5 kurang mendapat perhatian dari ahli bahasa. Dikhawatirkan pada suatu saat, bahasa
daerah yang ada di Indonesia satu demi satu akan lenyap, sebagai dampak dari globalisasi saat ini, bila tidak ada linguis yang turun tangan untuk menelitinya,
membinanya dan membuat deskripsi tentang bahasa-bahasa tersebut Suhadi, 2000. Mengingat hal inilah, peneliti tertarik untuk menganalisis Metafora EMOSI STATIF
dalam Bahasa Batak Toba, karena sejauh yang peneliti amati, belum ada yang
mengaji mengenai judul tersebut. Pertimbangan lain juga melatarbelakangi penelitian terhadap EMOSI STATIF dalam bahasa Batak Toba, karena peneliti merupakan
penutur bahasa Batak Toba sendiri, yang mana memiliki kemampuan berbahasa Batak Toba.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam proposal ini adalah :
1. Apakah makna Metafora EMOSI STATIF dalam bahasa Batak Toba?
2. Bagaimanakah pemetaan konseptual Metafora EMOSI STATIF?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini, terbatas pada analisis Metafora EMOSI STATIF yang digunakan oleh masyarakat yang berdomisili di daerah Aek Siansimun, Kecamatan
Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.
6
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah memaparkan metafora bahasa penutur Batak Toba, khususnya metafora EMOSI STATIF dalam bahasa Batak Toba yang
sesuai dengan persepsi dan konsepsi dari penuturnya. Selanjutnya, tujuan khusus penelitian ini adalah 1 mendeskripsikan makna metafora EMOSI STATIF dalam
bahasa Batak Toba dan 2 mendeskripsikan pemetaan konseptual Metafora EMOSI STATIF.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini mencakup dua hal, yaitu manfaaat teoretis dan manfaat praktis.
Manfaat teoretis, antara lain:
1 Menambah khazanah pengetahuan tentang EMOSI STATIF dengan
menggunakan teori Metafora Konseptual MK. 2
Memperkaya penelitian semantik tentang makna dari metafora EMOSI STATIF pada ranah sumber dan sasaran dalam bahasa Batak Toba.
Manfaat praktis, antara lain:
7 1
Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti lain, yang ingin membahas Metafora EMOSI STATIF dalam bahasa-bahasa daerah, khususnya di
Sumatera Utara. 2
Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian pada bidang semantik dalam bahasa Batak Toba.
8
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Alwi, 2007:588, konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa,
yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Ada beberapa konsep yang relevan dalam penelitian ini, yakni metafora, metafora konseptual, emosi dan
EMOSI STATIF. Konsep-konsep tersebut, perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca.
2.1.1 Metafora
Lakoff dan Johnson dalam Mulyadi, 2010:19, metafora adalah mekanisme kognitif dalam memahami satu ranah pengalam, berdasarkan struktur konseptual
dari ranah pengalaman lain yang bertalian secara sistematis. Lakoff dalam Siregar, 2005:3 mengajukan hipotesis bahwa, metafora-metafora menayangkan peta
kognitif dari satu ranah sumber wahana kepada satu ranah sasaran. Lakoff dalam Hasibuan, 2005, metafora adalah ungkapan kebahasaan yang merupakan
kemampuan linguistik dan didukung oleh pengetahuan khusus seseorang yang maknanya tidak dapat dijangkau secara langsung dari lambang, karena makna yang
dimaksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan tersebut.
9 Metafora dianggap unsur penting dalam pengkategorisasian duniawi dan
proses berpikir manusia, yaitu sebagai gejala yang meresap terhadap bahasa dan pikiran. Paradigma kognitif melihat metafora sebagai alat untuk
mengonseptualisasikan ranah-ranah pengalaman yang abstrak ke dalam ranah yang konkrit. Selain itu, metafora merupakan jenis konseptualisasi pengalaman manusia,
yang tidak pernah luput dari setiap penggunaan bahasa alamiah Silalahi, 2005:1.
