Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal

(1)

PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN BERAS PENDUDUK DI KECAMATAN

BOJONG KABUPATEN TEGAL

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Aniszul Fuad

NIM :1112015000047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

i

Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar produksi beras di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 , dan untuk mengetahui bagaimana tingkat produktivitas lahan sawah. Ide awal penelitian ini karena meningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014 yang menyebabkan terjadinya konversi lahan sawah ke permukiman, hal ini akan mengurangi sumber daya lahan pertanian untuk produksi beras. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat dari BPS Kebupaten Tegal dan di analisis menggunakan microsoft excel dengam membandingkan sisi permintaan (demand) dan sisi ketersediaan (supply). Untuk mengetahui tingkat produktivitas lahan sawah digunakan rumus daya dukung lahan pertanian. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan didapat bahwa laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014 sebsar 0,89%, Sedangkan untuk Produksi padi dikonversi sebesar 0,65 menjadi beras, sehingga dapat diketahui produksi beras masing-masing untuk Tahun 2011 sebesar 8.415,68 ton, tahun 2012 sebesar 8.403,39 ton, tahun 2013 sebesar 8,388,05 ton, dan untuk tahun 2014 berproduksi sebesar 8.398,32 ton. Sedangkan untuk Produktivitas lahan dilihat berdasarkan perbandingan antarasupply dandemanddan dengan menghitung daya dukung lahan pertanian, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketersediaan berada dibawah angka konsumsi beras minimum, sehingga dapat dikatakan defisit, Produktivitas lahan berdasarkan daya dukung lahan pertanian berdasarkan hasil analisa bahwa Daya dukung lahan pertanian tahun 2011-2014 nilai α menunjukan 0,91 dan 0,89 atau kurang dari 1 yang berarti Kecamatan Bojong sudah tidak mampu swasembada pangan.


(9)

ii

ABSTRACT

Aniszul Fuad (1112015000047).Department of Social Education. Faculty of Tarbiya and Teachers' Training. The title of Skripsi “Productuvity of Wetland in Meeting The Needs Rice of Residents in The District of Bojong

Tegal”

This research purposes to determine how much rice production in the Districk of Bojong 2011 until 2014 and also to determine how the level of productivity of paddy fields, The initial idea of this study because of the increasing population in the District of Bojong in 2011-2014 which will cause wetland conversion to settlements, it can lower the carrying capacity of agricultural land for rice production. This research uses deskriptive method with quantitative approach, while the data required in this research is secondary data obtained and the Central Statistics Agency (BPS) Tegal and analyzed using microsoft excel to compare and the two sides, the request or requirement (demand) and the availability (supply) and to determine the level of productivity of wetland used formula of agricultural land capacity based on the analysis conducted and found that the rate of population growth, and in 2011 the Distict of Bojong 2014 at 0,89%, while for rice production on converted by 0,65 into the rice, so that can know each rice production for 2011 amounted to 8.415,68 tons, in 2012 amounted to 8.403,39 tons, in 2013 amounted to8.388,05 tons, and for 2014 production amunted to 8.398,32 tons and for land productivity seen by the interplay between supply and demand to calculate the carrying cacacity of agricultural land, and it can be deduced that the availability is lower than the figures of rice consumption minimum, so we can say the deficit, the productivity of land based on the carrying capacity of agricultural land based on the results of the analysis that the carrying capacity of agricultural land in 2011-2014 showed α value of 0,91 and 0,89 or less than 1, which means the District of Bojong is not able to self-sufficiency


(10)

iii

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal”untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda alam, Nabi besar Muhammad SAW, Beserta keluarga, sahabat, beserta umatnya.

Sebagai mahluk sosial pada umumnya, penulis menyadari bahwa pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar.

Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak bisa terhitung jumlahnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Yang senantisa memberikan banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.

3. Bapak Drs. Syaripulloh M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Yang juga senantisa memberikan banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya. 4. Bapak Prof, Dr. Rusmin Tumanggor, MA., selaku Dosen Penasehat


(11)

iv

5. Bapak Andri Noor Ardiansyah, S.Pd, M,Si, dan Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu serta selalu sabar dalam membimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.

6. Bapak Sodikin S.Pd, M,Si, yang banyak telah banyak memberikan kepercayaan kepada saya dalam hal penelitian semasa perkuliahan, dan juga banyak memberikan masukan-masukan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi

7. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu kepada penulis, yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat saya.

8. Alm Bapak Sayat dan Almh Ibu Sukinah Kedua orangtua kandung yang selalu memberikan semangat dari jauh kepada penulis untuk terus berjuang meraih cita-cita, Terimakasih atas cinta kasih dan do’a yang telah kalian semogakan di Surga Allah untuk penulis.

9. Bapak Pahluri dan Umi Nur Qomariyah kedua orang tua yang telah membesarkan dan mengajarkan penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu yang selalu mengiringi setiap derap langkah penulis. Terima kasih juga atas dukungan berupa moril maupun materil yang luar biasa selalu kalian berikan dan nomer satukan untuk penulis.

10. Bapak Muktarom, S.Ip selaku kepala camat di Kecamatan Bojong yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Kecamatan Bojong. 11. Bapak Joko selaku Ketua UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong yang telah

memberikan banyak data kepada punulis sehingga penulis dapat mengolah data hingga selesai.

12. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal yang telah berjasa dalam jalannya penelitian ini karena telah memberikan fasilitas berupa data-data sekunder yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.

13. Sahabatku tercinta yang selalu setia menemani dengan penuh kesabaran dan mendukung penulis, yaitu: Hendra Arighi, Khairil Anam, Rizky Maulana, M.Rahmat Nur Sofyan, Abdurrohman, Fakhrur Al-Izza dan An Rian Setianto, yang dengan kerelaan hati meluangkan waktunya, membantu dan menemani penulis.


(12)

v

dan dukungan dalam penyelesaian Penelitian ini.

15. Teman-teman Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012 terkhusus kelas C (Geografi) atas kekompakannya selama ini, baik di dalam kelas maupun saat praktikum.

16. Temen-temen terbaik di Geografi yaitu Fildzah Octaviani, Ana Mariana, Noviana Anggraini, Winda Septi Kusuma, Fakhrur Al-Izza, An Rian Setianto, Feby Famela Iffah, M. Ikrom, Nurlela, Maulyda Wulandari, yang senantiasa memberikan banyak masukan dan dukungan dalam penelitian ini.

17. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat yang telah memberikan banyak motivasi dan banyak dukungan dalam penyelesaian Penelitian ini.

18. Teman-teman Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ciputat yang telah memberikan banyak Do’a sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.

19. Dan semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh Allah SWT.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, September 2016 Penulis


(13)

vi

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis... 7

2. Manfaat Praktis ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Produktivitas ... 9

B. Lahan Pertanian ... 12

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Sawah 1. Luas Lahan... 15

2. Jenis Tanah... 17

3. Kondisi Irigasi... 18


(14)

vii

4. Modal ... 29

5. Tenaga Kerja ... 32

E. Beras ... 33

F. Pemenuhan Pangan Bagi Masyarakat 1. Konsep Umum Ketahanan Pangan ... 34

2. Arah Kebijakan ... 36

G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

H. Kerangka Berfikir ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 41

B. Metodologi Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian... 44

D. Populasi Data ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data... 47

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 1.) Batas Wilayah Administrasi ... 53

2.) Luas Wilayah ... 54

3.) Topografi... 57

4.) Iklim ... 57

5.) Jenis Tanah... 59

6.) Penggunaan Lahan ... 59

b. Keadaan Sosial Budaya di Kecamatan Bojong 1.) Kependudukan ... 62

2.) Agama ... 66

3.) Pendidikan... 66

4.) Kesehatan ... 66

c. Sumber Daya Alam 1.) Pertanian ... 66

2.) Peternakan... 67

3.) Perkebunan... 67

4.) Kehutanan ... 68 2. Kondisi Ekonomi


(15)

viii

a. Sektor Industri... 68

b. Energi ... 68

c. Perdagangan ... 68

B. Deskripsi Data 1. Data Produksi Padi Tahun 2011-2014 ... 69

2. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong 2011-2014 ... 70

3. Data Rata-rata Luas Panen Pertanian Padi 2011-2014 ... 71

C. Temuan Hasil Analisis 1. Proyeksi Ketersediaan Beras a. Dari Sisi Permintaan (demand)... 72

b. Dari Sisi Ketersediaan (Supply) ... 76

2. Menunjukan Tingkat Produktivitas Lahan Sawah ... 77

D. Pembahasan Produktivitas Lahan Sawah... 79

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Implikasi ... 84

C. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

UJI REFERENSI LAMPIRAN


(16)

ix

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Tegal... 41

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Tegal... 53

Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Bojong... 60

Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Tegal ... 61


(17)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Tahun 2011-2014... 2

Tabel 1.2 Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2008-2014... 3

Tabel 1.3 Luas Tanam, Panen dan Rata-rata Produksi Padi ... 5

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 43

Tabel 3.2 Monografi Kecamatan Bojong ... 47

Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Tahun 2014 ... 55

Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Desa 2014 ... 56

Tabel 4.3 Hari Hujan, Curah Hujan dan Kelembapan Udara... 58

Tabel 4.4 Penduduk Menutut Desa dan Jenis Kelamin Tahun 2014 .. 63

Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Menurut Desa Tahun 2014... 64

Tabel 4.6 Banyaknya Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha 2014. 65 Tabel 4.7 Produksi Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 ... 69

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 ... 70

Tabel 4.9 Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014. 71 Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014... 73

Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Tahun 2011-2014... 74

Tabel 4.12 Kebutuhan Beras Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014... 75

Tabel 4.13 Produksi BerasTahun 2011-2014 ... 76

Tabel 4.14 Produktivitas Lahan Sawah... 78


(18)

xi

Lampiran 3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 (Diolah)

Lampiran 4 Data Produktivitas Rata-rata padi (Ton/ha) Tahun 2011-2014 Lampiran 5 Data Indeks Penanaman Padi (IP) Kecamatan Bojong (Diolah) Lampiran 6 Produktivitas Lahan Sawah Berdasarkan Hasil Analisa

Lampiran 7 Data Kebutuhan Beras di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 (Diolah)

Lampiran 8 Data Produksi Beras, Luas Lahan yang Tersedia untuk

Budidaya Padi, Luas Lahan yang diperlukan untuk Swasembada Pangan. Dan Daya Dukung Lahan Pertanian

Lampiran 9 Foto Dokumentasi Lampiran 10 Peta

Lampiran Data BPS Lampiran surat-surat


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia dalam kenyataanya lebih akrab dengan lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan teknologinya, Perkembangan teknologi yang mengelola sumberdaya alam harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya, sehingga akan tetap bermanfaat bagi generasi mendatang.

