60 ‘sakit hati’, terpetakan pada ranah makanan yang baru dimasak akan terasa panas di
lidah. Kata malala ‘meleleh’ termasuk dalam ranah makanan, digunakan sebagai kata metaforis karena dapat mengonseptualisasikan makna metafora hancit roha ‘sakit
hati’ sebagai makanan dalam bahasa Batak Toba.
4.2.10 Metafora Biar ‘Takut’ sebagai Cairan
Tompu gurgur mudar hu alani biar hu mamereng imana KONJ. didih darah 1TG KONJ. takut 1TG AKT. lihat 3TG
‘Mendidih darahku, karena takut melihatnya’ Pada klausa tersebut, gurgur ‘mendidih’ termasuk ke dalam ranah cairan yang
dikategorikan sebagai ranah SUMBER dan biar ‘takut’ dikategorikan sebagai ranah SASARAN. Data tersebut mempunyai penamaan metafora biar ‘takut’ sebagai
cairan. Pemetaan konseptual struktur metafora itu dijabarkan pada tabel berikut
Tabel 4.2.10 Pemetaan Konseptual Metafora Biar ‘Takut’ sebagai Cairan SASARAN
SUMBER
Apabila seseorang menahan rasa biar ‘takut’ terlalu lama, maka akan
mengeluarkan keringat. Cairan bisa berupa air, keringat, dan lain
sebagainya.
Orang yang selalu merasa mabiar ‘ketakutan’, dapat merembesi setiap
tingkah laku dan cara pikirnya. Cairan, seperti air hujan dapat merembes
sampai ke dingding rumah.
Rasa biar ‘takut’ seseorang terhadap sesuatu hal dapat menyebabkan suhu
Cairan, seperti air, jika dimasak akan panas dan jika dimasukkan ke lemari
61 tubuh menjadi dingin dan panas.
pendingin akan dingin. Pemetaan konseptual pada ranah SASARAN dan SUMBER yang dipetakan di
atas, menunjukkan dengan jelas hubungan antarmakna dari metafora yang dimaksud, bahwa inferensi logis metafora biar ‘takut’ sebagai cairan ditandai oleh salah satu
fitur dalam pemetaan, yaitu rasa biar ‘takut’ seseorang terhadap sesuatu hal dapat menyebabkan suhu tubuh menjadi dingin dan panas. Kata biar ‘takut’, terpetakan
pada ranah cairan, seperti air. Jika air dimasak akan panas dan jika dimasukkan ke lemari pendingin akan dingin. Kata gurgur ‘mendidih’ termasuk dalam ranah cairan,
digunakan sebagai kata metaforis karena dapat mengonseptualisasikan makna metafora biar ‘takut’ sebagai cairan dalam bahasa Batak Toba.
4.2.11 Metafora Hosom ‘Dendam’ sebagai Perkelahian
Marhosom ni roha do halaki alani parbadaan i AKT.dendam KONJ. hati PART. 3JMK KONJ. KON.kelahi DET.
‘Mereka jadi saling mendendam akibat perkelahian itu’ Pada klausa tersebut, parbadaan ‘perkelahian’ termasuk ke dalam ranah
perkelahian yang dikategorikan sebagai ranah SUMBER dan hosom ‘dendam’ dikategorikan sebagai ranah SASARAN. Data tersebut mempunyai penamaan
metafora hosom ‘dendam’ sebagai perkelahian. Pemetaan konseptual struktur metafora itu dijabarkan pada tabel berikut
62
Tabel 4.2.11 Pemetaan Konseptual Metafora Hosom ‘Dendam’ sebagai Perkelahian
SASARAN SUMBER
Akibat dari sebuah hosom ‘dendam’ karena adanya sebuah masalah.
Perkelahian dapat terjadi karena adanya suatu masalah.
Hosom ‘dendam’ dapat diakibatkan karena kesalahpahaman antar kedua
belah pihak. Perkelahian akan timbul, apabila ada
kesalahpahaman antar kedua belah pihak.
Orang yang bersifat parhosom ‘pendendam’ akan dibenci orang.
Orang yang suka berkelahiberantam akan dibencidijauhi orang.
Seorang yang hosom ‘dendam’ terhadap musuhnya, akan selalu menganggap
musuhnya leih buruk darinya. Orang yang merasa jagoan
menganggap dirinya lebih hebat daripada lawannya.
Sebuah kebencian yang ada dalam hati dapat dijadikan sebuah pelajaran, agar
tidak timbul hosom ‘dendam’ dan hatipun jadi lebih damai.
Orang yang berkelahi dapat dilerai ataupun didamaikan.
Inferensi logis metafora hosom ‘dendam’ sebagai perkelahian, ditandai oleh salah satu fitur dalam pemetaan, yaitu akibat dari sebuah hosom ‘dendam’, karena
adanya sebuah masalah yang sudah lama dipendam. Kata hosom ‘dendam’, terpetakan pada ranah perkelahian yang terjadi karena adanya suatu masalah,
sehingga mengundang perselisihan diantara kedua belah pihak. Kata parbadaan ‘perkelahian’ yang termasuk ke dalam ranah perkelahianperselisihan, digunakan
sebagai kata metaforis karena dapat mengonseptualisasikan makna metafora hosom ‘dendam’ sebagai perkelahian dalam bahasa Batak Toba.
63
4.2.12 Metafora lomos ‘Bimbang’ sebagai perjalanan