2.1.2 Metafora Konseptual
Metafora konseptual adalah segala sesuatu yang dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, direalisasikan secara kognitif melalui bahasa. Lakoff dalam
Nirmala, 2012:4, metafora konseptual merupakan poses pemahamanpenyusunan bentuk yang abstrak melalui hubungannya dengan bentuk yang konkrit atau
mekanisme kognitif sehingga seseorang dapat memandangmenghubungkan suatu jenis benda sebagai benda lain.
2.1.3 Emosi
Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat, keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan,
keharuan, kecintaan; keberanian yang bersifat subjektif KBBI, 2007. Dineen dan Verspoor dalam Mulyadi, 2010:18, Emosi ialah jenis perasaan di dalam diri
manusia sebagai hasil interaksi antara situasi sosial dan pemahamannya terhadap
10 situasi tersebut. Emosi bertumpu pada reaksi yang muncul dalam pikiran, emosi dapat
dibagi atas dua jenis, yakni: emosi aktif mis. bangga, gembira, dan lega, dsb dan emosi statif misalnya: sedih, marah, dan malu, dsb. Dalam penelitian ini terbatas
pada EMOSI STATIF.
Beberapa ahli mengelompokkan emosi ke dalam beberapa golongan, yaitu:
1. Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, kebencian.
2. Kesedihan : pedih, sedih, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian,
ditolak, putus asa, depresi berat. 3.
Rasa takut : ngeri, gugup, takut, cemas, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, kecut dan panik.
4. Kenikmatan : senang, gembira, bahagia, ringan, puas, senang, terhibur,
bangga. 5.
Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, hormat, kasmaran, mabuk kepayang.
6. Terkejut : terkesiap, takjub, terpana.
7. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka.
8. Malu : rasa malu, malu hati, kesal hati, sesak, hina, aib, hancur lebur dan
sebagainya Goleman, 2001:411-412.
11
2.1.4 EMOSI STATIF
EMOSI STATIF adalah ekspresi afektif yang terjadi tanpa disengaja oleh pengalam Mulyadi, 2010. Mulyadi dalam penelitiannya terhadap “Verba Emosi
Statif dalam Bahasa Melayu Asahan BMA” mengatakan bahwa: Verba emosi statif, yaitu bertolak dari makna ke bentuk, dengan menyajikan bukti-bukti dari suatu
bahasa yang mengimplikasikan hilangnya gagasan kendali dan kesengajaan pada maknanya. Goleman mengatakan, EMOSI STATIF adalah perasaan individu yang
dirasakan kurang menyenangkan ketakutan, kekhawatiran, kecemasan, kebencian, kemarahan yang berlebihan dapat membuat individu tidak rasional atau diluar
kontrol.
2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Metafora Konseptual yang diperkenalkan oleh Lakoff dan Johnson. Mereka menyatakan bahwa, penciptaan
metafora sesungguhnya merupakan satu aspek dari kecenderungan manusia dalam menggolongkan pengalamannya. Lakoff dan Johnson dalam Mulyadi, 2010:17
menegaskan bahwa metafora sebagai sebuah ekspresi bahasa terdapat dalam sistem konseptual manusia. Dalam kalimat lain, cara manusia menata pikirannya,
menerapkan pengalamannya, ataupun melakukan tindakannya sehari-hari, sebagian besar berdimensi metaforis. Lakoff dalam Silalahi, 2005:2 melalui teori
konstruksinya, dinyatakan bahwa metafora adalah penyamaan yang bersifat lintas
12 ranah konseptual di dalam sistem konseptual yang memiliki hakikat dan struktur
metafora. Barcelona dalam Silalahi, 2005:2 mengatakan bahwa metafora adalah
mekanisme kognitif di mana satu ranah pengalaman sumber sebagian dipetakan, yaitu ditayangkan kepada ranah pengalaman yang lain sasaran sehingga ranah
yang kedua sebagian dipahami dari segi ranah yang pertama. Model metafora konseptual memiliki ciri-ciri berikut:
a Terdapat konsep “sasaran”, A perlu dipahami untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu;
b Terdapat struktur konseptual yang mengandung A dan konsep lainnya B; c B berhubungan dengan A atau berbeda dengan A dalam struktur konseptual.
d Dibandingkan dengan A, B dapat lebih mudah dipahami, lebih mudah diingat, lebih mudah dikenali, atau lebih langsung bermanfaat untuk tujuan tertentu dalam
konteks tertentu. Model metafora merupakan model bagaimana B dipetakan kepada A dalam
struktur konseptual; hubungan ini ditegaskan oleh fungsi B sebagai A, dengan pola X adalah Y; X sebagai Y.
Penelitian menyangkut kajian ini, sebelumnya pernah diteliti oleh seorang mahasiswa Universitas Indonesia bernama Eko Prasetyo Rahardjo dalam skripsinya
berjudul “Metafora Pengungkapan Cinta pada Pantun Melayu”. Ia mendeskripsikan tentang pemetaan konseptual antara ranah sumber dan ranah sasaran dari metafora
13 pengungkapan cinta. Salah satu contoh yang dikaji dalam skripsinya, sebagai
berikut: Metafora CINTA sebagai ALAT TULIS
Adik cantik abang pun cantik,
Bagai dawat dengan kertas.
Bagai dawat dengan kertas, Sudah berjumpa dengan jodohnya.
Pada klausa tersebut, terdapat kata-kata yang mewakili pengonseptualisasian pengungkapan cinta, yaitu dawat dan kertas. Kata-kata tersebut termasuk ke dalam
ranah alat tulis. Oleh karena itu, ALAT TULIS menjadi ranah SUMBER. Pemetaan konseptual struktur metafora itu dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Pemetaan Metafora CINTA sebagai ALAT TULIS SASARAN
SUMBER
Pelaku dalam pelaku percintaan adalah orang yang mencintai dan orang yang
dicintai. Alat tulis dapat berupa pena, pensil,
dawattinta, kertas, penghapus.
Dalam cinta terdapat pelaku yang berpasangan, yaitu orang yang
mencintai dengan orang yang dicintai. Alat tulis selalu digunakan secara
berpasangan, seperti pena dengan kertas, pena dengan tinta, atau dawat
dengan kertasnya. Dalam cinta, para pelakunya merasa
memiliki sifat yang saling melengkapi Tiap alat tulis memiliki fungsi yang
melengkapi dan tak tergantikan seperti
14 dan diyakini dapat melanggengkan
hubungan cinta. tinta yang digunakan untuk mengisi
pena. Dalam percintaan, pasangan kekasih
merasa sebagai kesatuan dan merasa memiliki sifat yang mirip. Misalnya,
bila pasangannya memiliki sifat cantik maka ia pun merasa memiliki sifat
tampan. Alat tulis merupakan satu-kesatuan dan
memiliki kedudukan yang sama.
Pasangan kekasih merasa tak dapat dipisahkan.
Alat tulis tidak dapat digunakan hanya dengan salah satunya.
Objek adalah orang yang dicintai. Objek adalah alat tulis yang dikenai
oleh alat tulis lain. Subjek adalah orang yang mencintai.
Subjek adalah alat tulis yang mengenakan pada alat tulis lain, seperti
pena yang menggores kertas.
Kertas dan dawat adalah kata yang berkelas nomina, digunakan sebagai kata metaforis karena dapat mengonseptualisasikan hubungan antara pelaku percintaan
yang dekat. Kertas dan dawat merupakan bagian dari alat tulis yang penggunaannya tak terpisahkan. Tinta selalu membutuhkan alas, yaitu kertas untuk ditorehkan.
Konsep tinta dengan kertas itu terpetakan pada orang yang mencintai dan dicintai. Orang yang mencintai selalu ingin merasa dekat dan tak mau dipisahkan dengan
orang yang dicintai Rahardjo, 2009. Lakoff dalam Nirmala, 2012:2 mengatakan bahwa yang penting dalam
metafora adalah pada cara bagaimana kita mengonseptualisasikan suatu ranah
15 mental kita dengan ranah mental yang lain dalam bahasa. Lakoff dan Johnson
berpendapat bahwa untuk dapat menjelaskan metafora konseptual diperlukan analisis pemetaan konseptual. Pemetaan konseptual mampu menjelaskan konsep
dan makna dari butir leksikal EMOSI STATIF dalam bahasa Batak Toba. Salah satu langkah yang dilakukan pemetaan konseptual adalah mengelompokkan konsep-
konsep yang mengonseptualisasikan metafora EMOSI STATIF itu sendiri.
2.3 Tinjauan Pustaka