Pengecekan Keabsahan Penelitian METODE PENELITIAN

orang kaya’ padahal sesungguhnya dia miskin. Data yang termasuk ke dalam data yang direduksi juga, adalah data yang kebetulan mempunyai ciri persamaan atau benar-benar sama dengan metafora yang digunakan di wilayah lain Bakongan, Seunabok Jaya, dan Ujong Tanoh, seperti metafora AWAK GEUTANYO ‘orang kita’ yang mengandung makna metaforis ditujukan kepada orang Aceh atau seseorang yang berasal dari suku Aceh dan ANGEN TAJO RAGA PREH ‘angin bertiup keranjang menunggu’, mengandung makna metaforis yang ditujukan kepada perbuatan yang dilakukan tanpa membuahkan hasil atau pekerjaan sia-sia.

4.5 Pengecekan Keabsahan Penelitian

Sebelum data disajikan dalam penelitian metafora ini terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas data yang dilakukan kepada 20 orang partisipan. Sama halnya dengan informan bahwa para partisipan berasal, lahir dan hingga saat ini masih menetap di Desa Trumon . Mereka menikah dengan orang se-etnik yaitu suku Aceh. Berumur antara tiga puluh hingga enam puluh tahun. Bahasa yang digunakan dalam interaksi sehari-hari adalah bahasa Aceh. Pekerjaan mereka bervariasi yaitu, petani pala dan petani ternak, guru sekolah dasar, nelayan, bidan, purnawirawan, wiraswasta, dan PNS. Dua puluh orang partisipan dalam sebuah penelitian bahasa sudah dianggap representatif. Sebagaimana dinyatakan oleh Mahsun 2007:234 bahwa dalam penelitian bahasa partisipan dalam jumlah yang besar tidak dibutuhkan sebab perilaku linguistik cenderung homogen dibandingkan dengan perilaku- perilaku lainnya. Para partisipan dalam penelitian ini hanya dilibatkan saat pengecekan keabsahan data dan tidak dilibatkan saat pengumpulan data. Setelah Universitas Sumatera Utara data dianalisis dilakukan kembali pengecekan hasil analisis kepada informan dan partisipan. Pengecekan data dilakukan juga kepada 4 orang informan dari desa yang berdekatan dengan desa lokasi penelitian Desa Trumon. Desa Tersebut adalah Bakongan, Seunabok Jaya, dan Ujong Tanoh. Tiga dari keempat orang tersebut adalah wakil Lembaga Adat Kebudayaan Aceh di masing-masing desa tersebut dan seorang lagi adalah guru MIN. Keempat orang ini sudah dianggap representatif sebagai pengujian terhadap validitas karena perilaku linguistik cenderung homogen, lihat Mahsun 2007:234. Mereka dikenal oleh masyarakatnya sebagai orang-orang yang sangat paham tentang hal-hal yang berkaitan dengan segala sesuatu berkenaan dengan bahasa Aceh, termasuk pula ke dalamnya pemahaman ungkapan-ungkapan metaforik yang dipakai di wilayah mereka. Masyarakat tutur yang berdomisili di wilayah mereka, menurut pengakuan mereka tidak pernah menggunakan 51 metafora yang terhimpun di dalam daftar kelompok flora, kelompok fauna dan kelompok non flora dan non fauna yang dianalisis dalam penelitian ini, di dalam komunikasi verbal pada interaksi sosial mereka. Uji validitas terhadap metafora dengan Jumlah partisipan 4 orang sudah dapat dijadikan pembuktian, sebab sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam mental kolektif parsipan memiliki kemampuan berbahasa dan pengetahuan yang cukup dalam memahami bahasanya Bahasa Aceh yang digunakan di wilayah mereka, profil partisipan di lampiran 8. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Alur Pikir Metafora ekologi Ranah Sumber lingkungan Ranah Target manusia Rumusan Masalah 1. Bentuk metafora yang digunakan berkaitan dengan lingkungan alam Desa Trumon 2. Klasifikasi metafora berdasarkan penggunaanya pada komunitas bahasa di Desa Trumon. 3. Karakteristik metafora dikaitkan dengan lingkungan alam Desa Trumon. Konsep dan Kerangka Teori Kolaborasi teori ekolinguistik, tiga dimensi praksis sosial dimensi ideo-, sosio-, bio- logis, dan parameter ekolinguistik dengan teori metafora linguistik kognitif Parameter Ekolinguistik Keterhubungan, Keberagaman Lingkungan. Metode dan Penelitian Sumber Data Data Analisis Reduksi Simpulan Verifikasi Universitas Sumatera Utara

BAB V PAPARAN DATA DAN ANALISIS PENELITIAN

5.1 Pengantar

Sebagaimana telah dibicarakan sebelumnya bahwa teori yang digunakan sebagai pisau analisis untuk penelitian ini adalah perpaduan antara teori dialektikal ekolinguistik yaitu teori yang bermuatan tiga dimensi praksis sosial Three Dimensionality of Social praxis dan parameter ekolinguistik yaitu parameter keterhubungan, keberagaman, dan parameter lingkungan. Selanjutnya mengikutsertakan teori linguistik kognitif yang berkaitan dengan metafora, dalam hal pemanfaatan terminologi ranah sumber, ranah target, dan pemetaan silang yang berkontribusi pada proses pembentukan metafora. Ketiga-tiga teori ini berkolaborasi untuk menjawab ketiga-tiga masalah penelitian ini. Pada bab IV 4.4, telah dijelaskan bahwa data penelitian diidentifikasi dan dibagi dalam kelompok sesuai dengan specisnya yaitu kelompok flora, kelompok fauna dan kelompok non flora dan non fauna. Seperti pada tampilan berikut ini: Tabel 5.1 Identifikasi Data pada Kelompok Flora No Ranah sumber Metafora Glos 001 Boh Limeng Eungkot Averrhoa bilimbi ASAM SUNTI Belimbing asam sunti 002 Boh ara Ficus racemosa BOH ARA HANYOT buah ara buah tin buah ara hanyut 003 Boh timon cucumis sativus BOH TIMON BUNGKOK BOH TIMON BUNGKOK Mentimun mentimun bungkuk Universitas Sumatera Utara