Menurut Mubyarto, “Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian di mana pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.”Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian dan produk nasional yang berasal dari pertanian.1

Pembangunan sektor pertanian masih menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia saat ini dan beberapa waktu yang akan datang. Salah satu penyebabnya dikarenakan sebagain besar penduduk Indonesia terus bertambah relatif pesat, dengan konsekuensi ada penyediaan bahan pangan baik dari segi kuantitas, kualitas maupun jenisnya dalam jumlah yang memadai.

Manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya tidak dapat terlepas dari lingkungan alam. Hal ini dapat dilihat dari ketergantungan manusia yang selalu bergantung pada lingkungan alam dalam memenuhi kebutuhan

1

Ida Nurul Hidayati dan Suryanto, Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi Pertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan,jurnal FEB, Universitas Sebelas Maret, 2015 hal.43


(20)

hidupnya, selalu terjadi hubungan antara manusia dengan lingkungan alamnya, sementara itu laju pertumbuhan penduduk yang bertumbuh dengan pesat disertai meningkatnya kebutuhan pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut menimbulkan permasalahan besar yang menyangkut manusia maupun lingkungan. Salah satu masalah yang

Penduduk di Kecamatan Bojong sebagaian besar masih merupakan petani, buruh tani dan orang yang sebagain besar pendapatannya berasal dari bercocok tanam, karena itu kebutuhan akan lahan pertanian lebih besar.

Tabel 1.1

Perbandingan Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

Desa/Kelurahan Jumlah

Penduduk 2011

Jumlah Penduduk 2014

01. Rembul 8.586 9.107

02. Dukuhtengah 2.725 2.785

03. Kedawung 2.817 2.906

04. Suniarsih 2.121 2.188

05. Karangmulya 5.509 6.496

06. Tuwel 8.886 9.298

07. Bojong 8.705 8.870

08. Buniwah 3.354 3.361

09. Lengkong 4.835 5.010

10. Batunanya 1.743 1.788

11. Sangkanayu 1.184 1.259

12. Gunungjati 2.313 2.360

13. Pucangluwuk 4.229 4.377

14. Kajenengan 4.548 4.701

15. Kalijambu 2.387 2.431

16. Danasari 4.530 4.625

17. Cikura 4.301 4.394

Jumlah 72.773 75.908

Sumber : BPS Kabupaten tegal tahun 20112014 (diolah)

Dalam tabel 1.1 perbandingan jumlah penduduk, terlihat adanya peningkatan jumlah penduduk pada masing-masing desa di Kecamatan Bojong walaupun tidak begitu signifikan, tetapi hal ini akan mempengaruhi kebutuhan pangan pada masing-masing desa tersebut.


(21)

2600000 2700000 2800000 2900000 3000000 3100000

Lahan Sawah

Lahan Bukan Sawah

L

u

as

L

ah

an

(

h

a)

Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah

Tahun 2008 2851555 3041305

Tahun 2014 2808425 3080628

Grafik Penggunaan Lahan

Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal


(22)

luas lahan dipermukaan bumi sifatnya tetap dan terbatas. Oleh karena itu, di perlukan suatu perencanaan dan penataan pemanfaatan lahan agar lahan dimanfaatkan secara efisien dan lestari, sehingga kesuburan tanah dan produktivitasnya tetap terjaga. Lahan yang menjadi faktor utama penghasil tanaman harus dimanfaatkan dengan baik.

Lahan merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang selama ini menjadi pembatas kedaulatan pangan di Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia membutuhkan hasil pertanian seperti padi, sayuran dll untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Permasalahan lahan yang dihadapi selama ini adalah ketersediaan lahan pertanian yang tidak mecukupi, penyusutan lahan pertanian yang sudah tersedia, dan kesulitan pengembangan lahan pertanian baru karena berbagai kendala. Jika lahan pertanian yang digarap untuk produksi padi berkurang, maka akan berdampak pula terhadap hasil pertanian, lahan harus kita lestarikan dengan baik sebagaimana mestinya agar kemampuan dalam memperoduksi hasil pertanian dapat enghasilkan secara optimal

Menurut data Badan Pertanian Nasional (BPN) dalam Tribowo, berdasarkan Zona Ekonomi Eklusif, Indonesia memiliki wilayah teritorial seluas 800 juta ha. Dari luas tersebut sebagian besar yaitu 609 juta ha (76%) merupakan perairan dan sisanya 191 juta ha (24%) merupakan daratan. Dari 191 daratan, 67 juta ha (35%) harus digunakan sebagai kawasan lindung dan sisanya seluas 123 juta ha (65%) dapat digunakan untuk areal budidaya. Sesuai dengan fingsinya dan kepatutan penggunaannya, maka kawasan lindung mestilah berupa hutan, dan kawasan budidaya dapat digunakan penggunaan non hutan, yaitu untuk pertanian dan non pertanian.2

Produksi hasil peranian akan bergantung pada luas areal lahan yang digunakan untuk swasembada pangan, jika luas lahan pertanian menyusut maka produktivitas lahannya akan rendah, dan sebaliknya jika luas areal yang digunakan untuk swasembada pangan diperluas maka

2

Triwibowo Yuwono, Pembangunan Pertanian, (Yogyakrta, Gadjah Mada University Press, 2011). Hlm. 168


(23)

5

produktivitas lahan pun akan meningkat, hal ini seperti disajikan pada tabel 1.3

Tabel : 1.3

Luas Tanam, Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Menurut Desa di Kecamatan Bojong Tahun 2014

Desa/Kelurahan Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Produksi (ku) Rata-rata Produksi (ku/ha)

01. Rembul 78 78 3684 47,24

02. Dukuhtengah - - -

-03. Kedawung - - -

-04. Suniarsih 163 164 7452 45,44

05. Karangmulya 150 151 1006 6,66

06. Tuwel 89 89 4180 46,97

07. Bojong 211 212 10402 49,07

08. Buniwah 183 184 928 50,45

09. Lengkong 187 188 25070 133,35

10. Batunyana 144 245 1266 8,73

11. Sangkanayu 117 118 5684 48,17

12. Gunungjati 53 63 2600 41,27

13. Pucangluwuk 333 334 19028 56,97

14. Kajenengan 292 293 16707 57,02

15. Kalijambu 183 184 4432 24,09

16. Danasari 171 172 9350 54,36

17. Cikura 160 161 8904 55,30

Jumlah 2514 2536 129047 725,089

Sumber: UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong

Menurut tabel 1.3 terlihat rata-rata produksi padi di Kecamatan Bojong sejumlah 725,089 kw/ha. Desa yang memiliki produksi terbanyak terdapat pada 5 Desa, yaitu Desa Lengkong, Desa Kajenengan, Desa Pucangluwuk, Desa Cikura dan Danasari.3

Indonesia yang merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi sebagaian besar penduduknya, yang merupakan sasaran tujuan pembangunan di pedesaan. Hal ini sependapat dengan ungkapan Soehartono dalam Triwibowo Yuwono yang menyatakan bahwa,

“Prioritas pembangunan masyarakat dipedesaan dijatuhkan pada sektor 3

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal “Kecamatan Bojong dalam Angka 2015


(24)

ekonomi pertanian”.4 Hal ini disebabkan karena masyarakat desa di Indonesia rata-rata sumber penghasil utamanya berasal dari sektor pertanian. Sebagai negara agraris Indonesia mampu menghasilkan bahan pangan pokok dalam jumlah yang besar, namun karena jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan kebutuhan pangan pokok dalam hal ini adalah beras bagi masyarakat Indonesia masih harus di impor.

