah mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi belajar di atas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa. Ranah-ranah psikologis, walaupun berkaitan satu sama lain, kenyataannya sukar diungkapkan sekaligus jika hanya melihat perubahan yang terjadi pada salah satu ranah. Sebagai contoh, seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi agama Islam, belum tentu rajin beribadah shalat. Sebaliknya, siswa lain yang hanya mendapat nilai cukup dalam bidang studi tersebut, justru menunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan beragama sehari-hari. 26 Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses mengajar-belajar. Di antara norma-norma pengukuran tersebut ialah: 1 Norma skala angka dari 0 sampai 10. 2 Norma skala angka dari 0 sampai 100. 27 Selanjutnya, selain norma-norma tersebut di atas, ada pula norma lain yang di negara kita baru berlaku di perguruan tinggi, yaitu norma prestasi belajar dengan menggunakaan simbol huruf-huruf A,B,C,D, dan 25 Syah, op. cit., h. 216. 26 Ibid., h. 221. 27 Ibid., h. 222.