Kelompok Non- Flora dan Non- Fauna

kepada ranah target yaitu perilaku manusia yang suka bertengkar dengan sesama, walaupun diantara mereka terikat oleh hubungan kekerabatan. Kondisi ini menempatkan anjing dan kucing sebagai ranah sumber yang dipetakan kepada manusia disebabkan oleh adanya persamaan perilaku.di mana kucing dan anjing tidak pernah menjadi sahabat dialamatkan kepada manusia yang dalam menjalani kehidupan tidak harmonis dan sering bertengkar, sukaberselisih paham dengan orang-orang terdekat di lingkungannya. Mereka tidak berusaha untuk saling memahami.

5.4 Kelompok Non- Flora dan Non- Fauna

Kelompok non- flora dan non-fauna yang dimaksud dalam penelitian ini adalah manusia yang pernah tinggal menetap di lingkungan masyarakat Desa Trumon. Termasuk pula ke dalamnya benda-benda baik yang masih ada dan digunakan maupun benda-benda yang sudah tidak ada atau sudah tidak digunakan lagi. Manusia dan benda tersebut dijadikan sebagai ranah sumber pada metafora yang terdapat di Desa Trumon. Berikut ini akan dibicarakan satu persatu:

024. Geunuku Alat Pengukur Kelapa

Geunuku ‘pengukur kelapa’ merupakan kata yang termasuk ke dalam klasifikasi nomina, merujuk kepada sebuah alat rumah tangga tradisional yang digunakan untuk mengkukur kelapa di Desa Trumon. Selain digunakan sebagai alat pengukur kelapa, geunuku kadang-kadang digunakan pula untuk memarut ubi kayu. Geunuku biasanya terbuat dari kayu berbentuk bangku kecil yang panjangnya kira-kira tiga puluh lima sentimeter, lebarnya dua puluh sentimeter dan tingginya sepuluh sentimeter. Bangku ini dipakai untuk tempat duduk ketika Universitas Sumatera Utara sesorang sedang mengkukur kelapa. Di salah satu sisi geunuku dipakukan sebuah gagang tegak lurus yang kadang kala terbuat dari besi atau kayu, dalam bahasa Aceh disebut go. Agar dapat mengkukur kelapa atau ubi kayu, pada go ditempelkan alat yang tajam bebentuk lingkaran atau oval pipih. Alat ini biasanya terbuat dari baja dan pinggirannya bergerigi yang disebut matha. Pada zaman dahulu setiap rumah tangga di Trumon memiliki geunuku. Saat ini geunuku sudah tidak ditemukan lagi di Desa Trumon, sebab sudah digantikan dengan mesin pengkukur kelapa yang lebih praktis penggunaannya. Setiap warung sudah menyediakan mesin pengukur kelapa sehingga masyarakat merasa tidak lagi membutuhkan alat tradisional geunuku. Hampir pada setiap rumah di Trumon sudah tidak di temukan lagi geunuku, tetapi metafora yang menjadikan geunuku sebagai ranah sumber masih tetap digunakan. Metafora tersebut adalah: GEUNUKU HANA GO GEUNUKU HAN MATHA TIMAH. Geunuku hana go merupakan struktur frasa yang terdiri dari penyatuan nomina geunuku ‘pengukur kelapa’ dengan bentuk negasi hana ‘tanpa’ dan nomina go ’gagang’. Secara harfiah GEUNUKU HANA GO mengandung makna ‘kukuran tanpa gagang’, Makna metaforis yang dikandung oleh metafora GEUNUKU HANA GO ditujukan kepada suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sesorang tidak membuahkan hasil atau pekerjaan yang dilakukan sia-sia. Parameter keterhubungan interrelationship, merupakan keterhubungan antara alat pengukur kelapa yang tidak dapat berfungsi disebabkan tidak Universitas Sumatera Utara mempunyai gagang tempat melekatnya mata kukuran sehingga pekerjaan mengukur pasti tidak dapat dilakukan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang tanpa membuahkan hasil. Berdasarkan pengalaman pada tatanan dimensi ideologis, pekerjaan mengukur kelapa tanpa keberadaan go tidak mungkin dapat dilakukan dan bila dilakukan juga akan tetap tidak menghasilkan apa-apa atau sia-sia belaka. Keadaan ini menjadikan geunuku hana go sebagai ranah sumber melalui parameter keterhubungan dipetakan kepada pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang tanpa membuahkan hasil sebagai ranah target. Dalam kehidupan sosial pada dimensi sosiologis, pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan sia-sia satu di antaranya adalah menonton televisi, main kartu atau permainan lainnya sampai larut malam sehingga dikhawatirkan akan terlambat bangun pada waktu subuh dan telambat pula melakukan sholat subuh. Tuturan seperti: Pue beut kah nging tv trep that, nyan GEUNUKU HANA GO. Singoeh beungoh kah hanjeut sholat. ‘Apa gunanya kamu nonton tv lama skali itu kan pekerjaan sia-sia. Besok pagi kamu tidak bisa sholat subuh’. Ucapan tersebut lazim digunakan orang tua melarang anaknya menonton televisi sampai larut malam, karena pekerjaan tersebut pekerjaan sia-sia. Selain dari metafora GEUNUKU HANA GO. masih terdapat bentuk metafora lain yang menjadikan geunuku sebagai ranah sumber, metafora tersebut adalah GEUNUKU HAN MATA TIMAH. Genuku han mata timah merupakan struktur frasa yang berasal dari penyatuan nomina geunuku ‘pengukur kelapa’ dengan kata negasi han ‘tanpa’ dan nomina mata ‘mata, timah ‘timah’. Secara Universitas Sumatera Utara harfiah frasa geunuku han mata timah bermakna ‘pengukur kelapa tanpa mata timah’. Makna metaforis dari metafora GEUNUKU HAN MATA TIMAH ditujukan kepada seseorang yang saat berpangkat orang tersebut senantiasa bersikap sombong dan ditakuti oleh anggota masyarakat, namun setelah dia pensiun, kesombongannya hilang dan dia diremehkan, serta dianggap tidak berguna lagi oleh masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman yang terekam dalam kognitif masyarakat Desa Trumon melalui tatanan dimensi ideologis, mata kukuran termahal harganya adalah terbuat dari timah, dan di zaman dahulu mata kukuran seperti ini hanya digunakan di dapur di kalangan istana dan di kalangan para pejabat istana. Parameter keterhubungan interrelationship, terletak pada keterhubungan antara mata timah dengan pangkat dan jabatan sesesorang. Di dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Trumon mata timah dan jabatan seseorang berdasar pada dimensi sosiologis, sama - sama bernilai tinggi. Melalui parameter keterhubungan dan parameter lingungan environment mata timah sebagai ranah sumber dipetakan kepada pangkat dan jabatan sesorang sebagai ranah target. Contoh tuturan yang paling umum adalah: Jino jih GEUNUKU HAN MATA TIMAH. Secara harfiah tuturan ini bermakna: jino ‘sekarang’ jih ‘dia’ GEUNUKU ‘kukuran kelapa’ Universitas Sumatera Utara HANA ‘tanpa’ MATA TIMAH ‘mata kukuran kelapa’. Makna metaforis yang terkandung dalam tuturan tersebut dialamatkan kepada seseorang yang saat berpangkat orang tersebut kerap kali bersikap sombong dan ditakuti namun setelah pensiun orang tersebut kehilangan kesombongannya dan dianggap tidak berguna lagi. Para orang tua di Trumon sering menasihati dan mengingatkan anaknya agar tidak sombong saat mereka berpangkat dan kaya.