Indonesia mampu memproduksi gabah dalam jumlah yang sangat besar lebih dari 60 juta ton per tahun, namun untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang mencapai hampir 250 juta jiwa, pada tahun 2008 Indonesia masih melakukan impor beras. Secara presentase sangat kecil kurang dari 0,5% produksi dalam negeri, namun jumlah mutlaknya cukup besar hampir mecapai 300 ribu ton untuk tahun 2008. Jumlah tersebut dapat membengkak pada kurun waktu yang lain sehingga dapat mencapai lebih dari 2 juta ton per tahun.5

Menurut pandangan Triwibowo “Produksi atau hasil pertanian dalam arti luas tergantung dari faktor genetik dan varietas yang di tanam, lingkungan termasuk anatara lain tanah, iklim dan teknologi yang dipakai. Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari varietas tanaman”6

Menurut Badan Litbang Pertanian dalam Azwir dan Ridwan kebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan pokok utama penduduk Indonesia terus meningkat karena selain jumlah penduduk yang terus bertambah dengan laju peningkatan 2% per tahun, juga karena adanya perubahan pola konsumsi penduduk dari non-beras ke beras. Di lain pihak terjadinya penyempitan lahan sawah subur akibat terjadinya konversi lahan sawah untuk kepentingan selain pertanian yaitu permukiman dan fasilitas-fasilitas lain, juga karena terjadinya fenomena produktivitas padi sawah irigasi cenderung turun.7

Berdasarkan uraian tersebut di atas, Penulis tertarik untuk Meneliti tentang ”Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal”

4

Triwibowo Yuwono,op. cit 5

Ibidhlm. 169

6

Tati Nur Mala, dkk,Pengantar Ilmu Pertanian, Graha ilmu, Yogyakarta, 2012, hal. 19

7

Azwir dan Ridwan,Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan Teknologi Budidaya, (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, 2009) hal.213


(25)

7

B. Identifikasi Masalah

1. Luas Lahan pertanian di Kecamatan Bojong Menurun 2. Kurangnya stok beras di Kecamatan Bojong

3. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Bojong Semakin Meningkat C. Batasan Masalah

1. Produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal pada rentan waktu 2011-2014.

2. Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan kebutuhan beras bagi penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal tahun 2011

–2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Berapa Jumlah Produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal pada tahun 2011–2014?

2. Bagaimana Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan kebutuhan beras bagi penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal pada tahun 2011-2014?

E. Tujuan penelitian

Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Jumlah produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di Kecamatan Bojong dalam Rentan Waktu 2011-2014

2. Untuk Mengetahui Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras bagi Penduduk Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu rujukan atau panduan dalam penelitian selanjutnya khususnya terkait masalah tentang produktivitas lahan sawah dan faktor-faktor yang


(26)

mempengaruhi produktivitas lahan sawah dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan beras.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

1) Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan

2) Sebagai sarana untuk mengimplikasikan teori-teori yang telah dipelajari dibangku kuliah

3) Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

b. Bagi Petani

1) Memberikan rekomendasi kepada petani tentang penggunaan dan pemanfaatan lahan sawah yang tepat untuk digunakan pada lahan sawah yang ada di Kecamatan Bojong.

2) Meningkatkan pendapatan petani dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.

3) Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong.

c. Bagi instansi terkait

1) Dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat tentang penggunaan dan pemanfaatan lahan sawah yang tepat untuk digunakan pada lahan sawah yang ada di kecamatan bojong.

2) Meningkatkan pendapatan petani dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga di lingkungan guna pemantapan ketahanan pangan masyarakat di Kecamatan Bojong.


(27)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Produktivitas

Pertanian merupakan suatu proses produksi khusus yang di dasarkan atas proses pertumbuhan tanaman1. Produksi hasil pertanian dalam arti luas bergantung pada faktor-faktor fisik dan genetik yang ditanam seperti kondisi lungkungan dan jenis tanahnya. Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari faktor-faktor non teknis seperti keterampilan petani dalam mengolah lahan dan biaya atau sarana produksi.

Produktivitas dan kesuburan tanah menunjukan kemampuan tanah untuk memproduksi tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut. Produktivitas merupakan kemampuan atau daya dukung lahan pertanian dalam memperoduksi tanaman. Produktivitas dalam Pandangan Tati Nurmala merupakan kemampuan tanah untuk menghasilkan produksi tanaman tertentu. Tanah yang produktif ialah tanah yang dapat menghasilkan produksi tanaman dengan baik dan menguntungkan bagi petani yang mengolahnya. Jika hasil pertanian tidak sesuai dengan apa yang diinginkann berarti lahan tersebut tidak produktif dan perlu pengolahan yang lebih optimum lagi.2

Produktivtas merupakan perwujudan dari seluruh faktor-faktor (tanah dan non-tanah) yang akan berpengaruh terhadap hasil tanaman yang lebih berdasarkan pada pertimbangan ekonomi. Karena itu Tati Nurmala mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tanah ialah masukan (sistem pengelolaan); keluaran (hasil tanaman); tanah (jenis dan luasnya). Jadi tanah produktif harus subur dan menguntungkan. Tanah subur akan produktif jika dikelola dengan baik, menggunakan teknik pengelolaan dan jenis tanah yang sesuai.

Menurut Tisdale, Nelson, dan Beaton dalam Tati Nur Mala, Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara yang cukup yang dibutuhkan oleh tanaman dan

1

Tati Nur Mala, dkk,Pengantar Ilmu Pertanian, (Yogyakarta; Graha ilmu, 2012), h 19

2


(28)

perbandingan yang sesuai untuk pertumbuhannya, sehingga dapat meghasilkan produksi yang tinggi.3

Menurut Foth dan Ellis dalam Aji Munawar, Produktivitas tanah adalah kapasitas tanah untuk memproduksi hasil (yield) tertentu dengan pengelolaan yang optimum4. Produktivitas tanah bukan hanya dipengaruhi oleh jenis tanah maupun luas lahan saja, tetapi diperlukan juga keterampilan petani dalam mengolah lahan tersebut. Istilah ini memiliki arti yang lebih luas jika dibandingkan dengan kesuburan tanah, karena telah mecakup dua aspek sekaligus, yaitu aspek kesuburan tanah dan juga aspek keterampilan dalam mengolah lahan tersebut.

Tanah dapat saja mengandung unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang serta mempunyai sifat-sifat baik lainnya. Tetapi jika tanah tersebut dibiarkan tidak dikelola atau tidak digarap ia tidak akan mampu menghasilkan tanaman sesuai dengan yang di inginkan (produktif). Tanah harus di kelola dengan baik agar hasil pertanian bisa diperoleh dengan baik atau dengan jumlah yang memadai, jika tanah tidak dikelola dengan baik atau tidak digunakan sebagaimana mestinya maka akan berdampak pada produksi tanaman. Sebagai contoh, pada saat musim kemarau sebaik apapun sifat-sifat fisik tanah, kimia, dan biologi tanah serta ketersediaan haranya tanah tidak akan menghasilkan apa apa jika tidak mendapatkan pasokan air atau irigasi yang cukup. Pada musim kering atau kemarau pasokan air sangat dibutuhkan agar tanah mampu berproduksi tanaman dengan baik.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua tanah yang produktif itu subur, karena tanah yang subur akan menghasilkan hasil pertanian yang baik dan berkualitas jika dibarengi dengan pengolahan yang baik pula, sebaliknya banyak tanah subur yang tidak produktif akibat kekeringan atau karena tidak dikelola dengan cara yang tepat. Maka dibutuhkan keterampilan petani agar tanah dapat dikelola dengan baik. 3

Ibid., h. 25

4

Ali Munawar,Kesuburan Tanaman dan Nutrisi Tanaman, (Bogor : IPB Press, 2011). h. 5.


(29)

11

Untuk membuat tanah yang subur dan produktif perlu diketahui faktor-faktor lain yang mendukung atau menghambat produktivitas dan cara mengubahnya untuk menjamin tanah tersebut produktif.5

Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi terhadap biaya input produksi.6

Rendahnya output atau hasil pertanian karena banyaknya produk yang tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan mengakibatkan produktivitas pertanian menjadi rendah. Namun produktivitas masih dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan input dan meningkatkan output.

Menurut Soetriono, “usaha tani tidak pernah terlepas dari hasil produksi pertanian. Produksi pertanian secara teknis mempergunakan input berupa masukan-masukan dalam kegiatan pertanian dan output berupa hasil pertanian.”Dalam usaha tani dibutuhkan lahan, modal, tenaga kerja ataupun manajemen yang baik supaya hasil pertanian dapat sesuai dengan apa yang di inginkan. Jika tidak ada modal ataupun tenaga kerja maka kegiatan pertanian tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Input adalah semua yang dimasukan kedalam proses produksi pertanian seperti tanah, pupuk, pestisida dan obat-obatan lain yang dipergunakan dalam kegiatan pertanian, tenaga kerja petani dan keluarganya serta setiap pekerja yang diberi upah atau bayaran dalam pengolahan lahan. Input dalam kegiatan pertanian sangatlah penting dalam menunjang kegiatan pertanian maka dari itu dibutuhkan pengolahan yang baik agar output dapat dihasilkan dengan sempurna, sedangkan output adalah hasil tanaman yang dihasilkan oleh usahatani tersebut yaitu berupa

5

Ibid, h.6

6

Sutra Mandasari, “Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Produktivitas Usahatani


(30)

bahan makanan. Bahan makanan yang berkualitas dihasilkan dari kegiatan input yang baik.7

INPUT : Biaya OUTPUT : Penerimaan

1. Tanah 1. Bahan Makanan

2. Modal 3. Tenaga Kerja 4. Manajemen B. Lahan Pertanian

I Made Mahadi berpendapat bahwa “Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang menghasilkan bahan makanan yang menjadi tempat proses produksi dan hasil produksi yang diperoleh”.8Lahan menjadi faktor utama dalam produksi pertanian, karena jika jenis tanah pada lahan yang dikelola untuk budidaya tanamam baik begitupun dengan pengolahan lahan yang baik maka produksi pertanian akan baik pula. Dalam pertanian terutama di negara berkembang seperti Indonesia, faktor produksi lahan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima dari lahan dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. Lahan sangat berperan penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai sarana untuk bertempat tinggal lahan juga dijadikan sebagai tempat kegiatan ekonomi.

