2.1.2.1 Parameter Keberagaman Diversity
Fill dan Muhlhausler 2001:2 mengutarakan bahwa keberagaman diversity perbendaharan kosa kata sebuah bahasa memancarkan
lingkungan fisik dan lingkungan sosial atau lingkungan budaya tempat bahasa itu berada dan digunakan. Lingkungan fisik dimaksud merupakan
lingkungan alam, geografi yang menyangkut topografi seperti, iklim, biota, curah hujan, sedangkan lingkungan kebudayaan berkaitan dengan
hubungan antara pikiran dan aspek kehidupan masyarakat tersebut seperti agama, etika, politik, seni, dan lain sebagainya. Kelengkapan kosa kata
bahasa itu bergantung pula kepada cara pandang, sikap, dan perilaku serta
pekerjaan profesi masyarakat tutur bahasa tersebut.
Keberagaman jenis species fauna, flora di satu lingkungan alam paralel dengan keberagaman vokabulari bahasa di dalam lingkungan sosial
masyarakat tutur tersebut demikian pula sebaliknya. Keberagaman biota ini memperkaya khasanah vokabulari bahasa tersebut. Keberagaman juga
dapat ditujukan atau berimplikasi kepada hubungan antara ranah sumber dan ranah target dalam sebuah metafora. Kepada sebuah ranah target dapat
diaplikasikan beberapa ranah target, demikian pula sebaliknya sebuah ranah
target dapat berasal dari beberapa ranah sumber. 2.1.2.2 Parameter Kesalingterhubungan
Interrelationship
Keberadaan spesies dan kondisi kehidupan mereka tidak dapat dipandang sebagai dua bagian terpisah, tetapi sebagai satu bagian yang
utuh, demikian pula halnya dengan bahasa ibu dan etnik tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
dicirikan secara individual. Hubungan paralel ini tidak berarti bahwa bahasa dan spesies biologi sama dalam semua hal. Satu hal mutlak yang
dapat membedakan keduanya adalah bahwa bahasa bukanlah organisme hidup. Bahasa ditranformasikan dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya oleh penutur bahasa dan penggunaannya. Berbeda
dengan spesies biologi yang diturunkan melalui perkawinan.
Eksistensi sebuah bahasa sangat bergatung kepada jumlah penuturnya. Penamaan dan pengklasikasian nama tumbuhan dan hewan
serta jenis batu-batuan bergantung kepada konvensi penuturnya. Istilah konvensi di sini tidak dapat diartikan sebagaimana lazimnya istilah
konvensi yang digunakan dalam linguistik yaitu istilah yang mengacu kepada hubungan arbitrer antara bentuk atau lambang linguistik dengan
makna yang dikandungnya. Istilah konvensi ini dialamatkan kepada tingkat kesepakatan penggunaan bahasa dalam komunitas bahasa tesebut.
Parameter keterhubungan atau parameter kesalingterhubungan antara linguistik dengan ekologi merupakan hubungan timbal balik antara
makhluk di lingkungan alam tersebut dengan ekologinya yang dapat terpantul pada metafora ekologi yang bernuansa isu lingkungan, dikodekan
ke dalam bahasa dalam jangkauan yang luas. Konsep metafora seperti yang digambarkan oleh Kovecses 2006:171, berisikan skema sumber yang
dalam hal ini menyangkut ranah yang bersifat fisik dikodekan secara verbal kepada ranah yang bersifat abstrak seperti, pada metafora green
house, green speak, dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Metafora ekologi menurut Fill dan Muhlhausler 2001:104, banyak bergantung kepada sosiokultural dan unsur kognitif masyarakat tutur
bahasa tersebut. Waktu, situasi, dan ranah penggunaan bahasa juga memengaruhi bentuk metafora bahasa tersebut. Keterhubungan antara
unsur-unsur ini jelas tergambar seperti yang terjadi pada awal abad kesembilan belas, kebutuhan akan air sebagai bahan pokok kehidupan,
secara eksklusif disejajarkan dengan uang yang memunculkan metafora seperti central money supply, ‘central water supply’, dan metafora water is
money, sangat popular saat itu. Dalam praksisnya metafora Inggris water is money atau metafora bahasa Indonesia, air itu uang juga jelas
menggambarkan betapa sumber air mineral dieksploitasi dan bernilai ekonomis tinggi, di antaranya juga merusak dan menggerus lingkungan.
Parameter keterhubungan antara bahasa dengan ekologi di Desa Trumon terlihat adanya metafora POK-POK DRIEN. Pok-pok adalah
batang bambu yang dipotong panjangnya sekitar satu meter 2-3 ruas kemudian bambu tersebut dibelah dua. Bagian pangkal bambu diikat
dengan tali agar tidak mudah lepas dan salah satu belahan dipasang tali. Media ini digantungkan pada pohon durian atau buah-buahan lainnya yang
sedang berbuah. Bila tali ditarik akan mengeluarkan suara gaduh. Fungsi dari benda tersebut untuk mengusir binatang yang akan memakan buah-
buahan. Dalam pemaknaannya secara metaforis pok-pok dialamatkan kepada orang yang banyak cakap dan mengumbar janji. Seperti dalam
tuturan, babah jih POK-POK DRIEN. Artinya dia itu besar cakap saja.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.3 Parameter Lingkungan Environment