Metafora sogo roha ‘Benci’ sebagai Tumbuhan

45 4. Menggunakan pengetahuan yang ada tentang ranah sasaran untuk menyesuaikan dan membatasi inferensi yang ditayangkan. Pada bagian analisis selanjutnya, peneliti menggunakan keempat proses yang dikemukakan oleh Siregar. Dalam analisis ditemukan 15 metafora yang mengonseptualisasikan konsep EMOSI STATIF dalam bahasa Batak Toba. Bahasa Batak Toba memiliki variasi dari bentuk metafora konseptual. Hal ini dapat diamati dari beberapa contoh berikut, yang berhubungan dengan metafora konseptual tumbuhan, api, perlawanan, ledakan, benda tajam, tali, makanan, cairan, perkelahian, perjalanan, matahari, dan rasa. Berikut ini dijabarkan ke 15 pemetaan konseptual antara ranah sasaran dan ranah sumber.

4.2.1 Metafora sogo roha ‘Benci’ sebagai Tumbuhan

Nunga tung marurat sogo ni roha na Sudah PART. AKT.akar benci 3TG ‘Sudah berakar rasa bencinya’ Pada klausa tersebut, marurat ‘berakar’ termasuk ke dalam ranah tumbuhan yang dikategorikan sebagai ranah SUMBER dan sogo roha ‘benci’ dikategorikan sebagai ranah SASARAN. Data tersebut mempunyai penamaan metafora sogo roha ‘benci’ sebagai tumbuhan. Pemetaan konseptual struktur metafora itu dijabarkan pada tabel berikut 46 Tabel 4.2.1 Pemetaan Konseptual Metafora Sogo Roha ‘Benci’ sebagai Tumbuhan SASARAN SUMBER Akar dari sebuah sogo ni roha ‘kebencian’, karena ada sebab atau akibatnya. Tumbuhan mempunyai akar, batang, daun, buahbunga. Sogo ni roha ‘kebencian’ tidak akan membuahkan hasil yang baik. Jika tumbuhan tidak dirawat dengan baik, maka tidak akan membuahkan hasil yang baik. Apabila rasa sogo roha ‘benci’ terlalu lama dipendam, maka akan menimbulkan dampak yang buruk. Apabila tumbuhan dibiarkan begitu saja tanpa diberi pupuk, maka tumbuhan akan layu ataupun mati. Sogo ni roha ‘kebencian’ dapat hilang, jika seseorang yang menjadi objeknya meminta maaf atas kesalahannya. Apabila tumbuhan dirawat dengan baik, maka akan menghasilkan buahbunga yang indah. Orang yang bersifat parsogo roha ‘pembenci’, akan selalu dijauhi orang. Jika tumbuhan sudah layumati, maka akan dibuang orang. Orang yang mudah menghilangkan rasa sogo rohana ‘bencinya’ tentu akan disenangi orang. Apabila tumbuhan siap dipanen, maka pemiliknya tentu senang memanennya. Pemetaan konseptual pada ranah SASARAN dan SUMBER yang dipetakan di atas, terlihat dengan jelas hubungan antarmakna dari metafora yang dimaksud, bahwa inferensi logis metafora sogo roha ‘benci’ sebagai tumbuhan ialah orang yang selalu memendam rasa kebencian dalam hatinya, tidak akan membuahkan hasil yang baik. Begitu juga sebalinya, orang yang dapat menghilangkan rasa kebenciannya, tentunya 47 membuahkan hasil yang baik misalnya, dia akan disenangi orang. Sogo roha ‘benci’ terpetakan pada tumbuhan, apabila tumbuhan dirawat dengan baik, dia akan membuahkan hasil. Begitu juga sebaliknya, apabila tumbuhan dibiarkan begitu saja, tumbuhan itu akan layu dan mati. Kata marurat ‘berakar’, yang termasuk dalam ranah tumbuhan, digunakan sebagai kata metaforis karena dapat mengonseptualisasikan makna metafora sogo roha ‘benci’ sebagai tumbuhan dalam bahasa Batak Toba.

4.2.2 Metafora Muruk ‘Marah’ sebagai Api