Lahan bagi petani mempunyai arti yang sangat penting karena dari lahan mereka dan keluarganya dapat mempertahankan hidupnya melalui kegiatan pertanian, perkebunan dan berternak karena lahan merupakan faktor produksi utama dalam berusaha tani, maka status kepemilikan dan penguasaan lahan sangat penting untuk menentukan jenis komoditas apa yang akan ditanam pada lahan

7

Soetriono, dkk,Pengantar Ilmu Pertanian, (Malang,: Banyu Media Publishing, 2003 , hal.62

8

I Made Mahadi, “Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian serta dampaknya terhadap kesejahteraan petani ( studi kasus di subak jadi, kecamatan kediri, tabanan ),” Tesis Universitas Udayana, Bali, 2014. Hal.25


(31)

13

tersebut dan berapa besaran bagian yang diperoleh dalam usaha tani yang dikelola.9

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan suatu ruang atau spasial yang digunakan sebagai sarana untuk dimanfaatkan oleh manusia, hewan, maupun tumbuhan dan benda benda yang lainnya untuk membantu dalam kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup yang lainnya seperti digunakan sebagai tempat tinggal atau habitat dan juga sebagai kegiatan untuk mencari bahan makanan.

Manurut Tati Nurmala, dkk “Lahan pertanian jika dilihat dari aspek ekosistemnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu: (1) lahan pertanian basah dan (2) lahan pertanian kering.”Lahan pertanian basah adalah lahan pertanian yang selalu digenangi air, sehingga petani tidak perlu mengandalkan air hujan sebagai pasokan utama irigasi pertanian, dan sebaliknya lahan kering adalah lahan yang mengandalkan air hujan sebagai pasokan irigasi, pada lahan kering jika musim kemarau panjang biasanya digunakan untuk tanaman jagung. Antara kedua kelompok lahan pertanian tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga pengolahan dalam lahan tersebut harus berbeda pula agar memberikan hasil pertanian yang tinggi. Pada lahan pertanian basah kondisi irigasi sudah terjamin sehingga petani tidak perlu memperbaiki tekstur tanah untuk kegiatan pertanian, sebaliknya pada lahan kering kondisi irigasi susah diperoleh, maka dari itu perlu ada pengolahan tanah terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan pertanian, tujuannya agar tanah memiliki tekstur yang lumat atau halus.10

Arti pertanian menurut Anwas Adiwilaga dalam Tati Nur Mala yang mendefinisikan pertanian sebagai suatu kegiatan untuk memelihara suatu tanaman tertentu pada sebidang lahan tanpa menyebabkan kerusakan lahan tersebut untuk berproduksi lagi dimasa yang akan datang. Lahan

9 Ibid., 10


(32)

harus digunakan secara optimal agar kegiatan pertanian dapat dilakukan secara berkelanjutan sehingga produksi pertanian terus berjalan.

Bishop dan Toussaint dalam Tati Nur Mala mendefinisikan pertanian sebagai suatu perusahaan yang khusus mengombinasikan sumber-sumber alam dan sumberdaya manusia dalam proses menghasilkan produksi pertanian, dalam pertanian bukan hanya kualitas lahannya saja tetapi membutuhkan keterampilan yang baik dari sumberdaya manusia untuk mengolah lahan tersebut. Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan atau dikatakan bahwa pertanian adalah: kegiatan produksi biologis yang berlangsung diatas sebidang tanah (lahan) dengan tujuan menghasilkan tanaman dan hewan untuk memenuh kebutuhan hidup manusia tanpa merusak lahan tersebut yang digunakan untuk produksi dimasa yang akan datang atau berkelanjutan.11

Menurut Hasan Basri untuk kehidupan tanaman lahan atau tanah mempunyai fungsi, yaitu12:

1. Tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman, lahan sebagai habitat atau tempat hidup tanaman, jika luas lahan untuk budidaya tanaman semakin sempit maka produksi tanamanpun akan rendah, dan sebaliknya.

2. Sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah, tanah menyediakan unsur hara esensial yang baik bagi tanaman dan sebaliknya, jadi antara tanah dan tanamann saling berkontribusi terhadap kelangsungan hidup masing-masing

3. Sebagai penyedia dan gudangan air dalam tanah. Tanaman mampu menyerap air yang berlebihan didalam tanah sehingga dapat mengurangi bencana longsor, tanaman membutuhkan air untuk proses fotosintesis.

11

Ibid.,hal. 14

12


(33)

15

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Sawah 1. Luas Lahan

Lahan dalam pandangan Towenshend dalam Kristovel Prok merupakan bagian dari permukaan bumi yang dicirikan oleh adanya suatu susunan sifat-sifat khusus dan proses-proses didalamnya yang saling berkaitan dalam ruang dan waktu dalam tanah, atmosfer dan air, bentuk lahan, vegetasi dan populasi fauna, sebagai hasil dari aktivitas manusia atau tidak. Lahan merupakan bagian dari alam yang dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang digunakan untuk memenuhi keperluan hidupnya, saling terjadi keterkaitan antara makhluk hidup dan alam.13

Kemudian Hadjowigeno dalam Krostovel Prok juga menjelaskan bahwa lahan adalah lingkungan fisik bumi yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan tersebut termasuk didalamnya adalah akibat dari kegiatan-kegiatan manusia, seperti reklamasi daerah pantai, penebangan hutan dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi, abrasi, sedimentasi, longsor dan akumulasi garam. Lahan merupkan kondisi fisik bumi baik lautan, dataran, maupun pegunungan yang hasilnya merupakan kegiatan-kegiatan dari aktivitas manusia maupun makhluk hidup lainnya14

Vink dalam Kristovel Prok, mengemukakan bahwa lahan adalah suatu konsep yang dinamis, konsep yang berkaitan dengan alam atau spasial, artinya lahan merupakan tempat dari berbagai ekosistem yang ada di bumi juga merupakan bagian dari ekosistem-ekosistem tersebut. Lahan juga merupakan konsep geografis karena dalam pemanfaatannya selalu terkait dengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga karakteristiknya berbeda-beda tergantung dari lokasinya. Selain konsep lokasi,

13

Kristovel Prok, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Selama Periode Otonomi Daerah 2001-2013”, jurnal FEB, Universitas Sam Ratulangi, 2015 hal.5

14 Ibid,.


(34)

lahan juga berkaitan dengan konsep-konsep geografi yang lain seperti morfologi, keterkaitan ruang, jarak.15

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dalam kegiatan pertanian. Skala usaha tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Sering dijumpai semakin luasnya lahan yang dipakai untuk usaha pertanian, akan semakin tidak efisien lahan tersebut, dikarenakan penggunaan obat-obatan seperti penggunaan pestisida dan insektisida yang berlebihan pula. Hal itu didasarkan pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang karena sebab-sebab sebagai berikut16:

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja, penggunaan pupuk dan pestisida harus dilakukan secara efisien dan tidak berlebihan agar kemampuan lahan untuk berproduksi tetap terjaga.

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut. Semakin majunya zaman banyak masyarakat yang beralih profesi dari petani ke non-petani seperti kegiatan berdagang maupun dibidang jasa yang kemudian akan berdampak pada kegiatan pertanian karena tenaga kerja dalam bidang pertanian semakin berkurang.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian dalam skala luas tersebut, dalam kegiatan pertanian diperlukan adanya modal untuk keperluan benih, obat-obatan dan juga upah untuk tenaga kerja, jika modal sedikit maka akan mempengaruhi luasan kegiatan pertanian, begitupun sebaliknya.

15

Ibid,hal.6

16


(35)

17

Pada lahan yang sempit. Upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal yang tidak terlalu besar sehingga usaha pertanian seperti itu akan lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien. Namun jika luas lahan untuk budidaya pertanian semakin sempit ini akan berdampak pada hasil pertanian yang akan menurun, hal ini dapat menyebabkan terjadinya bencana kelaparan pada keluarga jika hanya mengandalkan pangan dari hasil pertanian yang dikelolanya.

Selanjutnya penggunaan lahan pertanian berdasarkan kondisi saluran irigasi yang ada disekitar lahan juga dapat mencerminkan macam tanaman yang akan diusahakan pada lahan tersebut dan sekaligus juga menggambarkan pola tanam. Misalnya di lahan irigasi orang cepat membayangkan bahwa sawah tersebut cocok untuk ditanami padi. Kalau dalam waktu setahun di usahakan hanya tanaman padi, maka dapat di katakan bahwa pola tanamannya adalah padi-padi-padi; akan terjadi usahatani padi selama tiga kali dalam setahunnya. Begitu pula sebaliknya pada lahan kering yang hanya memanfaatkan air hujan sebagai pasokan irigasi biasanya lebih dimanfaatkan untuk tegalan atau kebun.

Selain itu, dalam pandangan Soetriono kesuburan lahan pertanian juga menentukan produktivitas tanaman. Lahan yang subur akan menghasilkan tanaman yang baik dan produktivitas yang tinggi jika dibandingkan dengan tanah yang kurang subur. Kesuburan lahan pertanian biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah yang ada. Struktur dan tekstur tanah dapat menentukan macam-macam jenis tanah pada lahan tersebut sehingga dapat pula ditentukan jenis komoditas yang cocok untuk ditanam.17

2. Jenis Tanah

Menurut Sumartono, “Padi dapat diusahakan di tanah kering dan tanah sawah namun dalam kondisi irigasi yang baik.” Padi dalam 17


(36)

pertumbuhannya membutuhkan kondisi irigasi yang baik, karena padi akan tumbuh pada lahan yang memiliki tekstur yang halus, pada tanah sawah yang terpenting adalah tanah harus merupakan bubur yang lumat, yaitu struktur butir yang basah dan homogen yang kuat menahan air atau disebut tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.