025. Jeungki alat penumbuk padi

Jeungki merupakan kata yang termasuk ke dalam klasifikasi nomina yang merujuk kepada nama alat yang digunakan untuk menggiling padi dan menumbuk tepung beras. Masuknya peralatan-peralatan moderen di Desa Trumon, menggeser peralatan-peralatan tradisional, satu diantaranya tergesernya jeungki sebagai alat penumbuk padi. Saat ini jeungki sudah tidak pakai dan tidak pula ditemukan lagi di Desa Trumon karena alat ini sudah digantikan dengan mesin penggiling padi yang praktis yang dalam bahasa lokal ini disebut kilang pade. Keberadaan jeungki sudah tergeser, walaupun demikian metafora yang menjadikan jeungki sebagai ranah sumber masih digunakan dalam komunikasi verbal masyarakat Desa Trumon dalam dimensi sosiologi. Metafora dimaksud adalah metafora JEUNGKI MUGEE. Jeungki mugee merupakan struktur frasa yang terdiri atas nomina jeungki ‘alat penggiling padi’ dan nomina mugee ‘tengkulak’, secara harfiah frasa jengki mugee bermakna ‘alat penumbuk padi yang dimiliki oleh tengkulak’. Melalui pengalaman inderawi bodily experience, Universitas Sumatera Utara dahulu kala anggota masyarakat melihat para tengkulak menyuruh pembantu- pembantunya untuk menggunakan alat penumbuk padi tanpa berhenti sampai sore. Hal ini dilakukan oleh tengkulak tersebut, agar dia memperoleh penghasilan yang tinggi dari jeungki ini. Makna metaforis dari JEUNGKI MUGEE di tujukan kepada seseorang yang memiliki sifat tamak. Para orang tua di desa ini sering memberikan pesan- pesan nasihat, agar anaknya tidak memiliki sifat tamak, dengan tuturan: Hai neuk bek JEUNGKI MUGEE beu. ‘Wahai anakku jangan tamak ya’. Parameter keterhubungan interrelationship yaitu pemetaan silang dari ranah sumber jeungki dalam metafora JEUNGKI MUGEE ditujukan kepada manusia yang memiliki sifat tamak sebagai ranah target. Hal ini disebabkan oleh ada persaman ciri atau sifat yang terdapat pada kedua ranah tersebut yang terekam secara verbal dan berada dalam konitif dimensi ideologis masyarakat desa tersebut.

