Indikator Prestasi Belajar Prestasi Belajar
3. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi yang besarnya
0,11898, dapat disimpulkan besarnya variasi motivasi belajar ditentukan prestasi belajar sebesar 11,90.
29
Sunardi pada tahun 2003 dengan judul penelitian “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Penerima Beasiswa
di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta” menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar. Semakin kuat motivasi belajar yang dilakukan maka akan semakin tinggi prestasi belajar yang dihasilkan oleh mahasiswa penerima beasiswa di
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta. Besarnya variasi prestasi belajar pada mahasiswa penerima beasiswa di Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta ditentukan oleh motivasi belajar sebesar 79. Mahasiswa penerima beasiswa yang berasal dari berbagai jurusan tersebut
pada umumnya semakin memiliki berbagai latar belakang ekonomi keluarga yang bervariasi, yang rata-rata berpenghasilan rendah. Adapun prestasi
belajarnya jika dilihat dari perulihan indeks prestasi berkisar antara 2,45 sampai 3,70, dengan pencapaian prestasi antara 69 sampai 100. Dalam
kondisi demikian mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian kepada para mahasiswa penerima beasiswa, yaitu apakah dengan adanya beasiswa
yang diberikan dapat memotivasi belajarnya untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
30
Ferry Antoni MS pada tahun 2012 dengan judul penelitian “Analisis IPK Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi IPB dengan Pendekatan
Metode CHAID” menyatakan bahwa analisis CHAID dengan kategori respon tipe I terhadap delapan peubah penjelas menghasilkan empat peubah penjelas
yang berpengaruh nyata dan didapatkan lima klasifikasi. Perubahan yang
29
Stephani Chintya Debi, “Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Bidikmisi Jurusan Ekonomi dan Administrasi Universitas Negeri Jakarta”, Skripsi
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2014, h. 67, tidak dipublikasikan.
30
Sunardi, “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Penerima Beasiswa di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta”, Skripsi Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta, 2003, h. 48, tidak dipublikasikan.
dapat membentuk klasifikasi-klasifikasi tersebut adalah status SLA, kepemilikan prestasi, lokasi SLA asal, dan akreditasi SLA. Adapun untuk
klasifikasi respon tipe II didapatkan tujuh peubah penjelas yang berpengaruh nyata. Peubah-peubah tersebut adalah kepemilikan prestasi, lokasi SLA asal,
akreditasi SLA asal, jenis kelamin, jumlah tanggungan orang tua, usia saat masuk SLA, dan penghasilan orang tua. Perbedaan ini disebabkan pada
pengkategorian tipe I terdapat kategori IPK yang memiliki presentase kategori yang lain sehingga tidak teridentifikasi dengan baik.
31
Nugraha Ramadhan pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Pemodelan Keberhasilan Studi dan Identifikasi Karakteristik Mahasiswa
Penerima Beasiswa Bidikmisi IPB” menyatakan bahwa karakteristik mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi berdasarkan analisis korespondensi
berganda dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok pertama kelompok mahasiswa dengan IPK 2,75 memiliki karakteristik status
sekolah asal SMA Negeri, memiliki nilai ujian nasional lebih kecil dari rataan, dan berasal dari kelompok departemen dengan IPK TPB sedang dan
rendah. Kelompok kedua adalah kelompok mahasiswa yang memiliki IPK 3,50 dan memiliki karakteristik status asal SMA negeri, asal daerah
mahasiswa adalah Pulau Jawa, memiliki nilai ujian nasional dengan rataan 8,3 dan berasal dari kategori departemen dengan IPK TPB tinggi. Perubahan
yang mempengaruhi keberhasilan studi secara nyata berdasarkan model regresi logistik ordinal adalah peubah jenis kelamin, status SMA, status
keberadaan ibu, kelompok departemen, nilai ujian nasional, penghasilan orang tua, dan jumlah tanggungan. Ketepatan pendugaan model regresi
logistik yang dibangun adalah 59,8. Berdasarkan rasio odds pada model regresi logistik ordinal dapat disimpulkan bahwa mahasiswa perempuan
dengan status sekolah asal SMA Negeri, masih memiliki ibu, berasal dari kelompok departemen IPK TPB tinggi, penghasilan orang tua antara Rp
500.000,- sampai Rp 1.000.000,-, memiliki nilai ujian nasional yang tinggi
31
Ferry Antoni MS, “Analisis IPK Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi IPB dengan Pendekatan Metode CHAID”, Skripsi Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2012, h. 13, tidak
dipublikasikan.