Padi sawah cocok ditanam di tanah berlempung yang berat dan tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah karena mengalami penggenangan. Tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral yaitu mendekati 7,0. Keasaman yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padi antara pH 4,0 – 7,0. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat untuk pertumbuhan padi maka diperlukan pengolahan tanah yang khusus, agar padi dapat tumbuh dengan baik dan dapat meningkatkan produktivitas lahan.18

3. Kondisi Irigasi

Pertumbuhan tanaman menurut Hasan Basri sangat dibatasi oleh kondisi irigasi yang tersedia didalam tanah, karena air sangatlah mempunyai peran penting dalam proses kehidupan tanaman. Tanaman membutuhkan air untuk proses fotosintesis, Jika tanah kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologi sehingga mengakibatkan terhentinya petumbuhan tanaman dan menyebabkan gagal panen. Untuk menghidari hal tersebut maka diperlukan kondisi irigasi yang baik pada lahan pertanian.19

Air tanah memiliki peran penting dalam kehidupan dan penghidupan rakyat karena fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti untuk minum, mandi, irigasi pertanian dan keperluan lainnya. Oleh karena itu dalam pengelolaannya perlu diatur melalui perangkat-perangkat hukum atau regulasi untuk mewujudkan keseimbangan antara konservasi dan pendayagunaan air. Dalam melakukan pengelolaan air tanah khususnya pendayagunaan dan pengembangannya untuk irigasi pertanian, berikut diuraikan berdasarkan

Undang-18

I Made Mega,dkk,Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan, (Denpasar : Universitas Udayana, thn.2010). hal.

19


(37)

19

undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang air tanah dan peraturan daerah lainnya.20

Saluran air atau irigasi berfungsi untuk mengairi lahan sawah agar di saat musim kemarau kebutuhan akan air akan tetap terpenuhi dan tidak akan kekeringan, Sehingga tanaman padi tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Apabila air berkurang maka tanaman padi tidak akan tumbuh dan akan menyebabkan gagal panen.

Air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan tanaman, karena air merupakan salah satu kebutuhan pokok tanaman seperti halnya makluk hidup lain. Kekurangan air akan mengakibatkan terganggunya perkembangan morfologi dan proses fisiologi tanaman. Masalah kekurangan air timbul akibat siklus hidrologi di alam tidak merata. Banyaknya evaporasi dan transpirasi yang tidak seimbang dengan turunnya hujan (presipitasi) sehingga menyebabkan kekeringan, Sebagai tindak lanjutnya lahir pemikiran untuk memenuhi kekurangan air yang sering terjadi. Salah satu ilmu yang mengkaji dan membahas tentang masalah air bagi pertanian adalah ilmu irigasi.

Menurut Hasan Basri Irigasi berarti pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan bagi kelangsungan hidupnya, pemberian air bisa dilakukan oleh petani maupun secara alami didapat dari alam, kebutuhan air tanaman sama dengan kehilangan air per satuan luas yang diakibatkan oleh kanopi tanaman di tambah dengan hilangnya air melalui penguapan evaporasi dan transpirasi permukaan tanah pada lahan tertentu. Dalam menentukan banyaknya kebutuhan air, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah faktor meteorologi, klimatologi dan hidrologi.21

PLA Deptan dalam Rosaline memandang Pemanfaatan air tanah untuk irigasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sebagai suplesi atau cadangan air pada saat terjadi kekurangan air dan

20

Herliana Roseline dkk, “Kajian Pemanfaatan Irigasi Air Tanah pada Sawah Tadah Hujan Tanaman Padi Metode SRI di Desa Girimukti, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

Barat”,Jurnal ITB, 2009, Hal.2

21


(38)

sebagai sumber air utama untuk kebutuhan pokok tanaman. Pada umumnya pemanfaatan air irigasi sebagai suplesi dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau pada saat terjadi kekurangan air.22

Kegiatan-kegiatan irigasi menyangkut penampungan air, penyaluran air ke lahan pertanian, dan pembuangan kelebihan air serta usaha menjaga keseimbangan air dalam tanah. Pada prinsipnya air irigasi yang ditambahkan adalah untuk menangani kekurangan air tanah karena kekeringan yang diakibatkan oleh musim kemarau yang telah ada pada saat yang diperlukan dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, untuk merancang irigasi selain diperlukan data hidrologis, meteorologi yang berhubungan dengan curah hujan dan juga diperlukan pengelolaan air yang baik.23

4. Iklim

Menurut Nurdin dalam Ida Nurul Hidayati, “Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil pertanian”.24

kondisi iklim yang tidak stabil membuat dampak yang sangat buruk terhadap pertanian, pola tanam dan waktu tanam yang tidak teratur membuat produksi tidak menentu.

Selanjutnya Suberjo dalam Ida Nurul Hidayati memandang

bahwa, “Iklim sangat erat kaitannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan global disuatu wilayah yang dapat menyebabkan menurunnya produksi hasil pertanian antara 5-20 persen yamg

disebabkan oleh kekeringan”.25

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup dalam Ida Nurul Hidayati dan Suryanto Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu akibat

22

Rosaline,op. cit.,hal.2-3

23

Hasan Basri Jumin,op. cit., hal.82

24

Ida Nurul Hidayati dan Suryanto, “Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi

Pertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan”. jurnal FEB, Universitas Sebelas Maret, 2015 hal.43

25 Ibid.,


(39)

21

pemanasan global. Perubahan iklim tersebut terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur iklim seperti suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun.26

Ratnaningayu dalam Ida Nurul Hidayati Memandang Perubahan iklim sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai contoh curah hujan yang tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta arah mata angin yang berubah drastis yang menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh karena tidak kuat untuk menopang angin dan air yang berlebihan.27

Menurut pandangan Angles, dkk dalam Ida Nurul Hidayati

“Berkurangnya intensitas hujan merupakan faktor penyebab utama penurunan hasil panen”.28 Variasi iklim seperti kejadian masa kemarau panjang memiliki dampak yang tinggi pada hasil tanaman di lahan yang kering. Pasokan air pada lahan kering sangat mengandalkan iklim. Pada musim penghujan lahan kering akan digenangi air sehingga lahan akan produktif, dan sebaliknya pada musim kemarau lahan kering kurang produktif karena tidak digenangi air.

Perubahan iklim menurut Utami, dkk dalam Ida Nurul Hidayati memiliki pengaruh negatif terhadap hasil pertanian, hal ini dikarenakan terjadinya penurunan luas lahan panen akibat dari dampak perubahan iklim global. Kondisi iklim yang tidak menentu membuat masyarakat kesulitan untuk menentukan jenis komoditas yang akan ditanam, terlebih jika pada lahan kering yang hanya dapat mengandalkan musim penghujan, jika terjadi musim kemarau yang secara terus menerus maka akan menghambat produksi pertanian karena lahan kering.29

Padi dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya mengandung uap air. Padi dapat ditanam di dataran

26 Ibid., 27

Ibid., 28

Ibid., 29


(40)

rendah sampai ketinggian 1300 mdpl. Jika terlalu tinggi, pertumbuhan akan lambat dan hasilnya akan rendah.

Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm perbulan atau lebih dengan distribusi selama 4 bulan atau sekitar 1500-2000 mm per tahun. Padi menghendaki tempat dan lingkungan yang terbuka, agar intensitas cahaya matahari dapat diserap oleh tumbuhan padi yang akan digukanan untuk proses fotosintesis, Intensitas sinar matahari besar pengaruhnya terhadap hasil gabah, terutama saat padi berbunga (45-30 hari sebelum panen), karena 75-80% kandungan tepung dari gabah adalah hasil fotosintesis pada masa berbunga.

Suhu juga merupakan faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi. Suhu yang tinggi pada vase pertumbuhan padi dapat mengganggu peningkatan jumlah anakan padi karena meningkatnya aktivitas tanaman dalam mengambil zat makanan. Sebaliknya suhu yang rendah pada masa pertumbuhan padi menjadi bunga atau malai berpengaruh baik pada pertumbuhan dan hasil akan lebih tinggi. Suhu yang tinggi pada masa ini dapat menyebabkan gabah hampa atau kurang efektif karena proses fotosintesis akan terganggu. Suhu yang untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 230C. hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pada suatu tempat yang dijadikan sebagai areal pertanian padi, maka akan semakin menurun produksi padi pada lahan tersebut, dan sebaliknya.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal, “Curah hujan di Kecamatan Bojong pada tahun 2013 sebesar 2.103 mm dengan hari hujan 215 atau lebih kering dari tahun 2013, (dengan 4103 mm dan 240 hari hujan), sedangkan kelembaban udara tahun 2012 sekitar 0,85%.”30

Selain itu, dampak dari perubahan iklim terhadap produktivitas pertanian menurut Andri Noor Ardiansyah, diperkirakan produktivitas pertanian di daerah tropis sperti Indonesia akan mengalami penurunan jika terjadi kenaikan suhu global antara 30


(41)

23

1-20C sehingga dapat meningkatkan resiko bencana kelaparan karena produktivitas lahan menurun akibat cuaca ektrem. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal terutama pada sektor penyediaan dan ketahanan pangan di daerah subtropis dan tropis. Pengaruh iklim global menjadi pemicu terjadinya perubahan musim dunia dimana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen pada lahan kering, selain itu musim kemarau yang berkepanjangan juga dapat memicu terjadinya krisis air bersih dan kebakaran hutan, terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan mengakibatkan produktivitas pertanian dalam negeri menurun, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras.31

5. Unsur Hara

Sebagai makhluk hidup yang sedang tumbuh dan berkembang, tanaman membutuhkan makanan, makanan yang dibutuhkan tanaman berupa unsur hara, tanaman membutuhkan unsur-unsur hara dengan susunan dan perbandingan tertentu dalam proses pertumbuhan dan produksinya. Unsur hara merupakan suatu zat yang dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanman, untuk itu unsur hara sangat penting dalam proses pertanian, unsur hara tidak bisa digantikan dengan unsur-unsur yang lain karena unsur hara termasuk unsur esensial yang harus ada pada tanaman dalam jumlah yang pas sesuai dengan takaran.

