47 membuahkan hasil yang baik misalnya, dia akan disenangi orang. Sogo roha ‘benci’
terpetakan pada tumbuhan, apabila tumbuhan dirawat dengan baik, dia akan membuahkan hasil. Begitu juga sebaliknya, apabila tumbuhan dibiarkan begitu saja,
tumbuhan itu akan layu dan mati. Kata marurat ‘berakar’, yang termasuk dalam ranah tumbuhan,
digunakan sebagai kata metaforis karena dapat
mengonseptualisasikan makna metafora sogo roha ‘benci’ sebagai tumbuhan dalam bahasa Batak Toba.
4.2.2 Metafora Muruk ‘Marah’ sebagai Api
Marrara bohi na alani muruk na AKT. merah muka 3TG KONJ. amarah 3TG
‘Mukanya memerah karena amarahnya’
Pada klausa tersebut, marrara ‘memerah’ termasuk ke dalam ranah api, yang dikategorikan sebagai ranah SUMBER dan muruk ‘marah’ dikategorikan sebagai
ranah SASARAN. Data tersebut mempunyai penamaan metafora muruk ‘marah’ sebagai api. Pemetaan konseptual struktur metafora itu dijabarkan pada tabel berikut
Tabel 4.2.2 Pemetaan Konseptual Metafora RimasMuruk ‘Marah’ sebagai Api SASARAN
SUMBER
Muruk ‘marah’ seseorang yang
berlebihan dapat menimbulkan Api dapat menyebabkan kebakaran.
Api berhubungan dengan merah merah
48 wajahmuka memerah.
membara. Muruk ‘marah’ seseorang menimbulkan
emosi yang naik dan suasana menjadi panas.
Api tentunya bersifat panas dan suhu disekitarnya pun menjadi naik.
Jika seseorang yang sedang muruk ‘marah’ dapat berdamai dengan orang
yangb dimarahinya, maka akan menjadi kawan. Namun jika tidak, akan menjadi
musuh. Api dapat dipadamkan setelah siap
memasak. Namun, jika kita lalai atau bermain-main dengan api, maka akan
sangat membahayakan kebakaran. Jadi, api dapat menjadi kawan dan
lawanmusuh. Muruk
‘amarah’ seseorang dapat melukai hati orang yang sedang
dimarahi. Api dapat melukaimembahayakan
nyawa seseorang.
Pada pemetaan konseptual dalam ranah SASARAN dan SUMBER yang dipetakan di atas, terlihat dengan jelas hubungan antarmakna dari metafora yang
dimaksud, bahwa inferensi logis metafora muruk ‘marah’ sebagai api ialah ucapan orang yang sedang marah dapat melukai hati orang yang sedang dimarahinya. Kata
muruk ‘marah’ terpetakan pada api karena api juga dapat melukaimembahayakan nyawa seseorang. Kata marrara ‘memerah’, yang termasuk dalam ranah api,
digunakan sebagai kata metaforis karena dapat mengonseptualisasikan makna metafora muruk ‘marah’ sebagai api dalam bahasa Batak Toba.
4.2.3 Metafora Rimas ‘Marah’ sebagai Perlawanan
Manghitiri au mangalo rimas hu
49 Gemetaran 1TG AKT.lawan amarah 1TG
‘Aku gemetaran melawan rasa amarahku’ Pada klausa tersebut, mangalo ‘melawan’ termasuk ke dalam ranah
perlawanan yang dikategorikan sebagai ranah SUMBER dan rimas ‘marah’ dikategorikan sebagai ranah SASARAN. Data tersebut mempunyai penamaan
metafora rimas ‘marah’ sebagai perlawanan. Pemetaan konseptual struktur metafora itu dijabarkan pada tabel berikut
Tabel 4.2.3 Pemetaan Konseptual Metafora Rimas ‘Marah’ sebagai Perlawanan
SASARAN SUMBER
Orang yang sedang rimas ‘marah’ akan menolak pendapat orang lain
terhadapnya. Perlawanan ditandai karena adanya
penolakan dalam diri terhadap kenyataan.
Rimas ‘amarah’ seseorang dapat
timbul, apabila keadaan disekitarnya tidak sesuai dengan keinginannya.
Perlawanan terjadi karena ketidaksesuaian hati dan pikiranpun
bergejolak terhadap kenyataan di depannya.
Seseorang akan rimas ‘marah’ jika kepribadiannya dihina, diperlakukan
dengan tidak sepantasnya. Mendengar penghinaan dari seorang
lawanmusuh, akan timbul perlawanan dalam hati dan berniat untuk
melakukan suatu tindakan. Seseorang yang baik hati dapat rimas
‘marah’, karena telah habis kesabaran. Sesabar apapun manusia, jika selalu
dihina terus-menerus, maka akan timbul perlawanan.
50 Rimas ‘amarah’ dapat reda, seiring
dengan berjalannya waktu. Perlawanan dapat dilerai ataupun
didamaikan. Pada pemetaan konseptual dalam ranah SASARAN dan SUMBER yang
dipetakan di atas, terlihat dengan jelas hubungan antarmakna dari metafora yang dimaksud, bahwa inferensi logis metafora rimas ‘marah’ sebagai perlawanan ialah
rimas ‘amarah’ seseorang dapat timbul, apabila keadaan di sekitarnya tidak sesuai dengan keinginannya. Kata rimas ‘marah’ terpetakan pada perlawanan, bahwa
perlawanan dapat terjadi karena ketidaksesuaian hati dan pikiranpun bergejolak terhadap kenyataan di depannya. Kata mangalo ‘melawan’, yang termasuk ke dalam
ranah perlawanan, digunakan sebagai kata metaforis
karena dapat mengonseptualisasikan makna metafora rimas ‘marah’ sebagai perlawanan dalam
bahasa Batak Toba.
4.2.4 Metafora Rimas ‘Marah’ sebagai Ledakan