026. Meuseukat halua

Meuseukat ‘halua’ merupakan kata yang termasuk ke dalam klasifikasi nomina yang merujuk kepada panganan tradisional masyarakat Desa Trumon. Masyarakat Desa Trumon gemar memasak meuseukat. Panganan ini rasanya sangat manis dan disajikan terutama pada hari lebaran dan pesta perkawinan. Meuseukat ini biasanya mereka simpan di dalam baskom ditutup dengan kain tipis agar uap air dapat diserap oleh kain tipis tersebut. Ini dilakukan agar meuseukat tidak lekas basi dan tidak dimasuki oleh binatang seperti cicak, selain Universitas Sumatera Utara dari itu di pinggir baskom dililitkan tali atau guntingan kain yang terlebih dahulu dicelupkan ke dalam minyak sayur atau minyak goring dimensi biologis. Hal ini dilakukan agar meuseukat tidak dikurubungi semut. Disebabkan oleh rasa manis dan cara penyimpanan meuseukat muncul satu metafora yaitu metafora MEUSEUKAT LAM KOM. Meuseukat lam kom merupakan struktur frasa yang terdiri atas panyatuan nomina, meuseukat ‘halua’ dengan preposisi lam ‘dalam’ dan nomina kom ‘baskom’ makna harfiah dari frasa Meuseukat lam kom adalah, ‘halua dalam baskom’. Makna metaforis dari metafora MEUSEUKAT LAM KOM ditujukan kepada seorang wanita yang suka menghasut dengan cara sembunyi-sembunyi dimensi sosiologis. Secara lahiriah dia kelihatan baik karena kelihaiannya dalam menutupi semua perilaku jahatnya melalui ucapan-ucapan yang manis. Perbuatan tersebut dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh masyarakat. Parameter keterhubungan interrelationship, yaitu keterhubungan antara ranah sumber meuseukat pada metafora MEUSEUKAT LAM KOM ,yaitu halua yang dalam kehidupan sosial dimensi sosiologis dan pikiran dimensi ideologis pada masyarakat Desa Trumon merupakan yang masakan yang sangat manis, disajikan pada hari-hari yang sangat special dan tersimpan secara apik di dalam tempat yang aman dengan seorang wanita cantik yang berperilaku tidak terpuji, suka menghasut. Keadaan meuseukat ini dipetakan kepada ranah target seorang wanita cantik yang memiliki watak dan perilaku yang tidak terpuji yang dapat menimbulkan permusuhan antara sesama anggota masyarakat, namun wanita Universitas Sumatera Utara tersebut berusaha menyembunyikan watak jeleknya dengan cara bersikap baik agar semua orang percaya padanya sebagai wanita cantik yang berakhlak baik. 027 . Mon Sumur Mon ‘sumur’ merupakan kata yang termasuk ke dalam klasifikasi nomina yang merujuk pada wadah sumber air yang digali dalam tanah. Sejak zaman dahulu hingga saat ini masyarakat Desa Trumon menggunakan air bersih yang mereka dapatkan dari sumber air yang berasal dari mata air dalam tanah. Pada zaman dahulu air diperoleh dari dalam sumur dengan cara menggunakan timba. Oleh masyarakat air yang demikian disebut ie mon dimensi sosiologis. Namun saat ini pada umumnya masyarakat tidak lagi menggunakan timba akan tetapi mereka mendapatkan air dengan menggunakan mesin pompa air yang dialirkan melalui pipa air yang dibor kedalam tanah. Keadaan ini menjadikan banyak sumur yang tidak dipergunakan lagi yang mereka sebut sebagai mon tuha ‘sumur tua’. Dalam sumur tua ini biasanya tumbuh rumput liar. Selain dari rumput-rumput liar semua batang kelapa yang patah ditimbun ke dalamnya atau semua barang yang sudah tidak digunakan lagi adakalanya di buang juga ke dalam sumur tua ini. Sehingga keberadaan mon tuha, oleh masyarakat di desa ini dipahami sebagai tempat pembuangan barang-barang rongsokan dimensi ideologis Dari pemahaman terhadap kondisi mon tuha terbentuk sebuah metafora yang menjadikan mon tuha sabagai ranah sumber metafora tersebut adalah metafora MON TUHA, yang secara harfiah bermakna ‘sumur tua’. Makna metaforis dari metafora MON TUHA ditujukan kepada Universitas Sumatera Utara seorang pembantu atau orang suruhan yang diwajibkan mengerjakan semua pekerjaan berat dan ringan. Parameter keterhubungan interelationship dan parameter lingkungan environtment merupakan pemetaan silang dari ranah sumber mon tuha dalam kondisi yang hanya berfungsi untuk menampung semua barang rongsokan atau untuk tempat pembuangan sampah kepada ranah target yaitu seorang pesuruh yang menampung semua pekerjaan baik pekerjaan berat ataupun pekerjaan ringan yang dibebankan kepadanya.