Menurut Bachrun tanaman membutuhkan berbagai macam unsur hara untuk melakukan produksinya, yaitu unsur hara makro yang berupa unsur-unsur (N, P, K, Ca, S dan Mg) dan unsur hara mikro yaitu (Fe, Mn, Cu, Zn, dan B). Unsur-unsur tersebut akan memberikan banyak manfaat terhadap tumbuhan salah satunya adalah dalam membantu proses fotosintesis dan dapat mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Bila terjadi kekurangan salah satu unsur hara tersebut, maka pertumbuhan tanaman tidak akan sempurna. Semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman disebut dengan unsur hara esensial, karena tidak dapat diganti dengan unsur hara yang lainnya.32

31

Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Jakarta : Uin Jakarta Press, 2014), hal.116

32

Bachrun, Tim Karya Nyata, Pertanian Terpadu dan Agribisnis, (Ciputat :ntelektifa Pustaka, 2007). hal.14


(42)

Ali Munawar dalam pandangannya menyatakan bahwa

“Pasokan hara bagi tanaman juga dapat berasal dari atmosfer seperti deposisi dan fiksasi. Deposisi unsur hara dari atmosfer hanya penting dalam jangka panjang, misalnya bagi tanaman tahunan atau hutan vegetasi.” Unsur hara yang didapat dari atmosfer melalui siklus

biogeokimia dimana pada siklus biogeokimia unsur-unsur penting mengalami sirkulasi dari komponen abiotik ke dalam komponen biotik.33

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah 1. Varietas Padi (Oryza sativa)

Menurut Febry Indriyani dalam Penelitianya “Padi diklasifikasikan sebagai family Gramineae (Poaceae). Berdasarkan klasifikasi Gould padi termasuk kedalam sub familyOryzeideae, suku Oryzeae. Spesies yang paling sering dibudidayakan di Asia adalah Oryzae sativa.”34

Menurut Kartasapoetra dalam Rika Meiliza tanaman padi merupakan tanaman semusim, yang hanya dapat ditanam pada musim tertentu saja, padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut:35

Kingdom :Plantae

Divisi :Spermatophyta Sub divisi :Angiospermae Kelas :Monocotyledoenae

Ord :Grameniales

Keluarga :Gramineae (Poaceae)

Genus : Oryza

33

Ali Munawar,op. cit.,hal.21

34

Febry Indriyani, “Hubungan Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu, Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)”, Skripsi FMIPA UIN Jakarta, Jakarta, 2014. Hal.40

(tidak diterbitkan)

35

Rika Meiliza, “Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang,” Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2006, hal.13


(43)

25

Spesies :Oryza spp.

Menurut Suparyono dalam Rika Meiliza, Padi (oryza sativa) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-tropis. Untuk padi sawah ketersediaan irigasi yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangatlah penting karena padi dalam pertumbuhanya sangatlan mengandalkan air. Oleh karena itu, tanaman yang digenangi air secara terus-menerus kemampuan tanah dalam menahan air harus tinggi seperti tanah lempung agar air tidak cepat habis. Untuk kebutuhan air tersebut diperlukan sumber mata air yang besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau), dari waduk inilah sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah, selain mengandalkan waduk buatan air juga dapat diperoleh dari sungai.36

Menurut Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dalam Setijati D.Sastrapradja Padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah tergenang air, tanah yang tergenang air akan berubah menjadi halus dan lumat. Penggenangan tersebut akan membuat perubahan unsur kimia dalam tanah yang akan mempengaruhi kondisi pertumbuhan tanaman. Perubahan-perubahan kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : kadar oksigen yang ada didalam tanah menuru yang juga dapat menurunkan reaksi reduksi-oksidasi (redoks), perubahan pH tanah, reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen dalam tanah, serta peningkatan ketersediaan fosfor.37

Menurut Setijati D.Sastrapradja “Tanaman padi dapat tumbuh di daerah beriklim panas yang lembab. Tanaman padi memerlukan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan dengan distribusi selama 4 bulan, sedangkan pertahun sekitar 1500-2000 mm.” Suhu yang panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi yaitu pada suhu 23°C dimana pengaruhnya adalah kosongnya buah pada gabah. Daerah yang cocok untuk budidaya padi adalah daerah dengan dengan ketinggian 0-1500 mdpl.38

36

Ibid.,hal 14

37

Setijati D.Sastrapradja, Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia, (Jakarta : Yayasan pustaka obot indonesia, 2012). hal.36

38


(44)

Menurut Setijati D.Sastrapradja, “Jenis padi pada umumnya ditanam disawah yang pada mulanya di genangi air. Tetapi ada pula kelompok padi yang di tanam di lahan kering”.39Kalau buah padi sudah menghuning, buah-buah tersebut akan dipanen dan dirontokan dari malainya, kemudian di jemur beberapa hari dan digiling sehingga dapat dihasilkan beras yang kemudian diolah menjadi nasi sebagai pangan pokok masyarakat.

2. Penggunaan Pupuk

Pupuk adalah material yang di tambahkan pada tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dalam kelangsungan hidupnya, pupuk bisa berupa bahan organik maupun non-organik.

Menurut Hasan Basri, “Pupuk adalah senyawa yang mengandung unsur hara yang terdapat pada tanaman.” Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat diperoleh melalui pupuk, Suatu pupuk umumnya terdiri atas komponen-komponen yang mengandung unsur hara, pengatur konsistensi, kotoran makhluk hidup dan lain-lain. Bagian yang tidak mengandung unsur hara tersebut akan menurunkan kadar hara dalam pupuk tersebut.40

Pengelompokan pupuk dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu41: a. Pupuk alam dan pupuk buatan, pupuk alam adalah puuk yang

dihasilkan secara alami tanpa campur tangan dengan manusia, pupuk alam disebut juga sebagai pupuk organik, karena kebanyakan pupuk alam berasal dari bahan organik, sebaliknya pupuk buatan adalah pupuk yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik dengan kandungan hara tertentu, pupuk ini mudah larut dalam air dan cepat iserap oleh akar tumbuhan.

b. Pupuk menurut unsur-unsur yang dikandungnya, unsur-unsur yang terdapat dalam pupuk merupakan unsur K, P Mg, KCl dan TSP. 39

Ibid.,hal 37

40

Hasan Basri Jumin,op. cit.,hal 98-100

41 Ibid.,


(45)

27

c. Pupuk organik dan pupun non-organik

Pupuk yang digolongkan kedalam kelompok pupuk alam antara lain adalah, night soil (kotoran manusia), pupuk kandang (kotoran ternak), pupuk hijau dan kompos.

Menurut Poole dalam Ali Munawar, Pupuk hijau adalah jenis-jenis tanaman yang ditanam karena kemampuannya memperbaiki tanah dan tanaman yang akan ditanam berikutnya. Pupuk hijau adalah pupuk yang paling mudah untuk dicari karena langsung dihasilkan dari alam seperti tanaman penutup, pupuk hijau mampu menahan erosi ataupun sedimentasi, membantu mengikat hara dalam tanah, menekan gulma, mendaur hara dan juga menyediakan hara.42

Selanjutnya kompos menurut Girma dalam Ali Munawar merupakan semua jenis bahan organik yang telah mengalami dekomposisi atau pengurai pada kondisi lingkungan yang terkendali. Dalam siklus biogeokimia tumbuhan yang telah mati menjadi dekomposer yang kemudian akan kembali diserap oleh tumbuhan sebagai pupuk. Semua bahan organik dapat dirubah menjadi kompos, tetapi ada ketentuan bahan yang dapat atau yang tidak dapat di konversi.43

Pupuk kandang menurut Tati Nurmala merupakan sumber penting bahan organik, peternakan menjadi bisnis yang sedang berkembang di Indonesia, oleh karena itu pupuk kandang relatif mudah di dapatkan dari peternak, selain mudah didapatkan pupuk kandang juga lebih kaya akan unsur hara jika dibandingkan dengan pupuk lain.44

3. Penggunaan pestisida

Menurut Martin dan Woodcock dalam Triharso, pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman atau jazat pengganggu. Jadi 42

Ali Munawar,op. cit., hal 175

43

Ibidhal, 176

44 ibid


(46)

dapat disimpulkan bahwa pestisida merupakan zat kimia yang digunakan petani untuk melindungi tanaman dari hama yang kerap mengganggu pertanian. Kata pestisida bersasal dari kata pest yang berarti hama (jazat pengganggu) dan cida yang artinya pembunuh, jadi pestisida artinya pembunuh hama dengan cara meracuni.45

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No.7 tahnun 1973 dalam Triharso, definisi pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jazad renik dan virus yang dipergunakan untuk.46:

a. Memberantas atau mencegah hama danpenyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian. hama penyakit pada tanaman dapat merusak struktur tanaman yang menyebabkan menurunnya tingkat produktivitas tanaman.

b. Membrantas rerumputan, rerumputan yang mengganggu pertumbuhan padi akan menjadi penghalang tanaman untuk memproduksi buah.

c. Mengatur atau merangsang tumbuhan yang tidak diinginkan. Tumbuhan-tumbuhan yang tidak diinginkan yang tumbuh pada lahan pertanian seperti rerumputan dibunuh menggunakan pestisida karena akan membuat ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah akibat tumbuhan yang tidak diinginkan..

d. Membrantas atau mencegah hama luar pada hewan peliaharaan dan ternak.

e. Membrantas atau mencegah hama air.

f. Membrantas atau mencegah binatang dan jazad renik dalam bangunan rumah tangga, alat angkutan, dan alat pertanian. buhan hanya pada pertanian saja dalam rumah tangga yang dimaksud hama adalah kecoa, nyamuk dan lalat ataupun tumbuhan pengganggu yang menempel pada dinding rumah.

g. Membrantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman tanah dan air.

MG Catur Yuamatri berpendapat bahwa Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk

45

Triharso, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2010). hal,244

46 Ibid.,


(47)

29

melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Pemikiran petani menggunakan pestisida karena jika hama dibiarkan tumbuh atau menyerang tanaman hal ini akan menurunkan produksi tanaman pada lahan, Penggunaan pestisida yang dilakukan oleh para petani bertujuan untuk membunuh zat pengganggu berupa hama dan gulma dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman.47 Disamping dapat meningkatkan hasil produk pertanian, penggunaan pestisida juga memberikan dampak negatif apabila digunakan secara berlebihan, karena dapat membunuh makhluk hidup yang lainnya yang tidak merugikan tanaman seperti cacing, serangga penyerbuk dan serangga bangkai.

Penggunaan pestisida juga akan berdampak pada kualitas hasil pertanian, jika penggunaan pestisida dilakukan secara terus menerus tanpa memperhatikan aspek lingkungan maka hal tersebut akan berdampak pencemaran lingkungan akibat bahan kimia yang secara berlebihan, bahan-bahan kimia tersebut akan mencemari hasil pertanian dan juga kondisi irigasi disekitar lahan, sehingga hal ini dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia karena bahan kimia.

Menurut definisi dari The United States Federal Environmental Pesticide Control Act dalam MG Catur Yuamatri pestisida adalah semua zat yang digunakan petani khusus untuk memberantas, mencegah dan membunuh zat penganggu seperti serangga, binatang pengerat, nematoda, jamur, gilma, virus, bakteri, dan jazad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri dan jazad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya.48

4. Modal

Menurut Tati Nurmala dkk, selain tanah dan tenaga kerja maka modal (uang) termasuk faktor produksi pertanian, karena apabila petani tidak mempunyai modal uang maka petani tidak dapat mengolah lahan pertaniannya karena ia tidak akan dapat membeli pupuk, membayar tenaga kerja buruh tani yang ia pergunakan dalam

47MG Catur Yuamtari, dkk.

“Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida

(Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan) , Knowledge level of farmers in the Use of Pesticides (Case Study in Village Curut Penawangan District, Grobogan),”

Jurnal, 2013 hal.1-2

48 Ibid.,


(48)

usaha taninya. Modal dalam pertanian erat kaitannya dengan keputusan terhadap besaran luasan yang akan ditanami padi. Modal yang digunakan dalamp pertanian anatara lain untuk mendapatkan bibit unggul, membayar upah tenaga kerja, membeli pupuk, pestisida maupun obat-obatan lain yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.49

Modal merupakan unsur produksi yang paling penting sebab tanpa modal segalanya tidak berjalan. Modal di bedakan menjadi dua, yaitu modal tetap, dan modal berjalan. Modal tetap adalah modal yang tidak akan habis dalam satu kali pakai, dalam hal ini yang termasuk modal tetap adalah tanah karena tanah dapat digunakan sepanjang masa, sedangkan modal berjalan adalah modal yang habis dipakai pada satukali masa tanam, dalam hal ini yang termasuk modal berjalan adalah uang tunai, pupuk dan tanaman.50

Heady dan Dillon dalam Soekartiwi mengklasifikasikan beberapa variabel yang dapat digolongkan sebagai modal adalah:51

a. Modal untuk perbaikan usahatani, terdiri dari biaya penyusutan bangunan dan dam, kekayaan-kekayaan yang mudah di uangkan serta biaya yang digunakan untuk pemeliharaan. Modal ini diperlukan untuk semua proses mulai dari persiapan benih sampai pada masa panen, dalam pengolahan dan pemeliharaan tanaman termasuk pemberian pupuk dan pestisida.

b. Modal yang terdiri dari mesin dan peralatan pertanian, jika pengolahan lahan menggunakan tenaga manusia penggunaan modal ini digunakan untuk membayar tenaga kerja atau membayar sewa.

c. Modal yang terdiri dari penyusutan mesin-mesin pertanian, pupuk, dll.

Berbagai penggolongan modal yang disebutkan di atas pada prinsipnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Modal tetap, yaitu barang-barang yang tidak akan habis dalam satu kali masa produksi seperti tanah dan mesin pertanian.

49

Tati Nur Mala,op. cit.,h.128

50 Ibid, 51


(49)

31

b. Modal berjalan yaitu barang-barang yang akan habis dalam satukali masa produksi yaitu uang tunai, pestisida maupun insektisida.

Sementara itu Tati Nurmala dkk memandang modal ditinjau dari sifatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu52:

a. Modal tetap, yaitu modal yang digunakan untuk beberapa proses produksi. Seperti tanah, mesin pertanian, dll.

b. Modal tidak tetap adalah nilai sarana produksi yang hanya dapat dipakai satu kali panen. Contohnya adalah pupuk, pestisida, tenaga kerja dan benih tanaman.

Modal dapat berasal dari jerih payah sendiri maupun berasal dari warisan, modal yang didapat dari jerih payah sendiri maupun dari warisan dapat digunakan sesuka hati, sedangkan modal yang berasal dari pinjaman bank harus dapat di pertanggung jawabkan oleh si peminjam terhadap pemilik modal yang meminjamkan.

Menurut Soekartiwi “Modal dalam usaha tani dapat diklasifikasikan dalam bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi.” Jadi dapat disimpulkan bahwa modal itu bermacam-macam bentuknya, ada modal yang berupa kekayaan, melalui kekayaan petani bisa mengolah lahan sesuai dengan kemauannya, modal ada juga dalam bentuk tenaga kerja, modal dalam bentuk tenaga kerja diandalkan dalam proses pengolahan lahan mulai dari penyebaran benih sampai pada tahap pemanenan, sehingga tidak perlu banyak mencari tenaga kerja dalam proses proses produksi dan dapat mengirit upah, tetapi hal ini kurang efektif karena pengolahan yang tidak optimal. Dengan demikian pembentukan modal dalam usahatani mempunyai tujuan, yaitu53:

52

Tati Nur Mala,op. cit.,hal. 128

53


(50)

a. Untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut. b. Untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani.

Menurut Soetriono Bagi petani dipedesaan, pembentukan modal sering dilakukan dengan cara menabung, yaitu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk keperluan bercocok tanam. Petani yang tergolong dalam keluarga tidak mampu atau petani kecil maka modalnya juga kecil dalam pengolahan sawah, Sebaliknya petani besar modalnya juga akan relatif besar sehingga kemampuan menabungnya juga akan lebih besar. Hal ini dapat dilihat karena biasanya di pedesaan ukuran kekayaan seseorang dapat dilihat dari seberapa luasan lahan yang dimilikinya.54

5. Tenaga kerja

Dalam usaha tani penggunaan tenaga kerja dibutuhka dalam proses pengolahan dari mulai tanam hingga pada saat panen, tenaga kerja digunakan untuk membantu petani dalam mengolah lahannya karena jika tidak ada tenaga kerja maka pengolahan akan lahan tersebut tidak akan efektif.

Menurut Soetriono skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan pula tenaga kerja bagaimana yang diperlukan. Pada sekala yang besar para petani menggunakan tenaga kerja yang sudah terampil dengan cara sewa, sedangkan untuk pertanian dengan sekala kecil biasanya petani hanya mengandalkan anggota keluarganya yang dilibatkan dalam proses pertanian hal ini akan mengurangi biaya modal untuk membayar upah tenaga kerja karena yang digunakan adalah anggota keluarganya.55

Menurut Tati Nurmala dkk. “Tenaga kerja merupakan faktor produksi pertanian yang bersifat unik baik jumlah yang digunakannya, kualitas maupun penawaran dan permintaannya.”

Karena tenaga kerja pada tiap wilayah memiliki upah yang

berbeda-54

Soetriono,op. cit.,hal.68-70

55


(51)

33

beda, hal ini disesuaikan dengan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut.56

Tati Nurmala membagi jenis tenaga kerja pertanian menjadi tiga, yaitu57:

a. Tenaga Kerja Manusia

Tenaga kerja manusia merupakan tenaga kerja yang pertama sebelum tenaga ternak digunakan untuk membentuk petani mengolah lahan atau mengangkut hasil pertanian.

b. Tenaga Ternak

Tenaga ternak yang dipergunakan oleh petani adalah sapi dan kerbau, tenaga tersebut dibutuhkan dalam proses pembajakan sawah yang tujuannya agar tekstur tanah berubah menjadi lembut. Selain itu tenaga ternak juga dapat digunakan petani dalam mengolah tanah antara lain untuk mengangkut hasil pertanian, jika pekerjaan-pekerjaan dalam usaha pertanian tersebut terlalu berat.

c. Tenaga Mesin

Munculnya teknologi seiring berkembangnya zaman, membuat masyarakat lebih memilih cara instan untuk membutuhkan sesuatu, salah satunya adalah dalam pertanian, Tenaga mesin dalam pertanian sama dengan tenaga ternak yang pemakaiannya terbatas. Tenaga mesin digunakan untuk penggerak mesin pengolah tanah, mengangkut hasil yang jauh.

E. Beras

Menurut Soetriono, “Beras merupakan makanan pokok di 26 negara padat penduduk (China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Thailand, Vietnam), atau lebih separuh penduduk dunia.” Di

Indonesia beras menjadi panganan pokok penduduknya karena kebanyakan masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka mengandalkan beras sebagai bahan pangan pokok untuk menghemat biaya dalam rumah tangga, Masalah beras di negeri ini sangat erat kaitannya dengan masalah budaya, sosial dan ekonomi bangsa. Salah satu bentuk keeratan antara beras dan manusia yaitu adanya hikayat Dewi Sri. Dalam menentukan indeks kesetabilan ekonomi nasional pemerintah

56

Tati Nur Mala, dkk,op. cit.,hal. 118

57


(52)

menggunakan beras sebagai angka penentu yang sering digunakan karena mayoritas penduduk mengkonsumsi nasi yang berasal dari beras.58

Soetriono juga memandang bahwa beras merupakan pangan utama rakyat Indonesia. Pada umumnya setelah proses penggilingan padi beras berwarna putih, meskipun ada juga beras yang berwarna merah yang dinakaman beras merah, bahkan hitam kelam sekalipun. Jika dilihat dari kondisi tanamannya kita dapat menebak bahwa tanaman padi termasuk kelompok rerumputan, seperti rumput pada umumnya, perbungaan padi berbentuk malai dengan jumlah buah yang banyak pada setiap malainya. Buah-buah tersebut berukuran kecil dan terdapat pada setiap malai yang tumbuh, buah tersebut termasuk dalam kelompok buah kering yang tidak dapat merekah dengan sendirinya, untuk mengeluarkan biji buahnya (beras) dari padi tidaklah mudah dan diperlukan proses pengglingan untuk memisahkan buah dari kulitnya.59 F. Pemenuhan Pangan Bagi Masyarakat

1. Konsep Umum Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan terwujud jika ada dua aspek yang telah terpenuhi sekaligus, yaitu pertama telah tersedianya kebutuhan pangan yang tekah mencukupi dan merata bagi seluruh jumlah penduduk. Kedua, setiap penduduk telah memiliki aspek fisik untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari.

Ketahanan pangan dalam Tulus Tambunan menurut UU No 7 tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang menyebutkan bahwa Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.60

Menurut Purwanto dkk, “ketahanan pangan selalu menjadi isu

strategis dalam setiap konsep pembangunan pertanian. Ini tidak

58

Soetrisno Koeswara, Teknologi Pengolahan Beras Teori dan Praktik, (E-bookpangan.com, 2009) h.2

59

Ibid., 60

Tulus Tambunan, “Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan” (Jakarta, UI Press, 2010) h.65


(53)

35

mengherankan karena merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian.”61

Menurut Suryana dalam Purwanto, menyebutkan bahwa

“aspek yang dapat dijadikan indikator ketahanan pangan adalah kemampuan untuk menjaga stok pangan”.62

Menurut Purwanto pada sisi permintaan secara teoritis dengan adanya kebijakan stabilitas harga pangan yang dilakukan oleh pemerintah dan akan berdampak pada harga pangan utama yang berada pada tingkat yang wajar.63, sedangkan pada sisi ketersediaan kebijakan ketahanan pangan di arahkan untuk:64 a. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas sumber

daya alam dan air, yaitu dengan memanfaatkan lahan sawah dengan sebaik-baiknya secara efisisen dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan seperti kondisi irigasi yang harus tetap mengalir dan tidak tercemar oleh zat kimia sehingga dapat meningkatkan produktivitas pangan. b. Nenjamin produksi pangan utama dari produksi dalam

negeri. Produksi dalam negeri harus dijaga stoknya agar dapat mengurangi kegiatan impor.

c. Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu pandai-pandai dalam menjaga stok pangan, jika pada tahun tertentu produktivitas pertanian menurun, masih tersedia stok pangan yang telah tersedia.

d. Meningkatkan kapasitas produksi Nasional dengan menetapkan lahan abadi untuk produksi pangan. Pengolahan lahan harus digunakan sebagaimana mestinya, dalam meningkatkan produksi dalam negeri diperlukan lahan yang tetap untuk swasembada pangan.

Tati Nurmala memandang ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga merupakan landasan bagi ketahanan pangan masyarakat, yang selanjutnya akan menjadi pilar bagi ketahanan pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang menjadi perioritas utama ketahanan pangan dalam negeri adalah memberdayakan masyarakat agar mampu menjaga stok pangan dan

61

Purwanto “Peran pembangunan ketahanan pangan” (Jakarta, Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia LIPI, Pusat Penelitian Ekonomi, 2010) hal. 50

62

Ibid, 63

Ibid.,,hal 9

64


(54)

mampu menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta dapat mewujudkan ketahanan pangan dalam keluarga secara berkelanjutan.65

Menurut Soekartawi “pada prinsipnya aspek gizi dalam perencanaan kebutuhan pangan keluarga dapat dinyatakan dalam satuan fisik seperti sekian ton beras, liter susu dan sebagainya.”66

2. Arah Kebijakan

Menurut Tati Nurmala “Permintaan pangan meningkat sejalan

dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, serta perkembangan selera makan yang terjadi pada masyarakat.”67Dinamika sisi permintaan ini menyebabkan kebutuhan secara nasional meningkat dengan cepat, baik dalam jumlah, mutu dan keragamannya.

Dalam hal konsumsi, kebijakan ketahanan pangan diarahkan untuk68:

a. Menjamin pemenuhan pangan bagi setiap rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai, aman dikonsumsi dan bergizi seimbang. Tercukupinya kebutuhan pangan rumah tangga yang memiliki gizi baik yang dihasilkan dari tanaman yang bebas dari bahan kimia.

b. Mendorong, mengembangkan, dan membangun serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi pemenuhan hak atas pangan. Hal ini perlu dilakukannya kegiatan penyuluhan dan pelatihan terhadap kegiatan pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas.

c. Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk pemenuhan hak atas pangan.

65

Tati Nur Mala,op. cit., hal.63

66

Seokartiwi,op. cit.,hal 114

67

Tati Nur Mala,loc.cit.,h. 65

68


(55)

37

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan peroduktivitas lahan sawah dalam pemenuhannya terhadap kebutuhan beras penduduk, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan Wawan Eka Putra (2011) dalam jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di kabupaten seluma (Studi Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja) dan dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa secara individual variabel jumlah pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah. (Jurnal) 2. Penelitian yang dilakukan oleh Fanny Anugerah K (2005) Skripsi

Fakultas Pertanian, Universitas Pertanian Bogor, tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan Non-pertanian di kabupaten Tangerang, dengan menggunakan metode linear Berganda. Dari hasil penelitian di peroleh hasil bahwa berdasarkan analisis, hasil pendugaan menunjukan koefesien determinasi (R2-adj) sebesar 92,5%. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah di tingkat wilayah adalah laju pertumbuhan penduduk, presentase luas lahan sawah irigasi dan pertambaha panjang jalan aspal. Adapun peubah yang berpengaruh negatif yaitu produktivitas padi sawah, kontribusi sektor non-pertanian dan peubah dummy (kebijakan pemerintah). Hasil uji-t di peroleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap konversi lahan sawah pada selang kepercayaan 90% adalah


(56)

produktivitas padi sawah, presentase luas lahan sawah irigasi, montribuso sektor non-pertanian terhadap PDRD dan dummy (kebijakan pemerintah) sedangkan laju pertumbuhan penduduk dan pertambahan panjang jalan aspal tidak berpengaruh nyata. Selain itu nilai dari probabilitas-F menunjukan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel enjelas berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90%. (Skripsi)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Irawah dan Friyatno (2002) dalam jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosal Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian R.I, tentang dampak konversi lahan sawah jawa terhadap produksi beras dan kebijakan pengendaliannya. Dari hasil penelitian di peroleh bahwa akibat konversi lahan sawah di jawa selama kurun waktu 18 tahun (1981-1998) di perhitungkan secara akumulasi telah hilang sebesar 50,9 juta ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. (Jurnal) 4. Penelitian yang dilakukan oleh Maswirahmah dalam jurnal fasilitator

PPSP Kabupaten Soppeng, dengan judul “Arahan perencanaan ketahanan pangan di Kabupaten Soppeng” hasil penelitian diperoleh bahwa kabupaten soppeng sampai dengan tahun 2042 (30 tahun kedepan) dengan sekenario I mengalami surplus beras begitu juga dengan luasan sawahnya. Hanya saja untuk mewujudkan kondisi seperti itu sulit diwujudkan karena laju pertumbuhan penduduk dan konversi lahan semakin meningkat. Begitupun dengan skenario II Kabupaten Soppeng masih mengalami surplus meskipun penurunannya terjadi drastis ini mengindikasikan jika tidak ditangani dengan baik akan terjadi krisis pangan kedepannya (Jurnal)

5. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Wahed dalam jurnal sosio elektronika Universitas Negeri Malang, dengan judul “Pengaruh luas

lahan, produksi, ketahanan pangan dan harga gabah terhadap

kesejahteraan petani padi di Kabupaten Pasuruan” hasil penelitian ini


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIOGRAFI PENULIS

Aniszul Fuad, lahir di Tegal, pada tanggal 07 juli 1993. Bertempat tinggal di Ds. Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Merupakan Anak ke lima dari Alm Bpk Sayat dan Almh Ibu Sukinah dan dibesarkan oleh Bpk Pahluri dan Ibu Nur Qomariyah.

Pendidikan formal yang ditempuh ialah mulai dari sekolah dasar di SD Negeri Cikura 02, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di MTs Al-Azhar Tuwel, melanjutkan sekolah menengah atas di MAN Babakan Lebaksiu (MAN 1 Tegal), dan melanjutkan Perguruan Tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Konsentrasi Geografi..

Penulis juga memiliki pegalaman di berbagai organisasi seperti pada HMJ Pendidikan IPS periode 2012-2013, Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat tahun 2012 hingga sekarang, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Penulis juga begabung ke dalam Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia (Imahagi) Region 2 (Jakarta, Banten, Jawa Barat) dan Imahagi Komisariat UIN Jakarta, Penulis juga pernah menjadi tutor dan tenaga pengajar di beberapa instansi.