Makna Metafora Rimas ‘Marah’ sebagai Ledakan Makna Metafora Late ‘Dengki’ sebagai Tumbuhan Makna Metafora Lungun roha ‘Sedih’ sebagai Benda Tajam

36 menyebabkan tubuhnya bergetar serta berkeringat akibat perlawanan dari batinnya untuk menahan amarahnya.

4.1.4 Makna Metafora Rimas ‘Marah’ sebagai Ledakan

Naeng mapultak rimashu, mambege hatanai Mau meledak amarah 1TG AKT.dengar kata 2TG ‘Hampir meledak amarahku dengar perkataannya’ Marah merupakan sifat manusia apabila ia diperlakukan secara tidak adil, dihina, dan sebagainya. Masyarakat Batak Toba akan marah apabila harga dirinya direndahkan sebab harga diri pada masyarakat Batak Toba sangat tinggi. Apabila orang yang sedang emosi dilawan, maka emosinya akan semakin memuncak, bahkan dia bisa berbuat di luar batas kewajaran. Kata mapultak ‘meledak’ digunakan sebagai bentuk metafora untuk menggambarkan seseorang yang sedang marah besar.

4.1.5 Makna Metafora Late ‘Dengki’ sebagai Tumbuhan

Unang suan late di roha mu Negasi tanam dengki PRE. Hati 2TG ‘Jangan tanam dengki di hatimu’ 37 Dalam masyarakat Batak Toba, jika ada seorang anak yang telah berhasil di perantauan dan kembali ke kampung halaman, tentu masyarakat Batak Toba akan sangat menghargainya, sehingga anak yang tinggal di kampung akan merasa minder, sebab dia merasa seperti anak yang tidak dianggap keberadaannya di kampung tersebut. Orang tua sering merasa dengki terhadap anak tetangga yang sudah sukses, kuliah di luar kota, dan lain sebagainya. Hal seperti itulah, yang membuat seseorang tidak mampu mensyukuri apa yang dia miliki. Ada perkataan masyarakat Batak Toba, Unang suan late di rohamu, artinya, Jangan biarkan dengki menguasai hatimu. Masyarakat Batak Toba sering berkata, “syukurilah apa yang engkau miliki, jangan melihat apa yang dimiliki oleh orang lain karena setiap orang memiliki takdir dan keberuntungan yang berbeda-beda.

4.1.6 Makna Metafora Lungun roha ‘Sedih’ sebagai Benda Tajam

Ditostos ate-ate mambege lungun ni partinaonon na i PAS.tusuk hati AKT.dengar sedih KONJ. KON.derita 3TG DET. ‘Ungkapan rasa sedihnya menusuk ke dalam hati’ Apabila kita melihat seorang anak yang tak bersalah disiksa oleh ibu tirinya, tentu hati kita akan terasa disayat dan membayangkan penderitaan anak tersebut. Masyarakat Batak Toba, apabila melihat orang yang tidak bersalah diperlakukan dengan tidak adil, tersentak hatinya ingin melakukan sesuatu untuk menolong orang tersebut. Orang yang merasa sangat sedih, tentu batinnya akan terasa sakit seperti 38 ditusuk oleh sebuah benda tajam. Kata ditostos ate-ate ‘ditusuk’ digunakan sebagai bentuk metafora untuk menggambarkan perasaan sedih yang dirasakan oleh batin seseorang.

4.1.7 Makna Metafora Marsak ‘Susah’ sebagai Benda Tajam