028. Pok-Pok

Pok-pok merupakan kata yang termasuk ke dalam klasifikasi nomina yang merujuk kepada sepotong batang bambu yang dipotong sepanjang sekitar satu meter 2-3 ruas kemudian bambu tersebut dibelah dua. Bagian pangkal bambu tersebut diikat dengan tali agar tidak mudah lepas, kemudian salah satu belahan dipasang tali dan digantungkan pada pohon durian atau pohon buah-buahan lainnya yang sedang berbuah. Bila tali ditarik akan mengeluarkan suara gaduh. Fungsi dari benda tersebut untuk mengusir binatang yang akan memakan buah- buahan. Bunyi suara yang dihasilkan oleh pok-pok, oleh masyarakat dianggap sebagai bunyi yang tidak enak didengar di telinga dimensi ideologis. Dari situasi ini terbentuk metafora POK_POK DRIEN. Pok-pok drien merupakan struktur frasa yang terdiri atas penyatuan nomina pok-pok dan nomina drien ‘buah durian’. Dalam pemaknaan metaforis pok-pok ‘media pengusir binatang dialamatkan Universitas Sumatera Utara kepada orang yang besar cakap dan selalu membanggakan dirinya. Seperti dalam tuturan: babah jih POK-POK DRIEN. Secara harfiah makna ucapan ini adalah: babah jih ‘mulutnya’ pok-pok drien ‘media pengusir binatang’ Makna metaforis yang dikandungnya adalah ‘dia orang yang besar cakap dan suka membanggakan dirinya saja’. Parameter keterhubungan interrelationship, terletak pada keterhubungan antara pok-pok drien dengan seseorang yang besar omongan dan suka membanggakan dirinya. Di dalam kehidupan sosial dimensi sosiologis masyarakat Desa Trumon bunyi yang dikeluarkan oleh pok-pok drien dan seseorang yang besar omongannya, yang suka membanggakan dirinya, sama-sama mengganggu pendengaran yang terekam dalam kognitif dimensi- ideologis masyarakat Desa Trumon. Melalui parameter keterhubungan dan parameter lingkungan environment suara yang dihasilkan oleh pok-pok drien sebagai ranah sumber dipetakan kepada bicara seseorang yang suka membanggakan diri sebagai ranah target.

029. Sikin

Sikin ‘pisau’ merupakan kata yang termasuk ke dalam klasifikasi nomina, yang merujuk kepada benda tajam, terbuat dari besi yang berfungsi sebagai alat untuk memotong sesuatu. Berjenis-jenis sikin dapat dijumpai di Desa Trumon, satu di antaranya adalah sikin lipat yaitu pisau lipat. Dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Trumon sikin lipat dipahami dimensi ideologis sebagai pisau Universitas Sumatera Utara yang paling tajam dan mata pisau sangat runcing. Tampilan sikin lipat sebenarnya panjang tetapi menjadi pendek karena sikin ini dapat dilipat. Ketika sikin tidak dipergunakan atau disimpan pisau ini dilipat. Itulah sebabnya pisau ini dinamakan sikin lipat. Pada zaman dahulu sikin lipat lazim digunakan untuk berburu binatang dan membunuh musuh dengan cara melemparkannya kepada sasaran. Sikin lipat dalam kehidupan sosial dimensi sosiologis dan pemahaman dimensi ideologis masyarakat Desa Trumon merupakan pisau yang paling tajam dapat dimanfaatkan membunuh binatang atau musuh. Pisau ini dapat disembunyikan karena dapat dilipat menjadi pendek agar tidak diketahui oleh musuh. Disebabkan oleh keadaan ini muncul metafora SIKIN LIPAT yang ditujukan kepada manusia atau seseorang yang suka memfitnah dan suka bermulut manis seolah-olah dia orang baik. Orang yang baru pertama bertemu dengannya selalu tidak akan pernah menyangka bahwa dia orang yang suka memfitnah. Contoh tuturan sebagai berikut: Kah hana teupeu, awak nyan SIKIN LIPAT, secara harfiah ucapan ini mengandung makna, ’kamu tidak tau dia itu pisau lipat’. kah ‘kamu’ hana ‘tidak’ teupeu ‘tahu, mengetahui’ awak nyan ‘orang itu’ sikin lipat ‘pisau lipat’ Makna metaforis dari ucapan itu adalah ‘kamu tidak tahu ya orang itu suka mem- finah’. Universitas Sumatera Utara Parameter keterhubungan interrelationship, yaitu keterhubungan antara sikin lipat sebagai ranah sumber pada metafora SIKIN LIPAT dipetakan kepada ranah target yaitu seseorang yang memiliki watak dan perilaku yang suka memfitnah yang dapat menimbulkan permusuhan antara sesama anggota masyarakat, namun orang tersebut berusaha menyembunyikan watak jeleknya dengan cara bersikap baik agar orang percaya dengan semua ucapannya.

030. Malek Lang

Malek Lang merupakan kata yang termasuk ke dalam klasifikasi nomina yang merujuk kepada nama seorang hulu balang raja yang hidup pada kisaran beberapa abad yang lalu di Desa Trumon, akan tetapi tahun keberadaannya tidak diketahui secara pasti. Menurut kisah yang diceritakan dari generasi ke generasi dalam komunikasi verbal, yang seterusnya terekam secara verbal dimensi ideologis dalam kehidupan sosial masyarakat. Malek Lang memiliki sifat yang suka mengungkit-ungkit jasanya dan meminta kembali barang-barang yang sudah diberinya kepada orang. Disebabkan oleh perilaku jelek yang dimilikinya nama Malek Lang menjadi popular saat itu dan di depan namanya dibubuhkan kata Si yang digunakan sebagai kata penunjuk nama manusia. Disebabkan oleh perilaku jeleknya ini pula dalam kehidupan sosial dimensi sosiogis masyarakat Desa Trumon sejak zaman dahulu hingga kini nama Si Malek Lang membentuk metafora SI MALEK LANG. Makna metaforis dari metafora SI MALEK LANG ditujukan kepada seorang pejabat atau penguasa yang suka mengungkit-ungkit jasa dan pemberiannya dan gemar pula meminta kembali sesuatu yang telah diberinya. Sifat Si Malek Lang yang demikian menjadikannya sebagai ranah Universitas Sumatera Utara sumber dipetakan kepada seorang yang suka mengungkit-ungkit jasanya dan pemberiannya, dan kerap meminta kembali sesuatu yang telah diberinya. Hingga saat ini di kalangan kanak-kanak Desa Trumon Si Malek Lang menjadi Stero-tipe untuk kanak-kanak yang suka meminta kembali semua barang- barang yang sudah diberinya kepada teman. Contoh tuturan adalah: Yah Cek, ho jak SI MALEK LANG yah cek ‘paman’ ho ‘kemana’ jak ‘pergi’ Secara harfiah makna ucapan itu adalah: ‘Paman kemana pergi Si Malek Lang’ Di kalangan masyarakat dewasa SI MALEK LANG dipetakan kepada seorang pejabat yang suka mengungkit-ungkit jasanya dan pemberiannya kepada masyarakat. Kebiasaannya ini selalu dilakukannya di hadapan orang banyak seperti pada saat berpidato, ataupun pada saat temu ramah dengan masyarakat. Walaupun Malek Lang sudah lama meninggal tetapi metafora SI MALEK LANG masih dipakai baik dalam lingkungan masyrakat dewasa atau dalam lingkungan kanak-kanak. Metafora ini tetap digunakan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Parameter keterhubungan interrelationship terletak pada keterhubungan antara sifat seseorang yang bernama Malek Lang dengan seseorang yang memiliki sifat yang persis sama dengan Malek Lang terekam dalam kognitif masyarakat Desa Trumon sejak zaman dahulu dan masih diturunkan dari generasi dahulu ke Universitas Sumatera Utara generasi berikutnya hingga ke generasi sekarang. Dalam pergaulan di kalangan kanak-kanak nama Si Malek Lang sangat popular yang dijadikan sebagai julukan kepada seorang anak yang memiliki perilaku suka meminta kembali barang- barang yang sudah diberikannya. Si Malek Lang juga dialamatkan kepada seseorang yang suka mengungkit-ungkit jasanya. Dikalangan kanak-kanak Si malek Lang menjadi julukan yang tidak asing di telinga mereka, seperti pada tuturan berikut: ‘Ibu hana turi ngon SI MALEK LANG? jih saboh glah ngon long.’ ‘Ibu tidak kenal dengan Si Malek Lang ya. Dia satu kelas dengan saya.’ Universitas Sumatera Utara

BAB VI PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN