mengherankan karena merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian.”
61
Menurut Suryana dalam Purwanto, menyebutkan bahwa “aspek yang dapat dijadikan indikator ketahanan pangan adalah
kemampuan untuk menjaga stok pangan”.
62
Menurut Purwanto pada sisi permintaan secara teoritis dengan adanya kebijakan stabilitas harga pangan yang dilakukan oleh
pemerintah dan akan berdampak pada harga pangan utama yang berada pada tingkat yang wajar.
63
, sedangkan pada sisi ketersediaan kebijakan ketahanan pangan di arahkan untuk:
64
a. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas sumber daya alam dan air, yaitu dengan memanfaatkan lahan
sawah dengan sebaik-baiknya secara efisisen dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan seperti kondisi irigasi
yang harus tetap mengalir dan tidak tercemar oleh zat kimia sehingga dapat meningkatkan produktivitas pangan.
b. Nenjamin produksi pangan utama dari produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri harus dijaga stoknya agar
dapat mengurangi kegiatan impor. c. Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan
pangan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu pandai-pandai dalam menjaga stok pangan, jika pada tahun
tertentu produktivitas pertanian menurun, masih tersedia stok pangan yang telah tersedia.
d. Meningkatkan kapasitas produksi Nasional dengan menetapkan lahan
abadi untuk produksi pangan. Pengolahan lahan harus digunakan sebagaimana mestinya,
dalam meningkatkan produksi dalam negeri diperlukan lahan yang tetap untuk swasembada pangan.
Tati Nurmala memandang ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga merupakan landasan bagi ketahanan pangan
masyarakat, yang selanjutnya akan menjadi pilar bagi ketahanan pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pernyataan tersebut maka
yang menjadi perioritas utama ketahanan pangan dalam negeri adalah memberdayakan masyarakat agar mampu menjaga stok pangan dan
61
Purwanto “Peran pembangunan ketahanan pangan” Jakarta, Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia LIPI, Pusat Penelitian Ekonomi, 2010 hal. 50
62
Ibid,
63
Ibid.,, hal 9
64
Ibid., hal 49
mampu menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta dapat mewujudkan ketahanan pangan dalam keluarga secara
berkelanjutan.
65
Menurut Soekartawi “pada prinsipnya aspek gizi dalam perencanaan kebutuhan pangan keluarga dapat dinyatakan dalam
satuan fisik seperti sekian ton beras, liter susu dan sebagainya.”
66
2. Arah Kebijakan
Menurut Tati Nurmala “Permintaan pangan meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan daya
beli masyarakat, serta perkembangan selera makan yang terjadi pada masyarakat.”
67
Dinamika sisi permintaan ini menyebabkan kebutuhan secara nasional meningkat dengan cepat, baik dalam jumlah, mutu dan
keragamannya. Dalam hal konsumsi, kebijakan ketahanan pangan diarahkan
untuk
68
: a. Menjamin pemenuhan pangan bagi setiap rumah tangga dalam
jumlah dan mutu yang memadai, aman dikonsumsi dan bergizi seimbang. Tercukupinya kebutuhan pangan rumah tangga yang
memiliki gizi baik yang dihasilkan dari tanaman yang bebas dari bahan kimia.
b. Mendorong, mengembangkan,
dan membangun
serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan
sebagai implementasi pemenuhan hak atas pangan. Hal ini perlu dilakukannya kegiatan penyuluhan dan pelatihan terhadap
kegiatan pertanian
dengan tujuan
untuk meningkatkan
produktivitas. c. Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk
pemenuhan hak atas pangan.
65
Tati Nur Mala, op. cit., hal.63
66
Seokartiwi, op. cit., hal 114
67
Tati Nur Mala, loc.cit., h. 65
68
Ibid., 66-67
G. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan peroduktivitas lahan sawah dalam pemenuhannya
terhadap kebutuhan beras penduduk, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan
Wawan Eka Putra 2011 dalam jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
BPTP Bengkulu,
tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi padi sawah di kabupaten seluma Studi
Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja dan dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa
secara individual variabel jumlah pupuk SP-36 X3 berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah
pupuk Urea X2 berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan X1, jumlah pupuk KCl X4,
jumlah tenaga keja X5, jumlah benih X6 dan jumlah pestisida X7 berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah. Jurnal
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fanny Anugerah K 2005 Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Pertanian Bogor, tentang Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan Non-pertanian di kabupaten Tangerang, dengan
menggunakan metode linear Berganda. Dari hasil penelitian di peroleh hasil bahwa berdasarkan analisis, hasil pendugaan menunjukan
koefesien determinasi R2-adj sebesar 92,5. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah di tingkat
wilayah adalah laju pertumbuhan penduduk, presentase luas lahan sawah irigasi dan pertambaha panjang jalan aspal. Adapun peubah
yang berpengaruh negatif yaitu produktivitas padi sawah, kontribusi sektor non-pertanian dan peubah dummy kebijakan pemerintah.
Hasil uji-t di peroleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap konversi lahan sawah pada selang kepercayaan 90 adalah
produktivitas padi sawah, presentase luas lahan sawah irigasi, montribuso sektor non-pertanian terhadap PDRD dan dummy
kebijakan pemerintah sedangkan laju pertumbuhan penduduk dan pertambahan panjang jalan aspal tidak berpengaruh nyata. Selain itu
nilai dari probabilitas-F menunjukan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel enjelas berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan
90. Skripsi 3. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Irawah dan Friyatno 2002
dalam jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosal Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian R.I, tentang
dampak konversi lahan sawah jawa terhadap produksi beras dan kebijakan pengendaliannya. Dari hasil penelitian di peroleh bahwa
akibat konversi lahan sawah di jawa selama kurun waktu 18 tahun 1981-1998 di perhitungkan secara akumulasi telah hilang sebesar
50,9 juta ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. Jurnal 4. Penelitian yang dilakukan oleh Maswirahmah dalam jurnal fasilitator
PPSP Kabupaten Soppeng, dengan judul “Arahan perencanaan ketahanan pangan di Kabupaten Soppeng” hasil penelitian diperoleh
bahwa kabupaten soppeng sampai dengan tahun 2042 30 tahun kedepan dengan sekenario I mengalami surplus beras begitu juga
dengan luasan sawahnya. Hanya saja untuk mewujudkan kondisi seperti itu sulit diwujudkan karena laju pertumbuhan penduduk dan
konversi lahan semakin meningkat. Begitupun dengan skenario II Kabupaten
Soppeng masih
mengalami surplus
meskipun penurunannya terjadi drastis ini mengindikasikan jika tidak ditangani
dengan baik akan terjadi krisis pangan kedepannya Jurnal 5. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Wahed dalam jurnal sosio
elektronika Universitas Negeri Malang, dengan judul “Pengaruh luas lahan, produksi, ketahanan pangan dan harga gabah terhadap
kesejahteraan petani padi di Kabupaten Pasuruan” hasil penelitian ini adalah luas lahan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan